Trio Detektif - Misteri Kemelut Kembar(2)

Bab 11
PELARIAN YANG CERDIK

PINTU kamar nomor dua puluh sembilan dibuka cepat-cepat, lalu mereka masuk ke dalam. "Wah, Jupe, tempat ini sudah dibersihkan!" kata Pete mengeluh.

Sambil mengangguk dengan sikap tegang, Jupiter melayangkan pandangannya lambat-lambat, meneliti kamar yang luas itu. Sinar matahari masuk lewat jendela-jendela tinggi yang menghadap ke depan. Lewat jendela nampak jalan masuk ke hotel serta pangkalan taksi di depannya. Di seberangnya terdapat kawasan pinggiran kota Rocky Beach, yang berbatasan dengan Samudra Pasifik.
"Kalau ada sesuatu yang ditinggalkan Ian di sini, mungkin sekali sekarang sudah tidak ada lagi!" kata Bob dengan suara seperti hampir menangis.
"Kata temanmu ini benar, Jupiter," ujar MacKenzie. "Kalau ada surat ditinggalkan di sini, itu pasti sudah dibuang oleh pelayan yang membersihkan tempat ini."
"Itu mungkin saja," kata Jupiter mengakui, "meski di pihak lain, pelayan hotel tidak selalu sangat cermat kalau membersihkan. Tapi kurasa Ian bukan meninggalkan pesan dalam bentuk surat biasa, karena terlalu besar risikonya kalau para penculik itu menggeledah kamar ini. Tidak, kurasa mungkin Ian meninggalkan sesuatu yang tidak gampang ketahuan. Dalam bentuk sandi, atau simbol! Sesuatu yang bisa dikenali suruhan Sir Roger, tapi oleh pihak lawan tidak. Dan itu mungkin tertera di atas secarik kertas, tapi mungkin juga tidak."
"Maksudmu," kata Bob menyambung, "sesuatu yang bisa dibuatnya dengan cepat, tidak disingkirkan pada saat kamar ini dibersihkan kemudian, tapi tidak terlihat oleh para penculik yang mencari-cari, dan yang mungkin bisa dikenali oleh orang-orang yang datang untuk menyelamatkannya?"
"Tepat, Bob!"
"Kalau begitu kita cari saja barang itu!" kata MacKenzie.
Sementara Pete pergi ke kamar mandi untuk mencari di sana, yang selebihnya memeriksa kamar tidur. Mereka mencari ke atas, ke bawah, menjungkirbalikkan segala benda, melihat ke balik lukisan, tirai, dan di bawah permadani. Mereka meraba-raba di bawah alat pemanas ruangan dan di dalam tempat lampu yang terpasang di langit-langit kamar. Jupiter bahkan menarik seprai, untuk melihat apakah Ian menuliskan pesannya di atas kasur. Tapi tidak ada yang menemukan sesuatu yang kelihatan seperti pesan atau petunjuk.
"Mungkin kita mencarinya secara terlalu langsung," kata Jupiter kemudian. "Dalam pesannya yang pertama, Ian menggunakan sandi rangkap: Tempat Djanga berarti Imbala, dan Imbala berarti Singa Merah. Jadi petunjuk itu memberi petunjuk mengenai pesan yang sebenarnya."
"Dan pesan itu hanya bisa diketahui oleh orang yang memiliki pengetahuan khusus," kata Bob mengetengahkan.
"Betul. Jadi orang yang berhasil melacak jejak Ian sampai di sini harus mengetahui berbagai hal tertentu. Aku yakin, itu sudah diperhitungkan oleh Ian," kata Jupiter dengan nada pasti. "Mac, Ian itu mungkin punya kebiasaan-kebiasaan tertentu, atau bisa juga minat?"
"Perhatiannya besar pada sejarah Nanda," kata Ndula.
"Dan ia mengumpulkan patung-patung kayu dari Afrika," kata MacKenzie menambahkan. "O ya, ia juga gemar menggambar. Terutama di dinding. Menurut Sir Roger, Ian bahkan pernah menggambari dinding kantornya!"
"Gambar di suatu tempat yang takkan dengan segera dibersihkan, dan yang tidak langsung dilihat oleh para penculik," kata Jupiter bersemangat. "Itu yang harus kita cari! Ayo, semua mencari lagi!"
Tapi lagi-lagi mereka tidak menemukan apa-apa. Baik gambar atau tanda di dinding, atau pada perabot kamar.
"Tidak ada apa-apa di sini, Jupe," kata Pete sambil mengeluh. "Kurasa Ian tidak sempat lagi meninggalkan pesan, setelah tahu bahwa para penculik itu berhasil melacak jejaknya kemari."
Dengan cepat Jupiter berpaling ke arah Pete.
"Itu dia jawabannya, Dua!"
"Jawabannya?" kata Pete dengan heran. "Aku tadi bilang apa?"
"Ian ini rupanya sangat cerdik," kata Jupiter lambat-lambat. "Tapi meski begitu ia mengatakan kepada manajer tadi agar kedua orang yang hendak bertemu dengan dia itu disuruh langsung ke kamarnya. Jadi langsung kemari! Padahal ia sedang menyembunyikan diri, dan ia tidak mungkin bisa tahu dengan pasti apakah yang datang itu kawan, atau musuh. Walau begitu ia menyuruh manajer agar mempersilakan mereka langsung kemari. Kalau kita ini Ian, apakah kita akan melakukan hal itu?"
"Tidak," kata Bob. "Kita akan meminta manajer agar mengulur-ulur waktu, sementara kita dengan diam-diam mengintai untuk melihat siapa mereka sebenarnya!"
Jupiter mengangguk.
"Tentu saja Ian dapat melihat orang-orang itu dari sini lewat jendela. Tapi itu hanya mungkin terjadi secara kebetulan saja! Tidak, hanya ada satu alasan kenapa Ian meminta agar mereka dipersilakan langsung kemari! Ia tidak perlu mengulur-ulur waktu, yang mungkin akan membuat kedua orang itu tahu bahwa ia merasa curiga, karena ia sudah punya rencana!"
"Rencana apa, Jupe?" tanya Bob ingin tahu.
"Sederhana sekali rencananya, yaitu keluar dari kamar ini dan bersembunyi di suatu tempat dari mana ia dapat mengintai mereka! Tempat itu sedemikian rupa letaknya sehingga ia bisa meloloskan diri apabila kedua orang yang hendak menemuinya itu ternyata mereka yang mencoba menculiknya di Los Angeles. Yuk!"
Jupiter keluar dari kamar itu, diikuti oleh yang lain-lain, lalu berdiri di gang.
"Suatu tempat yang dekat dengan jalan keluar," kata Jupe sambil berpikir-pikir. "Dari tempat itu Ian bisa melihat tampang orang-orang yang datang itu. Tempat seperti" - matanya berkeliaran, mencari-cari sepanjang gang - "lemari dinding itu!"
Lemari dinding yang dimaksudkan Jupiter tidak jauh letaknya dari tangga. Sebetulnya bukan lemari, tapi semacam gudang sempit tempat menaruh seprai dan alat pembersih. Apabila pintunya dibiarkan terbuka sedikit, dari dalamnya nampak dengan jelas lift dan ujung atas tangga. Orang yang baru sampai di lantai itu dan menuju ke kamar Ian dapat dengan mudah diamat-amati dari situ.
"Periksa, kalau-kalau ada yang kelihatannya seperti gambar yang dibuat dengan pinsil!" kata Jupiter memberi petunjuk.
Hampir dengan seketika Pete sudah menemukannya, pada sisi dalam pintu tempat penyimpanan itu. "Ini, di sini! Wow, gambarnya benar-benar bagus! Sebuah mobil. Ada supirnya, dan sesuatu di samping yang kelihatannya seperti lencana, dan sesuatu di kap mobil!" "Mobil?" Kening Jupiter berkerut. "Apa maksudnya?"
"Bukan mobil yang biasa-biasa saja, Satu!" seru Bob. "Lihat, supirnya memakai topi, dan yang di atas itu semacam lampu! Ini gambar taksi!"
"Di depan hotel ada pangkalan taksi!"
"Ian memperkirakan bahwa kita bisa menebak apa yang dilakukannya untuk mengintai orang-orang yang datang itu," kata Ndula, "dan gambar ini memberi petunjuk bahwa ia merencanakan untuk lari naik taksi!"
Semuanya bergegas-gegas keluar, menuju satu-satunya taksi yang menunggu di pangkalan depan hotel. Supirnya sedang membaca majalah. Ketika ditanya, ia mengatakan bahwa ia tidak membawa penumpang seorang remaja dari hotel itu empat hari yang lalu, atau kapan saja.
"Berapa banyak taksi yang beroperasi dari pangkalan ini?" tanya Ndula.
"Banyak, tapi semuanya dari satu perusahaan."
"Di mana kantor perusahaan Anda?"
Setelah memperoleh keterangan dari supir taksi itu, MacKenzie membawa Ndula dan anak-anak ke tempat yang merupakan kantor perusahaan taksi dan sekaligus garasi armada taksinya. Letaknya di lingkungan tempat penjualan kayu, tidak jauh dari pelabuhan. Rel-rel kereta api simpang siur di situ. Manajer yang bertugas saat itu dijumpai di dalam kantornya yang berantakan di bagian belakang garasi. Setelah rombongan MacKenzie menjelaskan apa yang hendak mereka ketahui, manajer itu meneliti sebuah daftar.
"Red Lion, kata Anda? Empat hari yang lalu, ya? Oke, ini dia-hari itu ada empat taksi kami yang mangkal di sana. Sebentar, kalau tidak salah Falzone dan Johansen saat ini sedang ada di garasi. Coba saja tanyai mereka."
Johansen dijumpai sedang mengutak-utik mesin taksinya. Empat hari yang lalu, tidak ada penumpangnya dari Red Lion yang remaja.
Falzone sedang istirahat, menghadapi secangkir kopi.
"Ya, memang ada remaja yang naik taksi saya dari Red Lion hari itu, dan itu dia anaknya!" Ia menuding Jupiter. "Beberapa hari setelah itu kau diculik, ya? Aku melihat fotomu dalam koran. Wah, pengalaman itu pasti menyeramkan
"Aku memang diculik," kata Jupiter memotong, "tapi aku bukan remaja yang naik taksi Anda waktu itu. Coba perhatikan aku dengan lebih teliti." Kening supir taksi itu berkerut.
"Yah-kalau melihat tampangmu, kaulah anak itu. Tapi dandananmu tidak sama, dan logat bicaramu juga lain. Jadi, baiklah, jika kau yang mengatakannya-kau bukan dia."
"Anda masih bisa ingat, ke mana anak itu Anda antarkan?" tanya Ndula.
"Tentu saja," jawab Falzone sambil mengangguk. "Aku ingat sekali karena tingkah lakunya aneh. Ia lari keluar dari hotel, cepat-cepat masuk ke mobilku sambil mengatakan agar diantar ke seberang kota. Sebentar-sebentar ia menoleh ke belakang. Karenanya aku menduga bahwa mungkin ia habis mencuri sesuatu dari hotel, atau minggat. Lalu mobil itu-"
"Anda mengantarnya ke mana?" potong MacKenzie dengan tidak sabar.
"Itulah yang hendak kuceritakan!" tukas Falzone. "Sebentar-sebentar anak itu menoleh ke belakang, dan ketika kami sudah tiba di seberang kota, tahu-tahu aku disuruhnya berhenti! Padahal yang ada di situ cuma bangunan-bangunan gudang dan pabrik saja. Ia cepat-cepat membayar, meloncat turun, lalu lari memasuki sebuah lorong. Ia bahkan tidak menunggu uang kembalian. Lalu, seperti yang hendak kukatakan tadi, mobil itu datang dari belakang dan lewat lambat-lambat di samping taksiku. Tidak sampai berhenti, tapi kurasa mobil itu membuntuti remaja yang lari itu."
"Mobil merek apa?" tanya Jupiter.
"Mercedes, berwarna hijau. Mobil bagus. Sudah lama aku mengidam-idamkan punya mobil seperti itu." "Tolong antarkan kami ke tempat anak itu turun!" kata Ndula. "Boleh saja, letaknya tidak jauh dari sini."
Ternyata tempat itu memang tidak jauh. Falzone berhenti di sebuah blok yang terletak di pinggiran kota. Di blok itu terdapat bangunan-bangunan gudang, sejumlah pabrik kecil, dan tanah-tanah pekarangan yang tidak ada bangunannya. Supir taksi itu menunjuk ke arah sebuah lorong di antara dua bangunan.
"Ia lari ke sana. Itulah terakhir kali aku melihatnya."
Supir taksi itu pergi setelah dibayar. MacKenzie memarkir mobil Cadillac yang besar di tepi trotoar. "Mau apa dia kemari?" kata Pete dengan heran, sambil memperhatikan lingkungan yang sepi itu. "Mungkin ia hanya hendak melepaskan diri dari kejaran para penculik," kata Bob. "Rupanya ia tahu bahwa mereka membuntutinya."
"Itu memang mungkin, Bob," kata Jupe sependapat. "Dan kalau begitu, ia pasti mencari-cari tempat untuk menyembunyikan diri. Kita ikut saja masuk ke lorong itu, dan kita lihat apakah nanti ada sesuatu yang merupakan petunjuk."
Lorong yang mereka masuki itu sempit, diapit dinding polos. Ada tiga pintu di situ, tapi ketiga-tiganya dikunci dengan gembok besar yang sudah berkarat tanda sudah lama tidak dibuka. Akhirnya rombongan MacKenzie sampai di ujung lorong.
"Sekarang bagaimana?" tanya Pete.
Jalan yang ada di depan ujung lorong itu hampir serupa keadaannya dengan jalan yang terdapat di ujung tempat mereka masuk tadi. Yang nampak di sisi kiri kanannya hanya gudang-gudang sunyi, pabrik-pabrik kecil, serta sejumlah tanah kosong dengan sampah berserakan. Tidak jauh dari ujung lorong ada jalan lain memotong jalan di depan mereka yang berujung di situ.
"Ada tiga arah yang bisa dituju Ian," kata Ndula lambat-lambat. "Anak itu bisa lari ke mana saja."

Bab 12
KEHILANGAN JEJAK

"KALAU ke berbagai arah, itu memang betul," kata Jupiter, "tapi tidak mungkin jauh." "Apa maksudmu, Jupe?" tanya Bob.
"Para penculik yang membuntuti saat itu tidak jauh di belakangnya, dan itu diketahui oleh Ian," kata Jupiter menjelaskan. "Jadi kurasa ia harus cepat-cepat menemukan tempat bersembunyi."
"Ya, itu benar!" kata MacKenzie. "Wah, kalau begitu mungkin saja sekarang ini ia ada di dekat sini."
"Ada kemungkinan ia menyembunyikan diri dalam salah satu bangunan gudang itu, untuk sementara," kata pemimpin Trio Detektif yang bertubuh montok itu, "tapi di sini tidak terlalu aman. Lagipula, ia kan harus makan juga! Jadi kurasa ia kemudian mencari tempat penginapan di salah satu motel atau losmen yang letaknya tidak begitu jauh dari sini. Ia takkan berani mengambil risiko terlalu lama berkeliaran di luar."
"Kalau begitu," kata Ndula, "kusarankan agar sebaiknya kita memencar ke tiga arah dan mencari-cari tempat penginapan seperti yang kaukatakan itu. Jalan-jalan samping yang ada dalam arah pencarian masing-masing, kita periksa juga."
Pete berpasangan dengan Ndula pergi mencari ke kanan, Jupiter dan MacKenzie ke kiri, dan Bob memasuki jalan yang memotong. Sebelum mulai mencari, mereka berjanji dalam waktu tidak lebih dari satu jam akan berkumpul lagi di lorong itu.
Bob yang paling dulu kembali. Jalan kecil yang memotong ditelusurinya sampai ke ujungnya yang bermuara di sebuah lapangan terbuka yang luas. Ia tidak menemukan motel atau losmen. Di jalan yang diperiksanya tidak ada tempat yang bisa dijadikan perlindungan oleh orang yang hendak menyembunyikan diri. Bob mondar-mandir di dalam lorong, menunggu yang lain-lainnya kembali. Perutnya terasa lapar sekali, karena saat itu sudah lewat waktu makan siang.
Jupiter dan MacKenzie muncul lagi di lorong sesudah itu.
"Sekitar lima blok dari sini ada sebuah motel, dekat jalan bebas hambatan," kata MacKenzie melaporkan, "tapi selama seminggu belakangan ini tidak ada remaja menginap seorang diri di sana. Mereka memang mengenali tampang Jupiter, tapi itu karena mereka melihat fotonya dalam surat kabar."
"Dan kebanyakan hanya lapangan terbuka dan tanah pekarangan kosong saja yang ada sepanjang arah yang kami periksa tadi, sampai ke jalan bebas hambatan itu," kata Jupiter menambahkan.
Akhirnya Pete muncul bersama Ndula. Pencarian mereka yang paling jauh jaraknya.
"Sampai masuk ke tengah kota," kata Pete. "Kami menemukan sebuah motel dan dua losmen, tapi tidak satu pun yang punya tamu seorang remaja yang seorang diri."
"Kedua losmen tadi bahkan sudah sejak berbulan-bulan tidak kedatangan tamu yang singgah sebentar saja," kata Ndula.
"Ian melarikan diri, dikejar-kejar para penculik yang dekat di belakangnya," kata MacKenzie lambat-lambat. "Sedikit sekali kesempatan baginya untuk meninggalkan petunjuk, dan tidak ada harapan bahwa pesannya pada kita akan bisa ditemukan. Kita sekarang benar-benar menghadapi jalan buntu, Anak-anak."
"Dia benar, Jupe," kata Bob.
"Nampaknya saat ini kita memang mengalami kemacetan," kata Jupiter mengakui dengan segan-segan.
"Kurasa sebaiknya aku dan Adam kembali saja ke hotel kami dan menanyakan apakah sementara ini Ian sudah menghubungi Los Angeles," kata MacKenzie memutuskan. "Ia mestinya sudah tahu bahwa kita mencari-cari dia, dan kita kehilangan jejak. Barangkali saja ia mencoba mengirim pesan lagi, lewat misi perdagangan."
"Itu kalau dia bisa," kata Ndula dengan murung.
"Sedang kami akan kembali ke kantor kami, untuk memikirkan langkah-langkah selanjutnya," kata Jupiter. Ia masih belum mau menyerah.
"Tempat ini tidak begitu jauh dari The Jones Salvage Yard. Bisakah kami menumpang sampai di sana, Mac?"
"He, sekarang ini sudah lewat waktu makan siang," kata Pete memprotes. "Aku mau pulang."
"Kalau begitu kau juga pulang makan dulu, Bob," kata Jupiter. "Aku memang perlu berpikir sebentar."
Dengan mobil Cadillac yang dipakai oleh MacKenzie dan Ndula, pertama-tama Jupiter dulu yang diantar ke pangkalan tempat berdagang barang-barang bekas, yang letaknya satu mil dari daerah yang mereka datangi. Bob dan Pete berjanji akan datang ke kantor Trio Detektif sejam setelah itu. Kemudian mereka diantar pulang ke rumah masing-masing.
Tapi ternyata baru dua jam kemudian Bob dan Pete kembali ke pangkalan. Mereka menjumpai pemimpin mereka sedang sibuk menghadapi sejumlah peta jalan dan kertas-kertas yang penuh dengan catatan dan berbagai daftar. "Ada ide baru, Satu?" tanya Pete begitu ia dan Bob masuk. "Ada juga, Dua," kata Jupiter, lalu mendesah, "tapi tidak banyak."
"MacKenzie dan Ndula tidak menelepon?" tanya Bob. "Dan Ian, apakah ia menghubungi misi perdagangan yang di Los Angeles itu?"
"Aku yang menelepon mereka, Bob, dan tentang Ian, ia selama ini belum mengadakan hubungan," kata Jupiter.
"He, Jupe," kata Pete sambil berpikir-pikir. "Jangan-jangan ia jatuh ke tangan para penculik! Mestinya mereka juga membaca berita tentang dirimu dalam koran, sehingga tahu bahwa mereka salah culik!"
"Ya, kemungkinan itu pun sudah kupikirkan." Jupiter mengangguk. "Ada saja kemungkinan bahwa mereka berhasil menculiknya, tapi kurasa tidak! Sebab kalau Ian sudah ada di tangan mereka, pasti langsung dikirim pesan kepada Sir Roger. Dan sampai sekarang itu belum terjadi. Di samping itu, Pete, kau kan melihat ada orang mengintai kita dari tanah kosong yang di seberang jalan. Kuat dugaanku bahwa itu kawanan penculik."
Pete meneguk ludah.
"Maksudmu, sekarang ini mereka mungkin ada di dekat-dekat sini?" tanyanya gugup.
"Aku yakin mereka tidak jauh dari sini," kata Jupiter. "Kita harus hati-hati, tapi kurasa kita aman sampai benar-benar berhasil menemukan Ian."
"He!" kata Bob dengan tiba-tiba. "Jika Ian membaca berita koran tentang Jupe, apakah ia kemudian tidak cepat-cepat minta perlindungan pada polisi? Maksudku, polisi pasti akan tahu bahwa dialah yang diincar para penculik begitu mereka melihatnya! Dan setelah itu ia akan aman, karena dilindungi polisi!"
"Ya, betul!" seru Pete bersemangat.
"Aku sependapat denganmu, Bob," kata Jupiter, "Dan itu berarti bahwa Ian tidak membaca berita itu. Mungkin ia bersembunyi di suatu tempat di mana tidak ada kemungkinan baginya untuk membaca koran, dan ia tidak berani meninggalkan tempat persembunyiannya itu. Ah, coba kita bisa memperkirakan di mana tempat itu!"
"Kau tadi mengatakan punya beberapa ide, Jupe," kata Pete mengingatkan.
"Yah, terlintas dalam pikiranku tadi untuk memasang iklan di koran," kata Jupiter. "Berita sandi yang hanya Ian yang bisa mengetahui bahwa itu ditujukan padanya, sedang isinya meminta padanya agar menemui MacKenzie dan Ndula di salah satu tempat. Tapi kemudian kusadari bahwa jika Ian tidak mempunyai kemungkinan untuk melihat koran itu, maka pemasangan iklan di situ takkan ada gunanya."
"Ya, memang," kata Bob.
"Lalu timbul ide untuk memanfaatkan Hubungan Hantu ke Hantu," kata Jupiter melanjutkan. Yang dimaksudkannya adalah sistem gemilang hasil rekaannya sendiri untuk mengumpulkan keterangan. Masing-masing anggota Trio Detektif menelepon lima orang teman dengan permintaan agar masing-masing teman itu meneruskan pesan atau pertanyaan kepada lima orang teman lagi, dan begitu seterusnya. "Di Rocky Beach ini kan banyak anak-anak, jadi bisa saja salah seorang dari mereka menemukan seorang anak tak dikenal yang logatnya aneh."
"Itu kalau Ian pernah meninggalkan tempat persembunyiannya," kata Bob mengetengahkan.
"Dan jika anak-anak yang mencari tidak mengira dia itu kamu," kata Pete menambahkan.
"Itu memang merupakan masalah," kata Jupiter mengakui, "karenanya kita tangguhkan saja penggunaan hubungan itu, setidak-tidaknya sampai besok. Sementara itu ada dua hal lagi yang sempat kupikirkan. Ian kini pasti sudah menyadari bahwa mulai dari lorong yang kita datangi tadi, orang yang mencarinya kehilangan jejak dirinya empat hari yang lalu. Tempat terakhir yang bisa diketahui dengan pasti pernah didatangi olehnya, adalah Red Lion Ranch. Jadi
"Ada kemungkinan ia berusaha kembali ke sana untuk menjumpai orang-orang yang hendak menolongnya!" kata Pete bersemangat.
"Tepat, Dua. Mungkin saja ia menyelinap ke sana! Karena itu aku sudah menyarankan kepada MacKenzie dan Ndula agar mengamat-amati tempat itu. Mungkin mereka sudah ada di sana sekarang." "Lalu, pikiranmu yang satu lagi?" tanya Bob.
"Sesuatu yang sejak semula sudah kurasakan aneh," kata Jupiter. "Bagaimana kejadiannya sampai para penculik itu melihat aku, dan mengira aku ini Ian?"
"Yah-bisa saja kan, mereka kebetulan saja lewat di sini, dan saat itu melihatmu," kata Pete.
"Tapi untuk apa mereka kemari, kecuali jika dari semula sudah tahu bahwa di sini ada seorang remaja yang kelihatannya seperti Ian?" tanya Jupiter lagi.
"Mungkin juga mereka secara kebetulan melihatmu dijalan, lalu membuntuti sampai kemari," kata Bob.
"Ya, betul," kata Pete sependapat. "Mereka mengira bernasib mujur, menemukan Ian secara kebetulan."
"Itu bisa saja," kata Jupiter. "Tapi aku punya firasat, ada satu hal penting yang terlepas dari pengamatan kita. Mestinya ada yang dijadikan pegangan mereka sehingga muncul di sini, dan bukan hanya secara kebetulan saja melihat aku dijalan."
"Pegangan yang mana, Jupe?"
"Itulah yang tidak kuketahui."
Setelah itu mereka sama-sama membisu. Tidak ada yang punya gagasan baru tentang apa yang harus dilakukan. Karenanya Bob dan Pete pulang lagi ke rumah masing-masing. Jupiter menyeberang dengan kepala tertunduk, untuk menonton televisi sebelum saat makan malam. Sesudah itu ia dimintai tolong oleh Paman Titus untuk menemukan kekeliruan dalam pembukuan perusahaan. Jupiter sibuk dengan tugas itu, sampai saat Bibi Mathilda memanggil mereka makan.
Meski hari itu menyebalkan baginya, tapi Jupiter makan dengan lahap. Begitu hidangan di piringnya habis, disodorkannya piring itu untuk minta tambah pada Bibi Mathilda. "Masakan Bibi benar-benar sedap," katanya sambil nyengir. Bibi Mathilda mendengus.
"Aku tidak habis bingung, bagaimana kau masih bisa makan, Anak muda, kalau kulihat keadaan lemari pendinginku yang habis-habisan kausikat isinya."
"Aku tidak mengambil apa-apa dari situ, Bibi Mathilda," kata Jupiter memprotes. "Kemarin kan sudah kukatakan. Wah, dan Pete juga kehilangan-"
Ia tidak menyelesaikan kalimatnya. Ia tertegun dengan mulut ternganga dan mata terbelalak. Kemudian ia meneguk, lalu menatap Bibi Mathilda dengan mata terkejap-kejap. Bibi Mathilda heran melihat perubahan sikap itu. Ia memandang Jupiter dengan mata terkejap-kejap pula.
"Kenapa kau, Jupiter?" tanya Paman Titus.
"Anu... tidak apa-apa, Paman! Sama sekali tidak ada apa-apa!" Ia berdiri dengan cepat. "Bolehkah saya meninggalkan meja sebentar?"
"Kau belum makan hidangan pencuci mulut!" kata Bibi Mathilda. "Sebentar saja, setelah itu aku makan lagi!"
Ia bergegas ke kamar duduk, lalu menelepon Bob.
"Bob! Cepat, kau menelepon Pete dan katakan padanya bahwa kalian harus dengan segera datang ke markas! Bilang pada orang tuamu, malam ini kau menginap di tempatku!" Setelah itu Jupiter kembali ke meja makan.
Perasaannya tidak tenang, sehingga ia hanya bisa makan dua potong saja kue apel yang disajikan Bibi Mathilda. Padahal kue buatan bibinya itu sangat enak. Ia juga hanya minum susu satu gelas besar saja. Setelah itu minta izin pada paman dan bibinya untuk lebih dulu meninggalkan meja makan. Bibi dan pamannya mengizinkan, walau dengan perasaan heran melihat tingkah Jupiter yang menurut mereka aneh itu.
Jupiter bergegas-gegas pergi ke pangkalan di seberang jalan, lalu masuk ke kantor Trio Detektif di dalam karavan yang tersembunyi di balik tumpukan barang rombengan.
Ketika Bob dan Pete muncul sekitar lima belas menit kemudian, mereka menjumpai Jupiter duduk di belakang meja. Ia menatap mereka sambil nyengir.
"Ada apa, Satu?" tanya Bob ingin tahu. Napasnya tersengal-sengal, karena habis ngebut naik sepeda dari rumahnya.
"Kenapa kami harus menginap di sini?" kata Pete.
"Karena," kata Jupiter lambat-lambat, tapi dengan nada bangga, "aku tahu di mana Ian Carew bersembunyi!"

Bab 13
BERTATAP MUKA!

"DI MANA, Satu?" seru Bob.
"Bagaimana kau sampai bisa mengetahuinya?" tanya Pete.
"Selama ini petunjuk mengenainya ada di depan hidung kita," kata Jupiter. "Kita selama ini buta, Teman-teman! Aku sudah merasa bahwa ada suatu hal penting yang terlepas dari perhatian kita. Aku sudah merasa bahwa para penculik itu tidak mungkin hanya secara kebetulan saja melihat aku dijalan lalu membuntuti sampai kemari."
"Kenapa itu tidak mungkin, Jupe?" tukas Pete.
"Karena jika begitu kejadiannya, mereka pasti langsung melihat dari tingkah lakuku bahwa aku bukan pelarian yang hendak menyembunyikan diri! Mereka pasti melihat aku bersama teman-teman yang lain, bertingkah laku seperti layaknya orang yang memang bertempat tinggal di Rocky Beach sini. Mungkin mereka bahkan mendengar aku berbicara, dan dengan begitu takkan mungkin sampai bisa keliru menculik aku!"
"Tapi kekeliruan itu kan mereka lakukan, Jupe!" bantah Bob.
"Betul," kata Jupiter, "dan itulah jawabannya. Mereka keliru karena melihat aku tepat di tempat di mana mereka memperkirakan akan menjumpai Ian! Tempat yang mereka datangi untuk mencari Ian!" "Mencarinya?" Bob melongo.
"Betul, Bob. Di suatu tempat yang tidak jauh letaknya dari lorong di mana Ian turun dari taksi lalu lari. Di suatu tempat di mana sejak beberapa hari belakangan ini ada saja makanan yang hilang tak berbekas!" Mata Jupiter berkilat-kilat. "Teman-teman, Ian bersembunyi di sini, di pangkalan ini!"
"Di... di sini?" Sekarang Pete yang melongo.
"Hanya satu mil dari lorong yang dimasukinya setelah turun dari taksi," kata Bob dengan kagum. "Roti bekalmu waktu itu bukan dimakan tikus, Pete, tapi diambil Ian!"
"Tepat, Bob," kata Jupiter. "Ketika ia lari dari lorong itu dengan kedua penculik yang mengejar berada dekat di belakangnya, rupanya ia berhasil sampai di pangkalan barang bekas ini. Rupanya saat itu ia dengan cepat menilai bahwa barang-barang rombengan yang bertumpuk-tumpuk di sini sangat cocok baginya sebagai tempat menyembunyikan diri, sedang makanan bisa dicurinya dari rumahku. Para penculik membuntutinya sampai kemari, atau paling tidak sampai ke dekat tempat ini. Ketika mereka berputar-putar dengan mobil sambil mencari, saat itulah mereka melihat aku di sini! Tentu saja mereka mengira aku ini Ian, karena aku ada di daerah yang menurut perhitungan mereka bisa dicapai oleh anak itu. Karena itulah mereka lantas membuntuti aku, lalu melancarkan penculikan yang ternyata keliru orangnya!"
"Jadi selama ini ia terus ada di sini, di pangkalan ini?" kata Pete. Ia masih belum bisa percaya.
"Tentang itu, aku yakin," kata Jupiter dengan mantap. "Sekarang kita tinggal menemukannya saja!"
"Menemukan? Maksudmu, mencari dia?" Kening Pete berkerut. "Kita keluar saja, dan teriakkan namanya keras-keras!"
Jupiter menggeleng.
"Tidak, kurasa cara itu takkan berhasil, Dua. Ian kan tidak kenal kita, dan mungkin selama ini ia melihat kita dari kejauhan saja. Tempatnya bersembunyi pasti sangat baik dan terlindung. Kukatakan begitu, karena kalau tidak pasti ia sudah melihat MacKenzie dan Ndula sewaktu mereka kemari, lalu keluar untuk mendatangi mereka. Jika kita sekarang ke luar lalu memanggil-manggil, atau bahkan cuma mencari-cari saja, kemungkinan besar ia akan ketakutan dan lari lagi untuk bersembunyi di tempat lain. Lagi pula, sulit menemukan orang yang bersembunyi di tengah tumpukan barang-barang itu. Kalian kan tahu sendiri!"
"Masak dia tidak harus keluar sekali-sekali, Jupe?" bantah Pete. "Maksudku, tidak mungkin ia terus-menerus bersembunyi."
"Memang, itu tidak mungkin. Apabila ia merasa keadaan sudah cukup aman, mungkin ia akan kembali ke Red Lion Ranch atau menelepon misi perdagangan Nanda di Los Angeles. Tapi sampai saat itu, ia akan terus bersembunyi." "Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan, Jupe?" tanya Bob.
"Aku punya rencana," kata Jupiter. "Menurut dugaanku, Ian hanya berani keluar dari tempat persembunyiannya apabila malam sudah larut dan tempat ini sunyi senyap."
"Itu rupanya kenapa kau menyuruh kami menginap di sini," kata Pete. "Betul!"
"Kita akan menjebaknya, Jupe? Kita intai dia, menunggu sampai muncul nanti?" tanya Bob.
"Itulah rencanaku," jawab Jupiter. "Menurut perkiraanku, Ian hanya keluar apabila perlu mencari makanan. Anak itu cerdik, jadi kalau mengambil selalu sedapat mungkin hanya sedikit saja-sehingga Bibi Mathilda mengira aku yang merampok isi lemari pendinginnya. Itu berarti bahwa bekalnya selalu hanya sedikit. Jadi kita bisa memasang jebakan."
"Ya, betul, dengan makanan." Pete mengangguk.
"Aku merasa pasti ia takkan muncul sampai di pangkalan ini benar-benar tidak ada orang lagi. Karena itu yang pertama-tama kita lakukan adalah pergi ke luar dan mengobrol dengan suara keras, agar Ian pasti bisa mendengar kita, biar di mana pun ia bersembunyi."
"Mengobrol tentang apa?"
"Bahwa kita besok akan jalan-jalan, lalu tentang bekal makanan yang perlu kita siapkan malam ini lalu ditaruh di beranda belakang rumahku, supaya besok kita bisa langsung berangkat pagi-pagi."
"Aku mengerti," kata Pete. "Kalau kita masing-masing menyiapkan bekal, maka itu berarti cukup banyak untuk persediaannya. Ian pasti terpancing!"
Jupiter mengangguk.
"Kurasa ia akan merasa aman, karena diperhitungkannya bahwa kita tentu akan mempersalahkan gelandangan yang lewat jika bekal kita itu besok pagi sudah tidak ada lagi. Pokoknya, nanti sekitar pukul sepuluh kita pergi meninggalkan pangkalan ini, lalu menaruh sesuatu yang kita bungkus supaya kelihatan seperti makanan bekal di beranda belakang rumahku, dan setelah itu naik ke atas untuk tidur. Tapi nanti cuma dua saja dari kita yang benar-benar tidur. Sedang yang ketiga menyelinap turun lagi dan bersembunyi di dapur. Dari situ kita mengintip beranda belakang. Kita bergilir mengintai, masing-masing dua jam, sementara yang dua lagi tidur.
"Kita berbekal alat isyarat kita. Yang sedang mendapat giliran mengintai, alatnya dimatikan. Nanti jika melihat Ian muncul, alat itu dihidupkan dengan komando suara yang biasa. Masih ingat, kan? Katakan saja, 'Tolong!' Dengan begitu alat-alat isyarat yang ada di kamar tidurku akan mulai berbunyi, dan lampu-lampu merahnya menyala berkedip-kedip. Bunyinya akan cukup nyaring, sehingga yang tidur pasti terbangun!"
"Lalu, sesudah itu?" tanya Bob.
"Dua dari kita yang ada di kamar tidurku cepat-cepat bangun dan keluar lewat pintu depan, lalu pergi mengitar ke belakang dari dua arah. Yang ada di dapur memberi waktu sekitar dua menit, lalu setelah itu berteriak keras-keras memanggil Ian. Jika anak itu lari, mau tidak mau ia harus menuju ke arah depan, karena itu satu-satunya jalan untuk kembali ke tempat persembunyiannya di sini. Jadi ia akan menyongsong salah satu dari kita yang datang dari depan. Nah, dia itu harus menahannya sampai yang dua lagi datang."
"Kalau begitu kita bisa mengatakan siapa kita dan memberi tahu tentang MacKenzie dan Ndula, Satu?" tanya Pete menyimpulkan.
Jupiter mengangguk.
"Tapi jangan terlalu berisik nanti! Paman dan bibiku kalau sudah tidur nyenyak sekali. Tapi kalau nanti berisiknya keterlaluan, sudah tentu mereka akan terbangun juga. Nah, sekarang kita ambil saja alat-alat isyarat kita dari bengkel, lalu menyibukkan diri di pangkalan sambil menunggu pukul sepuluh."
Ketiga detektif remaja itu menyibukkan diri di bengkel mereka yang di luar. Mereka bekerja dengan berisik. Setelah itu mereka berkeliaran, juga dengan suara berisik, di dalam pekarangan pangkalan itu. Mereka pura-pura mencari tongkat untuk dibawa berjalan-jalan keesokan harinya. Mereka mencari sambil mengobrol dengan suara keras, membicarakan acara pelancongan dan bekal yang hendak mereka persiapkan lalu ditaruh di beranda belakang agar besok bisa segera berangkat. Beberapa saat sebelum pukul sepuluh mereka memadamkan lampu-lampu di pekarangan lalu menyeberang jalan ke rumah Jupe.
Sesampainya di dalam mereka cepat-cepat menyiapkan bekal pura-pura. Mereka masukkan sejumlah surat kabar bekas yang digumpal-gumpal ke dalam kantung-kantung kertas, yang kemudian mereka letakkan di beranda belakang yang berpagar sisi-sisinya. Setelah itu mereka naik ke atas, ke kamar tidur Jupiter. Bob yang terundi memperoleh giliran menjaga untuk dua jam pertama. Ia menunggu sampai Bibi Mathilda dan Paman Titus naik ke atas untuk tidur. Ketika mereka sudah masuk ke kamar tidur, ia menyelinap kembali ke bawah dan masuk ke dapur. Pete dan Jupiter pergi tidur tanpa berganti pakaian. Alat isyarat mereka masukkan ke kantung kemeja, untuk memastikan bahwa mereka nanti mendengar apabila Bob memberi tanda.
Tengah malam Bob digantikan oleh Jupiter.
Ketiga bungkusan yang ditaruh di beranda belakang masih ada di situ. Di luar tidak ada sesuatu pun yang bergerak. Hanya mobil-mobil saja yang nampak lalu lalang di jalan bebas hambatan yang lumayan jauhnya dari situ, serta pejalan kaki yang sekali-sekali lewat dijalan di depan rumah.
Pukul dua dini hari, Pete muncul untuk menggantikan Jupiter. Pete menguap. Perutnya terasa lapar. Terlintas dalam pikirannya untuk mengambil sesuatu dari lemari pendingin, untuk mengisi perut. Ketika Bob datang untuk menggantikan pada pukul empat, Pete sudah benar-benar bosan menunggu.
"Jangan-jangan Jupiter keliru," bisiknya pada Bob. "Atau mungkin Ian sudah tidak ada lagi di pangkalan! Atau bisa juga ia tidak termakan pancingan kita."
"Aku yakin bahwa Jupe benar," balas Bob dengan berbisik-bisik pula, lalu menambahkan dengan nada agak cemas, "tapi mungkin Ian malam ini pergi mencari makanan di tempat lain. Ini kan bukan satu-satunya rumah di jalan ini, walau letaknya paling dekat."
Pukul setengah enam pagi fajar mulai menyingsing di sebelah timur. Tapi pangkalan dan rumah Jupiter masih terselubung kegelapan. Tiba-tiba ada sesuatu yang bergerak, di dekat beranda belakang!
Bob langsung waspada. Ia mengejap-ngejap, lalu menatap dengan mata terpicing ke tempat di mana gerakan itu terlihat. Sebuah sosok yang tidak nampak jelas berdiri di sebelah luar pintu beranda!
Bob berbisik-bisik untuk menghidupkan kedua alat isyarat yang ada di atas, di dalam kantung baju Pete dan Jupiter.
"Tolong... tolong... tolong..."
Kedua alat yang ada di atas langsung berbunyi dengan jelas, sementara lampu isyaratnya yang merah menyala berkedip-kedip. Jupiter langsung meloncat turun dari tempat tidur. Karena terlalu bergegas, nyaris saja ia terjungkal. Dengan cepat dimatikannya lagi kedua alat isyarat. Ia memasang telinga, sambil menahan napas. Tapi dari arah bawah tidak terdengar apa-apa. Setelah itu diguncang-guncangnya tubuh Pete, untuk membangunkannya.
"Cepat!" desis Jupiter.
Kedua remaja itu buru-buru turun, lalu menyelinap ke luar lewat pintu depan dan kemudian menuju ke belakang lewat samping rumah. Di sana mereka menyembunyikan diri di balik semak.
Di dapur, Bob menunggu sambil memperhatikan jarum arlojinya. Sementara itu pintu serambi belakang terbuka pelan-pelan. Sosok seorang remaja yang bentuk tubuhnya persis Jupiter muncul di ambang, diterangi cahaya redup dari fajar yang menyingsing. Sosok itu bergerak maju dan meraihkan lengan untuk mengambil bekal palsu yang terletak di beranda.
"Stop!" seru Bob. "He, kau! Ian Carew!"
Sosok remang-remang itu terpekik pelan, berbalik dengan cepat lalu lari meninggalkan beranda. Ia tersandung ketika menuruni tangga, jatuh terjerembab, berdiri, lalu lari lagi dengan kepala terpaling ke belakang karena
memandang ke arah Bob. Ketika ia sampai di sudut rumah, tahu-tahu Jupiter meloncat dari balik semak dan menyergapnya.
Napas Jupiter terdengus ketika tubuhnya membentur anak itu. Nyaris saja Ian berhasil meloloskan diri, kalau Bob dan Pete tidak segera datang dan memegangnya. Anak itu meronta-ronta, berusaha membebaskan diri. "Kami ini temanmu, Ian!" "Kami bekerja untuk Sir Roger!" "Kami hendak menolongmu! MacKenzie-"
Tapi anak itu terus meronta-ronta karena panik. Akhirnya Pete terpaksa menduduki tubuhnya, sementara Jupiter cepat-cepat menjelaskan duduk perkara.
"Gordon MacKenzie?" kata Ian setelah Jupiter selesai. "Mr. Ndula? Mereka benar-benar ada di sini?"
"Ya, Ian," kata Jupiter. "Kau sudah aman sekarang. Atau tepatnya, kau akan aman jika sudah berada dalam markas kami. Cepat, Teman-teman!"
Jupe membungkuk sebentar untuk memungut alat isyaratnya yang terjatuh dari kantungnya ketika terjadi pergulatan tadi. Dimasukkannya alat itu ke dalam kantung celananya. Setelah itu bersama Bob dan Pete didorong-dorongnya Ian yang masih ragu-ragu menyeberangi jalan yang penerangannya tidak begitu terang, lalu masuk ke pekarangan pangkalan lewat Gerbang Hijau Satu. Sesampai di dalam, Ian mereka ajak masuk ke Lorong Dua.
"Aku hendak kalian bawa ke mana?" tanya Ian.
"Ke markas kami yang tersembunyi," jawab Jupiter sambil merangkak di belakang Ian. "Soalnya, orang-orang yang hendak menculikmu mungkin sedang berkeliaran di luar."
Pete mendorong pintu tingkap ke atas, dan keempat remaja itu masuk satu per satu ke dalam karavan yang gelap. Bob menyalakan lampu. Begitu melihat tampang Jupiter mulut Ian langsung ternganga dan matanya melotot karena heran.
"Eh... eh, tampangmu persis seperti aku!"

Bab 14
IAN DAN JUPITER

"TIDAK," kata Jupiter sambil nyengir, "kau yang persis seperti aku!" Ian membalas cengirannya.
"Kurasa kau yang benar, karena kita berada di negerimu."
"Apalagi karena kau memakai pakaian itu," kata Pete mengomentari.
Ian mengenakan celana jeans tua milik Jupiter, kemeja polos yang sudah tidak dipakai lagi oleh Jupiter sejak beberapa bulan, serta sepatu santai yang sudah robek.
"Yah, apa boleh buat, karena pakaianku sendiri rusak dalam upayaku menghindarkan diri dari penculikan," kata Ian menjelaskan, "dan ketika menyuruk-nyuruk di sela-sela barang rombengan pada hari pertama perkelanaanku kemari. Jadinya aku terpaksa mengambil alih perlengkapan busana ini, yang kutemukan terselip di dalam sebuah kotak tempat kain-kain bekas."
"Aduh, ampun!" keluh Pete. "Bukan tampang saja, tapi cara mereka bicara juga sama! Bisa mati aku, kalau harus menghadapi dua orang Jupe!" Semuanya tertawa.
"Maaf, jika dengan kemunculanku kini ada orang kembar dua," kata Ian, "tapi di pihak lain aku lega sekali bahwa kalian menemukan aku. Aku sudah mulai khawatir, jangan-jangan tidak pernah ada yang muncul untuk menyelamatkan."
"Aku senang bahwa kita bisa saling berjumpa." Jupiter menatap kembarannya dengan wajah berseri-seri. "Yang jelas, senang sekali rasanya hatiku karena tidak seorang diri lagi," kata Ian. "Tapi nanti dulu-aku belum tahu nama-nama kalian!"
"Kembarmu ini Jupiter Jones namanya. Penyelidik Satu," kata Bob. "Aku Bob Andrews, dari Data dan Riset. Sedang anak jangkung yang berkeluh kesah itu Pete Crenshaw, Penyelidik Dua." "Penyelidik?" kata Ian dengan nada heran. "Sungguh?"
"Ini kartu nama kami, Sir, " kata Jupiter dengan gaya resmi, sambil menyodorkan kartu nama Trio Detektif kepada Ian.
"Hebat!" seru Ian dengan nada iri. "Jadi kalian benar-benar detektif?"
"Kami dikontrak oleh Mr. Ndula dan Mr. MacKenzie untuk membantu mereka mencarimu," kata Bob. "Itu setelah komplotan yang mengejar-ngejarmu menculik Jupiter, karena menyangka dia itu kau!" "Kau diculik oleh mereka, Jupiter?" tanya Ian.
Jupiter menuturkan pengalaman mereka sejak mulai terlibat dalam kasus itu. Ian mengikuti ceritanya dengan penuh minat.
"Jadi kalian berhasil mengetahui apa yang kumaksudkan dengan Tempat Djanga," kata Ian kemudian. "Dan menemukan taksi yang kunaiki di Red Lion?"
"Kami juga menyimpulkan bahwa kau pasti bersembunyi di sini, di pekarangan pangkalan ini," kata Pete dengan bangga.
"Prestasi kerja yang benar-benar hebat," kata Ian dengan antusias. "Tapi apa yang kita lakukan sekarang? Kita menghubungi MacKenzie dan Ndula, agar mereka bisa menyampaikan kabar pada ayahku bahwa aku selamat?" "Ya, tentu," kata Pete sependapat. "Kita antar saja Ian sekarang juga ke Hotel Miramar?"
"Apakah itu tidak berbahaya?" kata Bob lambat-lambat. "Maksudku, mungkin saja para penculik saat ini sedang mengintai di luar, atau mengamat-amati MacKenzie dan Ndula di Miramar." "Adakah kemungkinan itu?" seru Ian dengan cemas.
"Pendapat Bob benar," kata Jupiter memutuskan. "Kemungkinan itu ada! Seperti dikatakan oleh Ndula dan MacKenzie, komplotan radikal itu tidak cepat putus asa. Aku yakin bahwa kita sudah aman di sini, dan tidak ada gunanya mengambil risiko yang tidak perlu. Lebih baik kita telepon saja Ndula dan MacKenzie, meminta mereka datang menjemput kemari."
"Kutelepon mereka sekarang," kata Bob.
Sementara Bob menelepon Hotel Miramar, Ian memandang berkeliling dengan perasaan ingin tahu. Dilihatnya ruang kantor yang dilengkapi dengan meja tulis dan lemari arsip, laboratorium kecil yang juga berfungsi sebagai kamar gelap, serta berbagai perlengkapan yang berserakan di situ.
"Nyaman juga kalian di sini, ya? Aneh, selama aku ada di pekarangan ini, tidak pernah kuketahui bahwa di sini ada karavan."
"Itu sama sekali tidak aneh," kata Pete, "karena memang kami atur agar tidak bisa kelihatan. Kami menutupinya dengan tumpukan barang bekas. Bahkan paman dan bibi Jupiter saja tidak bisa ingat lagi di mana letak karavan ini!" "Hebat!" kata Ian bersemangat. Bob selesai menelepon.
"Telepon di kamar kedua orang Nanda itu tidak diangkat, Satu," katanya. "Pegawai hotel yang kemudian kutanyai tidak tahu di mana mereka berada. Karenanya kukatakan padanya bahwa nanti kita akan menelepon lagi. Aku tidak mau meninggalkan pesan, karena khawatir kalau jatuh ke tangan musuh."
"Itu pertimbangan yang tepat, Bob," kata Jupiter. "Mungkin mereka sedang mengamat-amati Red Lion, seperti kuusulkan. Salah seorang dari mereka mestinya sebentar lagi kembali ke Miramar." Ia menoleh ke arah Ian. "Ngomong-ngomong, apa rencanamu jika tidak ketemu kami tadi, Ian?"
"Maksudku hendak kembali ke Red Lion apabila keadaan kurasa sudah aman. Aku hendak melihat apakah ada yang berhasil mengikuti jejakku sampai di sana."
"Persis seperti yang kuduga," kata Jupiter dengan sikap puas.
"Kau tidak bermaksud menghubungi misi perdagangan?" tanya Bob.
"Hanya kalau tidak ada jalan lain lagi. Ketika para penculik itu tahu-tahu muncul di Red Lion, aku langsung menyadari bahwa mereka memiliki kemungkinan untuk mengetahui pesan-pesan yang dikirim lewat misi itu. Kecuali itu mereka mestinya tahu cukup banyak mengenai aku, sehingga bisa menafsirkan segala pesan rahasia yang kukirimkan."
Jupiter merogoh ke dalam laci meja tulis dan mengeluarkan taring kecil dari gading dengan pengikat dari emas yang ditemukan di ngarai buntu.
"Kau pernah melihat barang ini, Ian?" Ian meneliti perhiasan itu.
"Yah, yang jelas ini buatan Nanda, dan memang aku rasa-rasanya seperti pernah melihatnya. Tapi di mana, aku tidak ingat!"
"Bob," kata Pete, "coba kautelepon Miramar lagi."
Sementara Bob menelepon kembali, Ian mengamat-amati berbagai perlengkapan Trio Detektif yang ada di dalam ruangan itu. Dilihatnya teropong yang dapat diangkat ke atas lewat lubang di atap karavan, lalu sebuah alat pengeras suara agar pembicaraan telepon dapat diikuti beramai-ramai, selanjutnya walkie-talkie, sebuah mikroskop. Bahkan kamera untuk televisi kabel juga ada di situ.
"Dari mana kalian memperoleh alat-alat sebanyak ini?" tanya Ian.
"Sebagian besar kami buat sendiri," jawab Pete. "Atau tepatnya, Jupe yang membuat. Dengan menggunakan berbagai suku cadang dan alat-alat rusak yang dijual sebagai barang rombengan ke pangkalan." "Kami memiliki bengkel di luar," kata Jupiter menambahkan. "Bengkel? Aku juga punya, di rumah!"
"Kita tadi melewati bengkel kami sewaktu hendak masuk kemari, meski kau tidak bisa melihatnya karena masih gelap. Kau juga masuk ke situ ketika menyambar bekal makan siang Pete beberapa hari yang lalu!"
"Tapi waktu itu aku tidak memperhatikan," kata Ian sambil tertawa. "Bisakah aku melihatnya sekarang? Sambil menunggu?"
Bob menoleh ke arah mereka, sementara tangannya masih memegang gagang telepon.
"Ndula baru saja kembali," katanya. "Sekarang sedang menuju ke kamar. Kutunggu saja sampai ia datang."
"Sementara itu kami ke bengkel," kata Pete.
Pete dan Jupe mengantar Ian ke bengkel dengan melalui Lorong Dua lagi. Sesampai di luar, matahari ternyata sudah nampak di sebelah timur. Ian memandang berkeliling dengan sikap gelisah. "Amankah kita di sini?"
"O ya," kata Jupiter menenangkan. "Dari luar, orang tidak bisa melihat kemari sebab pagar itu terlalu tinggi. Sedang dari dalam pekarangan juga tidak bisa, karena terlindung tumpukan barang-barang bekas yang ada di sekeliling bengkel ini. Tapi kita bisa melihat jika ada orang datang."
Ian mengangguk dengan gembira, lalu mulai melihat-lihat segala perkakas yang terdapat di atas bangku kerja yang panjang dan yang ditaruh di pinggir tempat yang dijadikan bengkel itu.
"Wah, bengkel ini benar-benar lengkap," kata Ian dengan kagum.
Saat itu Bob muncul, lewat Lorong Dua.
"Aku sudah bicara dengan Ndula!" katanya bersemangat. "Ia sekarang pergi menjemput MacKenzie, lalu langsung kemari."
"Sayang juga sebenarnya," kata Ian. "Aku sebenarnya ingin seharian di sini, melihat-lihat markas kalian." Ia membungkuk, lalu meraih sesuatu yang terletak di rak yang terdapat di bawah bangku kerja. "Untuk apa ini?" Disodorkannya sebuah benda hitam, berbentuk seperti kotak korek api. "Itu?" kata Pete. "Itu... anu, itu... he, Jupe, benda apa itu?" Bob mengambil kotak kecil itu. "He, ini kan-"
"Itu bukan kepunyaan kita!" seru Jupiter sambil menatap benda itu dengan mata melotot. "Itu alat penyadap pembicaraan!"
"Apa?" tanya Ian.
"Mikrofon, untuk mendengarkan pembicaraan orang dengan sembunyi-sembunyi!" kata Jupiter dengan cemas. "Ada orang menguping, Teman-teman! Cepat, kita harus-"
"Tenang-tenang saja, Anak-anak! Kalian tidak bisa kemana-mana lagi!"
Suara yang tiba-tiba terdengar itu datang dari sebelah luar bengkel-suara yang sudah pernah mereka dengar. Penculik yang bertubuh gempal dan berambut keriting melangkah ke dalam bengkel, diikuti oleh temannya yang jangkung. Mereka menggenggam pistol, yang diarahkan kepada keempat remaja yang hanya bisa melongo.

Bab 15
MUSUH MENGHADAPI MASALAH ANEH

"AKHIRNYA kita berhasil juga, Walt!" kata penculik yang jangkung. "Ya, kelihatannya memang begitu, Fred!"
"Kurasa kita perlu berterima kasih pada ketiga remaja cerdik ini," kata Fred. "Sekali ini mereka menolong kita, sehingga kita tidak perlu repot-repot lagi."
"Kita memang berterima kasih pada mereka, Fred." Walt mengatakannya sambil tertawa jelek.
Kedua orang Nanda itu asyik sendiri dengan kelakar mereka, dan kelihatannya tidak merasa perlu terburu-buru. Mudah-mudahan saja MacKenzie dan Ndula segera datang, kata anak-anak dalam hati.
"Kalian takkan bisa meloloskan diri!" tukas Bob.
"Dan takkan mungkin kalian bisa memaksa Sir Roger untuk menuruti kemauan kalian!" sambung Pete dengan sengit.
"Tapi kami pasti akan bisa meloloskan diri," kata Walt dengan gaya pasti. "Dan tentang Sir Roger, kita lihat saja nanti!"
Penculik bertubuh gempal itu tersenyum, lalu memandang-mula-mula ke arah Ian, lalu menatap Jupiter. Temannya juga menatap kedua remaja itu silih berganti. Bob dan Pete tiba-tiba melihat mata Jupiter berkilat-kilat.
"Kau memang pintar, Jones," kata Walt, "tidak mengatakan siapa kau sebenarnya! Untung saja kami menyelinap kembali ke kota ini, setelah meninggalkan helikopter. Kami langsung menyadari kekeliruan kami, begitu membaca berita itu di surat kabar. Menurut perkiraan kami, Ian Carew pasti masih ada di sekitar sini. Jadi sementara polisi dan lain-lainnya sibuk mencari-cari kami ke mana-mana, kami sendiri mengamat-amati tempat ini."
"Kami melihat MacKenzie dan Si Biadab Ndula itu," kata Fred menyambung sambil nyengir. "Ketika kalian bertiga menggabungkan diri dengan mereka, kami lantas tahu bahwa pada suatu saat kami pasti akan menjumpai tempat Ian bersembunyi, lewat kalian. Bagi kami gampang saja untuk menyelinap di antara orang-orang yang datang berbelanja di pangkalan ini. Kalian begitu sibuk dengan usaha menemukan Ian, sehingga tidak sempat mengenali kami."
"Kami melihat kalian!" kata Pete dengan sengit.
"Di seberang jalan? Ya, ketika itu nyaris saja kami tertangkap tangan," kata Walt. "Tapi kami sempat cepat-cepat menghindar! Kemudian kami melihat kalian di dalam bengkel ini. Kami lantas menaruh mikrofon itu pada saat kalian sedang pergi."
Kedua penculik itu berdiri membelakangi suatu tumpukan barang bekas yang letaknya dekat sekali dengan mereka. Bob melirik Jupiter sekilas. Barang-barang bekas itu memang sengaja ditumpukkan di situ sebagai jebakan yang bisa dirobohkan dengan gampang sehingga menimpa orang yang berdiri di depannya. Jupiter menggeleng dengan gerakan yang nyaris tidak kelihatan. Memang, risikonya terlalu besar, karena lawan memegang pistol. Tapi mata Jupiter masih nampak berkilat-kilat. Apakah yang hendak dilakukan olehnya?
"Setiap polisi di California sudah disiagakan!" tukas Pete, untuk mengulur waktu.
"Dan mereka pasti akan berhasil meringkus kalian," kata Bob menambahkan.
"Tapi kami kan punya sandera," kata Walt dengan santai.
"Takkan ada yang berani menyentuh kami," ejek Fred.
"Nah, Ian, kita harus pergi sekarang," kata Walt.
"Kami tidak ingin ada yang mengalami cedera," kata Fred mengingatkan.
Ian maju selangkah.
"Baiklah, aku ikut dengan kalian."
Tahu-tahu Jupiter juga melangkah maju, dan berdiri di sisi Ian. "Baiklah, aku ikut dengan kalian," katanya. "Jangan membahayakan dirimu, Jupiter," kata Ian.
"Jangan membahayakan dirimu, Jupiter," kata Jupiter menirukan, lalu menyambung, "mereka ini tidak bisa ditipu, Jupiter. Mereka tahu bahwa aku ini Ian."
Jupiter berbicara dengan logat Inggris yang agak aneh, persis seperti Ian!
"Jupiter!" seru Ian. "Kita tidak boleh main-main dengan mereka ini. Mereka pasti tahu bahwa akulah Ian."
Kedua penculik itu menatap Ian dan Jupiter dengan mata melotot marah. Mereka tidak tersenyum dan berkelakar lagi. Saat itu barulah mereka sadar bahwa mereka tidak tahu mana yang Ian, dan mana yang bukan! Dan saat itu barulah Bob memahami arti kilatan mata Jupiter. Rupanya anak itu merasa pasti bahwa kedua penculik itu tidak bisa membedakan mana Ian dan mana Jupiter. Kedua remaja yang bertampang sangat mirip itu mengenakan pakaian yang secorak, dan kini-berkat kehebatan Jupiter menirukan orang-juga serupa logat bicaranya!
"Baiklah," kata Walt dengan nada mengancam, "cukup sampai di sini saja lelucon ini. Kuminta Ian Carew yang sebenarnya mengaku!"
"Kalau tidak, bisa berbahaya bagi satu dari kalian berdua," kata Fred memperingatkan.
"Sudahlah, Jupiter," kata Ian. "Aku harus ikut dengan mereka!"
"Hentikan sajalah usahamu itu, Jupiter," kata Jupiter dengan suara yang persis suara Ian. "Kini mereka pasti sudah bisa memastikan bahwa akulah sebenarnya Ian. Kau terlalu memaksa hendak ikut dengan mereka!" Para penculik melotot ke arah kedua remaja itu.
"Yang berkemeja kembang-kembang itu Ian," kata Fred memutuskan. "Dia benar, anak yang pertama terlalu memaksa untuk ikut! Dia hendak menyebabkan kita keliru lagi."
"Tapi Ian yang asli memang begitu wataknya! Rela berkorban untuk menyelamatkan kawan," kata Walt. "Geledah saja mereka!"
Dengan pistol di tangan, Fred menghampiri kedua remaja itu.
"Periksa pakaian mereka," kata Walt. "Lihat tanda-tanda dari perusahaan pencuci pakaian!"
Fred membalikkan kerah kemeja yang dipakai Jupiter.
"Sekarang tidak ada keraguan lagi, Walt! Di sini tertera, Jones 1127!"
Jupiter tenang-tenang saja.
"Pakaianku sendiri robek ketika melarikan diri dari kejaran kalian," katanya sambil mengangkat bahu. "Pakaian ini kutemukan di tempat ini. Coba kauperiksa kemejanya!"
Fred menghampiri Ian, lalu melihat ke balik kerah yang dipakai anak itu. Ia mengumpat. "Juga Jones 1127! Sialan!" Ian mengangguk.
"Betul, karena pakaianku sendiri robek, dan baju dan celana ini kutemukan di pangkalan sini. Aku tidak membawa apa-apa yang bisa dijadikan bukti bahwa aku ini Ian."
"Kalau begitu sekarang ada dua Ian, Jupiter," kata Jupiter. "Kantung-kantungku juga tidak ada apa-apanya, karena ini bukan pakaianku."
Bob dan Pete melongo. Ya, tentu saja! Tadi malam Jupiter kan langsung tidur tanpa berganti pakaian. Jadi sebelum itu semua yang ada di kantungnya sudah dikeluarkan.
"Tapi, Tuan-tuan," kata Jupiter lagi, masih dengan logat Inggris yang aneh, "di dalam kantung kemeja Jupiter ada sesuatu yang bisa dijadikan bukti bahwa ia sebenarnya Jupiter Jones!"
Dengan cepat Fred merogoh kantung kemeja Ian. Dikeluarkannya mikrofon kecil yang tadi dipakai oleh kedua penculik itu untuk ikut mendengarkan pembicaraan di tempat itu.
"Ini mikrofon kita!" kata Fred sambil menoleh ke arah kawannya. "Ini bengkel anak yang bernama Jones itu, jadi wajar jika ia yang kemudian mengantunginya!"
"Goblok!" bentak Walt. "Kita tadi kan mendengar Ian Carew menemukannya, lalu semuanya silih berganti menelitinya. Siapa yang bisa tahu siapa yang kemudian menyimpannya? Dan jangan kauterima saja bahwa dalam kantung mereka tidak ada apa-apa. Periksa sendiri!"
Merah muka Fred karena didamprat seperti itu. Dengan marah ia berbalik, dan membentur Jupiter yang berdiri dekat sekali di belakangnya.
Jupiter terpaksa berpegang pada jas penculik itu agar jangan terjungkal. Sambil mengumpat, Fred membebaskan diri.
"Lepaskan!" bentaknya. "Dan tetap berdiri di situ!"
Penculik bertubuh jangkung itu menggeledah Jupiter dengan teliti, lalu berpaling dan memeriksa Ian. "Percuma saja, Walt, kedua-duanya tidak mengantungi apa-apa." Jupiter nyengir saja. Dan tiba-tiba Ian juga ikut-ikutan nyengir.
"Kita akhiri saja lelucon yang tidak lucu ini," kata Walt dengan geram. "Anggota tentara yang menjadi supir ayah Ian Carew, siapa namanya, dan apa pangkatnya? Satu di antara kalian berdua kini bisa membuktikan bahwa dialah yang sebenarnya Ian, lalu Jones tidak akan kami apa-apakan."
Bob dan Pete terkejut. Tidak mungkin Jupiter bisa menjawab pertanyaan itu!
"Baiklah," kata Ian. "Aku tidak tahu. Aku Jupiter Jones."
Wajah Pete dan Bob tetap seperti biasa, tapi dalam hati mereka bersorak. Ternyata Ian menangkap siasat yang sedang dijalankan oleh Jupiter!
"Baiklah, aku mengaku," kata Jupiter. "Akulah Jupiter Jones."
Kedua penculik itu terbelalak. Mereka marah sekali! Walt berpaling pada Bob dan Pete.
"Barangkali kalian berdua cukup berakal sehat, dan tidak ikut-ikutan membahayakan keselamatan teman kalian. Katakan, yang mana Jupiter Jones." "Dia!" kata Pete sambil menuding Ian. "Dia!" Bob menunjuk ke arah Jupiter. Walt mengangguk lambat-lambat.
"Baiklah," katanya, "kalau begitu tinggal satu yang bisa kami lakukan." Dihampirinya kedua remaja di depannya, yang kelihatannya seperti anak kembar.

Bab 16
TINDAKAN BERBAHAYA

SETELAH menjemput Gordon MacKenzie di Red Lion Ranch, Adam Ndula mengemudikan mobil Cadillac ke pangkalan Jones. Sesampai di sana mereka lantas bergegas masuk. Tapi tidak ada anak-anak yang muncul menyongsong mereka. Kedua orang Nanda itu memandang berkeliling pekarangan yang lengang dan sunyi pada saat yang masih pagi itu.
"Ian!" seru MacKenzie memanggil. "Jupiter?"
"Kata Bob tadi, Ian mereka bawa ke dalam markas mereka yang tersembunyi letaknya," kata Ndula, lalu memanggil dengan suara lantang, "Jupiter Jones!" "Ian! Jupiter!"
"Astaga, berisiknya!" Bibi Mathilda muncul dari balik bangunan yang merupakan kantor perusahaan. "Berteriak-teriak, seperti anjing ajak melolong-lolong! Tahu tidak, baru pukul berapa sekarang?"
"Maaf, Ma 'am, " kata MacKenzie buru-buru, "tapi kami mencari anak-anak. Mana Jupiter?" "Ah, kalian berdua rupanya! Orang dewasa, tapi bertingkah laku seperti anak kecil. Huh!" "Anda tahu di mana keponakan Anda itu?" tanya Ndula.
"Tidak!" bentak Bibi Mathilda. "Ia tadi pagi-pagi sekali menyelinap pergi bersama teman-temannya, entah ke mana!"
"Tapi mereka tadi meminta kami agar menjumpai kami di sini," kata Ndula lagi.
"Kalau begitu kemungkinannya mereka ada di sekitar sini. Coba cari saja di bengkel mereka! Lurus saja ke kiri menuju tumpukan rombengan yang tinggi itu, lalu ikuti-"
"Terima kasih," kata MacKenzie memotong, "kami sudah pernah ke situ."
Kedua warga Nanda itu bergegas menuju ke bengkel Trio Detektif. Tapi mereka tidak menemukan siapa-siapa di sana.
"Mereka tidak di sini!" kata MacKenzie dengan heran. "Bunyi apa itu?" kata Ndula sambil mendengarkan baik-baik.
Kedua orang itu mendengar bunyi berat seperti logam digebuk-gebuk. Datangnya dari salah satu tempat, tidak jauh dari situ. Bunyi itu diiringi suara samar, yang kedengarannya seperti orang mendengus-dengus. "Dari sebelah sana!" kata Ndula. "Pipa besar itu!"
Kedua orang Nanda itu lari menghampiri lubang pipa itu lalu melongok ke dalam. Ternyata di situ ada Pete dan Bob! Kedua anak itu meringkuk di dalam pipa dalam keadaan terikat sementara mulut mereka disumbat. Dengan cepat mereka dikeluarkan oleh Ndula dan MacKenzie, lalu dibebaskan dari ikatan.
"Para penculik itu!" seru Pete panik.
"Mereka diculik!" sambung Bob dengan gugup.
"Mereka?" kata MacKenzie mengulangi dengan nada heran. "Maksud kalian, Ian dan Jupiter? Mereka yang diculik? Kapan?"
"Belum sampai lima menit yang lalu." Pete mengerang. "Kedua penculik itu tidak berhasil mengetahui mana yang Ian dan mana yang Jupiter-lalu kedua-duanya mereka bawa!" "Ke mana?" tanya Ndula. "Kami tidak tahu!"
"Naik mobil apa? Kalian sempat melihat nomornya?"
"Kami bahkan sama sekali tidak melihat kendaraan yang mereka pakai!"
"Tidak mungkin mereka sudah terlalu jauh dari sini," kata MacKenzie. "Polisi pasti-"
"Peter!" Ndula menatapnya dengan heran. "Itu, bajumu-kelihatannya seperti terbakar. Ada sinar merah berkedip-kedip di dalam kantungmu!"
"Alat isyarat kita, Dua!" seru Bob. "Pasti itu Jupe! Cepat hidupkan, dan lihat arah yang ditunjuk jarumnya!"
Pete buru-buru mengeluarkan alat berukuran kecil itu dari kantung kemejanya. Lampu isyaratnya berkedip-kedip. Begitu Pete menghidupkannya, langsung terdengar bunyi nyaring terputus-putus, dan jarum yang terpasang pada piringan arah mata angin menunjuk ke pusat kota Rocky Beach.
"Bunyinya sangat nyaring!" seru Pete bersemangat. "Itu berarti mereka belum jauh!"
"Dan mereka menuju ke dalam kota," kata Bob. "Cepat, Mac! Kita kejar mereka! Mungkin belum terlambat!" Pete, Bob, dan kedua orang Nanda itu lari ke luar dan menuju mobil Cadillac. Setiba di situ Pete membungkuk, memperhatikan alat isyaratnya. Bunyi yang keluar dari alat itu terdengar jelas dan nyaring. "Ke arah sana!" Pete menuding lurus ke arah kota.
Dengan cepat Cadillac itu melesat pergi, dikemudikan oleh Ndula. MacKenzie memandang alat yang dipegang Pete.
"Instrumen apa itu? Bagaimana cara kerjanya?"
"Ini alat penunjuk arah dan sekaligus pemberi tanda bahaya," kata Bob menjelaskan. Bunyi terputus-putus yang keluar dari alat itu bertambah nyaring. "Bisa mengirimkan isyarat, dan juga menerima. Sekarang alat ini menerima isyarat yang dipancarkan alat yang ada pada Jupiter. Karena itulah terdengar bunyi ini. Semakin dekat kita dengan alat yang memancarkan isyarat, bunyinya akan bertambah nyaring dan cepat urut-urutannya. Dan jarum pada pelat ini menunjukkan dari arah mana isyarat datang. Alat ini juga bekerja sebagai pemberi tanda darurat. Lampu merah mulai menyala berkedip-kedip, begitu diberi komando dengan suara. Alat ini menyala karena Jupe menyebutkan kata-"
"Jangan kausebutkan!" teriak Pete cepat-cepat. "Nanti alat yang ada pada Jupe menyala!"
Bob terkejut.
"Aduh, untung kau sempat mengingatkan," katanya dengan gugup. "Jadi Jupe tadi sempat menyebutkan kata t-o-1-o-n-g dekat alatnya, dan itu menyalakan alat ini."
"Belok ke kanan, Adam!" seru Pete dengan tiba-tiba. "Bunyi isyaratnya semakin nyaring. Kurasa penculik itu kini berhenti di salah satu tempat!"
Kening MacKenzie berkerut.
"Masing-masing alat sekaligus merupakan pemancar dan penerima, Bob? Dan Jupiter mengaktifkan alat yang dibawanya, jadi yang sekarang ada dalam kendaraan para penculik? Apa yang akan terjadi jika kita secara tidak sengaja menyebabkan alatnya menyala?"
"Aku yakin ia tidak menghidupkannya," kata Bob menjelaskan, "jadi takkan ada bunyi yang keluar. Dan mungkin alat itu disembunyikannya dalam kantung celana, sehingga kalau menyala lampunya takkan terlihat oleh para penculik."
"Mudah-mudahan saja begitu," kata MacKenzie, "karena tindakannya itu sangat berbahaya. Jika para penculik sampai tahu bahwa ia dengan diam-diam memberi isyarat, mereka akan langsung tahu bahwa dialah Jupiter!" Bob langsung pucat. "Cepat, Adam!"
* * *
Mobil Lincoln sewaan berwarna biru yang dipakai oleh para penculik membelok masuk ke suatu tempat penjualan bensin. Sementara Fred mengisi bensin, Walt menjaga Ian dan Jupiter yang duduk di jok belakang. Tidak ada orang menghampiri mobil berpenampilan anggun itu.
"Akan lebih enak bagi kalian berdua, jika kalian mau mengatakan siapa yang sebenarnya Ian Carew," kata Walt.
"Pasti akan datang pertolongan bagi kami," kata Jupiter. "Itu sudah pasti!"
"Betul," kata Ian menimpali, "teman-teman kami pasti akan mengerahkan bantuan."
"Tapi mungkin nanti sudah terlambat," sergah Walt. "Jika yang satu dari kalian yang bukan Ian sekarang ini juga turun dari mobil, ia takkan kami apa-apakan. Tapi jika kami sampai terpaksa harus membuktikan sendiri nanti-yah, ada risiko bahwa ia harus kami singkirkan!"
"Aku tidak percaya," kata Ian.
"Aku juga tidak," kata Jupiter. "Lagi pula, bantuan pasti datang untuk menyelamatkan kami."
"Jangan tolol, Jones," kata Walt. Ditatapnya kedua remaja itu silih berganti. "Ini bukan urusanmu! Jika kau cemas memikirkan keselamatan Ian, ketahuilah bahwa ia takkan kami apa-apakan. Kami memerlukannya untuk urusan yang sangat penting. Kami memerlukannya dalam keadaan selamat."
"Sampai aku tidak kalian perlukan lagi," kata Jupiter, berlagak bahwa dialah Ian.
"Ya, bisa kubayangkan apa nasibku nanti jika tidak lagi kalian perlukan," kata Ian.
"Jika kami sampai terpaksa membawa kalian berdua," sergah Walt lagi, "aku tidak berani menanggung nasib apa yang akan menimpa anak yang bernama Jones!"
Tampang Ian dan Jupiter langsung pucat mendengar ancaman tidak langsung itu. Tapi keduanya sama-sama membisu.
"Oke, Walt," sela Fred, yang sementara itu sudah selesai mengisi bensin, "mereka sudah cukup kita beri kesempatan. Sekarang, kita pecahkan masalah ini dengan cara kita! Mereka berdua ini tidak secerdik sangkaan mereka sendiri!"
* * *
Ndula mengemudikan Cadillac secepat yang masih dimungkinkan, menelusuri jalan-jalan di dalam kota. Pete duduk di sampingnya, sambil terus memperhatikan gerak jarum penunjuk arah. Bob dan MacKenzie yang duduk di belakang, mencondongkan tubuh ke depan dengan sikap tegang untuk ikut memperhatikan. Tahu-tahu bunyi yang keluar dari alat isyarat menjadi lemah dan tidak secepat tadi urut-urutannya.
"Belok ke kanan!" seru Pete, ketika dilihatnya jarum pada piringan mata angin berputar dengan cepat, menunjuk ke arah pantai.
Ndula membelokkan mobil memasuki jalan berikut yang menuju ke kanan. Yang dimasukinya itu jalan raya yang lebar dan menuju ke pelabuhan. Banyak mobil hilir mudik di situ, dikendarai orang-orang yang hendak pergi bekerja. Sementara itu bunyi yang keluar dari alat isyarat semakin bertambah pelan dan lemah kedengarannya!
"Mereka mengarah ke selatan lagi!" seru Pete.
"Pete!" kata Bob dengan tegang. "Mestinya mereka memasuki jalan bebas hambatan! Lihatlah, panahnya menunjukkan arah tenggara. Ke arah Los Angeles!"
"Wah, wah-kelihatannya kau benar, Bob!" keluh Pete. "Masih berapa jauhnya jalan itu dari sini?" tanya MacKenzie. "Paling kurang satu mil lagi," kata Bob.
"Aku tidak bisa terlalu cepat di tengah lalu lintas sesibuk ini," kata Ndula sambil menggeleng-geleng. "Dijalan bebas hambatan, mereka bisa mengebut dengan kecepatan empat kali lipat daripada kita sekarang," ujar MacKenzie dengan lesu. "Sampai seberapa jauhkah jarak yang masih bisa dijangkau alat kalian itu?" "Cuma sekitar tiga mil," jawab Bob.
Sementara Cadillac besar itu hanya bisa bergerak dengan lambat dijalan yang ramai itu, mereka berempat hanya bisa melihat saja tanpa daya bahwa gerakan jarum bertambah lemah dan bunyi isyarat pelan-pelan menghilang. Akhirnya jarum menunjuk lurus ke atas, bunyi isyarat lenyap, dan lampu yang berkedip-kedip padam.
"Mereka lenyap, Anak-anak," kata MacKenzie. "Kita tidak bisa mengejar mereka lagi, dan kita juga tidak tahu bagaimana rupanya kendaraan yang mereka naiki. Kurasa lebih baik kita melapor ke polisi saja sekarang!"
* * *
Ian dan Jupiter meringkuk berdempetan di jok belakang mobil Lincoln yang dipakai para penculik. Walt duduk di sudut seberang mereka, dengan pistol di pangkuannya. Matanya terpejam.
"Sebaiknya kita mengaku saja, Jupiter," bisik Ian di telinga Jupiter. "Kau pasti akan mereka lepaskan."
"Jangan," balas Jupiter dengan berbisik pula. "Aku takkan mungkin mereka lepaskan. Aku tetap aman selama mereka tidak bisa membeda-bedakan kita berdua. Untuk sementara ini mereka takkan berani membahayakan keselamatan Ian Carew. Tapi Jupiter Jones tidak mereka perlukan, ditambah lagi aku sementara ini sudah tahu terlalu banyak tentang mereka!"
Salah satu mata Walt terbuka.
"Tutup mulut!" bentaknya. "Tadi kalian sudah cukup lama kami beri kesempatan untuk bicara. Tidak lama lagi kami akan menyingkirkan salah satu dari kalian!"
Laki-laki itu tertawa seram, lalu memejamkan matanya kembali, sementara mobil Lincoln yang dikemudikan Fred melaju pada pagi hari yang cerah itu dengan tujuan yang tidak diketahui oleh Ian dan Jupiter.

Bab 17
PETE MELANCARKAN TUDUHAN

PETE, Bob, dan kedua orang Nanda itu duduk menunggu di bangku panjang di kantor pusat dinas kepolisian Rocky Beach. Paman Titus dan Bibi Mathilda juga hadir di situ. Bibi Mathilda yang galak itu sekali ini bersikap tenang, setelah Bob dan Pete selesai menuturkan apa yang terjadi dengan Jupe dan Ian.
"Keselamatan Ian Carew penting sekali artinya bagi negeri Anda, Mr. Ndula?" tanyanya. "Bagi kemerdekaan dan masa depannya?"
"Betul, Mrs. Jones," jawab Ndula. "Sangat penting! Ayahnya adalah harapan utama kami demi tercapainya kemerdekaan tanpa pecah perang saudara, dan demi demokrasi yang sejati serta masa depan yang damai. Komplotan penculik itu berniat memperalat Ian sebagai sandera untuk memaksa Sir Roger agar mau mengikuti kemauan mereka. Karena itu kami harus berhasil menyelamatkan Ian."
"Dan ketika Jupiter diculik, ia beserta teman-temannya sedang membantu kalian menemukan Ian?"
"Betul, Mrs. Jones," kata MacKenzie.
"Kalau begitu anak-anak sudah bertindak seperti seharusnya," kata Bibi Mathilda. "Aku merasa senang bahwa mereka telah berusaha membantu kalian. Sekarang kita harus menyelamatkan kedua anak itu." Saat itu Chief Reynolds datang menghampiri. Wajahnya nampak tegang.
"Saya telah memberi kabar kepada polisi Los Angeles," katanya, "tapi aku tidak tahu apa yang bisa mereka lakukan. Kita tidak tahu mobil apa yang dipakai komplotan penculik itu, begitu pula nomornya. Jadi Los Angeles paling-paling hanya bisa meneruskan keterangan tentang ciri-ciri kedua penculik pada satuan-satuan mobil patroli mereka, dan-"
"Itu lagi?" kata Bibi Mathilda sambil mendengus. "Rasanya itu sudah pernah Anda lakukan, tapi tanpa sedikit pun mendatangkan hasil. Para penculik itu tetap saja bisa menyusup kembali kemari!"
"Penculik biasanya tidak kembali ke tempat yang sama, Mrs. Jones. Tidak ada sesuatu yang bisa kami jadikan pegangan waktu itu untuk mengetahui bahwa itu akan terjadi."
"O ya, alasan untuk itu ada!" bentak Bibi Mathilda. "Jupiter kan sudah mengatakan pada Anda, mereka bukan penculik biasa! Itu mestinya Anda perhitungkan!"
"Saya rasa Anda benar, Mrs. Jones," kata Chief Reynolds mengaku. "Tapi pokoknya, kepolisian Los Angeles tadi mengatakan bahwa semua petugas mereka akan dikerahkan untuk mencari para penculik dan kedua remaja itu. Tapi mereka takkan bisa langsung bertindak jika nanti melihat mereka."
"Kenapa begitu, Chief?" tanya Paman Titus.
"Karena Jupiter dan Ian ada di tangan mereka, Mr. Jones, dan kedua penculik itu bersenjata. Dari keterangan Mr. MacKenzie dan Mr. Ndula kami menarik kesimpulan bahwa kedua orang itu tidak bisa digolongkan sebagai penjahat biasa, tapi boleh dipandang sebagai prajurit yang bersedia mengorbankan nyawa demi tercapainya tujuan mereka," kata kepala polisi Rocky Beach itu menerangkan. "Tidak, satu-satunya yang bisa memberikan harapan keberhasilan adalah membuntuti mereka, lalu kemudian baru melakukan sergapan pada saat mereka sedang lengah."
"Tapi keselamatan kedua anak itu kan sangat terancam saat ini!" seru Paman Titus.
"Tidak," kata MacKenzie. "Menurut saya, keadaan mereka untuk sementara tidak terlalu berbahaya, Mr. Jones. Para penculik takkan berani berbuat apa-apa terhadap Ian, karena nanti tidak bisa digunakan sebagai alat untuk menekan Sir Roger. Dan saya rasa Jupiter juga takkan mereka apa-apakan. Ini suatu aksi politik, bukan kasus penculikan untuk mendapat uang tebusan, dan mereka takkan melakukan tindakan yang akan menimbulkan kemarahan pemerintah Amerika Serikat. Tapi tentu saja apabila mereka sudah sampai di Nanda, keadaannya akan menjadi lain."
"Kalau begitu kita harus berusaha mencegah agar mereka jangan sampai bisa pulang ke Nanda," kata Chief Reynolds. "Coba kita bisa tahu apa sebabnya mereka sekali ini menuju ke Los Angeles, dan bukannya ke arah utara seperti waktu itu."
"Mereka pasti sudah punya rencana tertentu untuk meloloskan diri," kata Ndula.
"Dengan membawa Ian!" kata Bob dengan tiba-tiba. "Tapi sampai sekarang mereka belum tahu mana yang Ian dan mana Jupiter! Itu merupakan masalah yang tidak termasuk perhitungan dalam rencana mereka, dan bisa saja menyebabkan mereka terpaksa mengubah rencana!" Bob berpaling ke arah Ndula dan MacKenzie. "Adakah kemungkinan mereka akan dapat mengenali Ian, jika sudah berada di Los Angeles?"
"Sepanjang pengetahuanku tidak ada, Bob," kata MacKenzie.
"Kalau di Nanda, ada kemungkinan itu," kata Ndula, "tapi di Los Angeles, tidak."
"Tidak adakah seseorang di Misi Perdagangan Nanda yang mengenal Ian?" tanya Pete sambil berpikir. "Maksudku, barangkali saja seseorang yang kenal dengan keluarga Sir Roger?"
MacKenzie dan Ndula terkejut lalu berpandang-pandangan, seolah-olah selama itu mereka tidak berpikir ke arah
itu.
"Bagaimana dengan John Kearney?" kata Ndula.
"Dia kenalan lama Sir Roger," kata MacKenzie. "Tidak mungkin Ian dan Jupiter bisa mengelabuinya. Tapi-" "Siapa Kearney itu?" tanya Chief Reynolds.
"Kepala misi perdagangan negeri kami di Los Angeles," jawab MacKenzie. "Tapi John Kearney takkan mungkin mau membantu orang-orang radikal itu!"
"Itu mungkin saja," kata Chief Reynolds, "tapi Bob tadi benar. Para penculik saat ini menghadapi masalah yang tidak mereka perhitungkan semula, dan itu harus mereka selesaikan sebelum bisa melanjutkan rencana mereka semula. Jika mereka tahu bahwa Kearney bisa mengatakan mana Ian yang sebenarnya, ada kemungkinan bahwa mereka akan menipu atau menjebaknya untuk mengatakan mana di antara kedua anak itu yang sebenarnya Ian Carew. Jadi Kearney itu harus segera kita beri tahu!"
"Kalau begitu saya telepon saja dia sekarang ini juga," kata MacKenzie. "Entah dengan cara bagaimana, komplotan penculik kelihatannya bisa mengetahui segala sesuatu yang terjadi di misi perdagangan. Mungkin kita bisa menjebak mereka, jika mereka tidak menduga bahwa pihak kepolisian tahu tentang Kearney."
"Pakai saja telepon saya," kata Chief Reynolds.
Semua menunggu dengan tidak sabar sementara MacKenzie pergi menelepon. Bibi Mathilda berjalan mondar-mandir.
"Apa yang akan terjadi menurut perkiraan Anda jika mereka tidak berhasil mengetahui yang mana Ian di antara kedua anak itu?" tanyanya dengan gelisah pada Ndula.
"Saya khawatir mereka akan berusaha membawa keduanya ke Nanda," kata Ndula. "Ke Afrika?" seru Bibi Mathilda. Kecemasannya semakin memuncak.
"Kearney tidak ada di kantor misi," kata MacKenzie setelah datang lagi. "Sedang keluar, katanya untuk menghadiri serangkaian pertemuan dan pameran tentang kesenian dan kerajinan rakyat di beberapa tempat di sekitar Hollywood. Orang yang berbicara dengan saya di kantornya tidak begitu tahu di mana saja tepatnya segala acara itu diadakan. Saya sendiri tidak mengatakan apa-apa tentang maksud saya menelepon ke sana. Saya rasa sebaiknya kita dengan segera saja pergi ke Los Angeles."
"Setuju!" kata Ndula bersemangat. "Jika para penculik itu memang berniat mendatangi Kearney dan hal itu belum dilakukan, maka itu berarti bahwa mereka masih harus datang ke kantor misi perdagangan kita. Mungkin kita bisa menyergap mereka di sana!"
"Kepolisian Los Angeles akan saya beritahu agar mengamat-amati kantor itu, karena siapa tahu orang kalian itu sudah kembali sebelum kita sampai di sana," kata Chief Reynolds. "Dengan begitu ia akan bisa diberi tahu oleh mereka agar waspada. Dan kalau para penculik benar-benar muncul di sana, sudah ada polisi yang mengamat-amati."
* * *
Ian dan Jupiter duduk dalam sebuah kamar sempit yang sama sekali tidak ada jendelanya. Sudah beberapa jam mereka berada dalam ruangan gelap gulita itu sejak disuruh turun dari mobil Lincoln yang besar lalu didorong masuk ke sebuah rumah. Rumah itu tidak besar, dan terletak di tengah-tengah kerimbunan tumbuh-tumbuhan di atas sebuah bukit. Mereka tidak bisa melihat apa-apa, meski mata mereka sementara itu sudah terbiasa dengan kegelapan ruangan.
"Di mana kita sekarang, Jupiter?" tanya Ian.
"Di salah satu tempat di daerah perbukitan sekitar Hollywood," kata Jupiter, "dalam gudang rumah seseorang." Ia tadi sempat secara sekilas memperhatikan ruangan yang mereka masuki sebelum para penculik menutup pintu. Ia dan Ian berada dalam keadaan terikat erat, sehingga tidak bisa bergerak dengan leluasa untuk mencari jalan untuk melarikan diri. Tapi Jupiter yakin bahwa mereka takkan bisa meloloskan diri dari ruangan itu.
"Menurut perkiraanmu, apa yang hendak mereka lakukan dengan kita?" tanya Ian lagi.
"Mereka pasti sudah punya rencana untuk menyelundupkan dirimu dari sini dan langsung ke Nanda," jawab Jupiter. "Tapi aku tidak tahu kenapa kita menunggu di tempat ini. Kecuali jika-" "Kecuali jika apa, Jupiter?" desak Ian.
"Jika mereka menunggu seseorang yang bisa mengenalimu secara pasti," kata Jupiter lirih.
"Ya, dugaanku juga begitu," kata Ian, "dan setelah itu mereka tidak perlu lagi membawa-bawa kita berdua. Aku ingin tahu apa yang akan mereka lakukan dengan dirimu nanti."
"Ya, itu juga menjadi pertanyaan bagiku," kata Jupiter dengan lesu.
* * *
Hari bertambah siang. Chief Reynolds membelokkan mobil dinasnya ke pelataran parkir sebuah gedung perkantoran di Wilshire Boulevard. Ndula memarkir mobil Cadillac hitam yang besar di sebelahnya. Seorang petugas kepolisian kota Los Angeles bergegas menghampiri Chief Reynolds.
"Mr. Kearney belum kembali, Chief," kata polisi itu. "Dan tidak ada oknum-oknum mencurigakan datang ke kantor misi perdagangan itu. Kami sudah menempatkan seseorang untuk mengamati-amati tempat itu."
"Para penculik itu tidak ada di sekitar sini, Chief," kata Pete menyela, sambil memperhatikan alat isyarat yang dibawa olehnya. "Alat ini tidak bereaksi."
"Mungkin sementara ini orang-orang di misi sudah mendapat kabar dari Kearney," kata Ndula.
"Kita periksa saja ke atas," kata MacKenzie, lalu berpaling kepada Chief Reynolds, "tapi Anda sebaiknya di sini saja. Jangan sampai mereka tahu bahwa polisi mengamat-amati."
Kedua warga Nanda itu mengajak Pete dan Bob masuk ke gedung lalu naik lift menuju ruang kantor Misi Perdagangan Nanda yang terletak di lantai tiga. Pegawai penerima tamu di situ menggeleng ketika ditanyai oleh Ndula dan MacKenzie. Mr. Kearney tidak menelepon ke kantor.
"Hari ini ia memang tidak ke kantor, karena harus menghadiri beberapa acara pertemuan mengenai kesenian rakyat," kata wanita itu. "Ia pergi bersama Miss Lessing. Tapi Miss Lessing mengatakan bahwa ia sendiri takkan pergi sepanjang hari. Jika kembalinya itu lekas, mungkin ia akan bisa mengatakan di mana Mr. Kearney saat ini berada. Saya juga menunggu-nunggu kedatangannya. Kedatangan Miss Lessing, maksud saya. Sepagi ini sudah beberapa kali ada telepon untuk dia dan untuk Mr. Kearney, sampai saya pusing dibuatnya."
Wanita itu tampaknya seperti hendak menumpahkan segala unek-uneknya, tapi tepat pada saat itu pesawat telepon di mejanya berdering. Ketika ia berpaling untuk menjawab, MacKenzie beserta yang lain-lain buru-buru lari keluar.
"Itu dia sumber kebocoran di misi perdagangan ini!" kata Pete. "Aku berani bertaruh bahwa kita bisa mengorek keterangan tentang apa saja jika kita cukup lama berada di dekatnya!"
"Ya, mungkin juga," kata MacKenzie sambil tertawa. "Wanita itu kelihatannya memang suka mengoceh. Tapi ia tidak bisa mengatakan satu-satunya yang ingin kita ketahui, yaitu di mana Kearney sekarang berada."
"Dan itu berarti bahwa para penculik pun takkan bisa mengetahui hal itu dari dia," kata Ndula.
"Apa yang kita lakukan sekarang?" tanya Bob, sementara mereka turun lagi dengan lift.
"Kita menunggu kalau-kalau ada yang muncul nanti, baik itu para penculik, Miss Lessing, atau Mr. Kearney," jawab MacKenzie. "Selain itu, aku juga tidak tahu apa yang bisa kita lakukan."
Bersama beberapa orang polisi, selama beberapa jam mereka kemudian menunggu-nunggu di pelataran parkir yang panas itu. Mata terus memperhatikan alat isyarat yang ada di tangan Pete. Tapi lampu isyaratnya tetap padam.
"Ini benar-benar menyiksa namanya!" keluh Pete yang makin lama makin gelisah. "Siapa tahu, mungkin sementara itu sudah terjadi sesuatu yang tidak enak dengan Ian dan Jupiter. Jangan-jangan para penculik itu menemukan orang lain yang bisa mengenali Ian!"
"Itu memang tidak bisa kita ketahui," kata Ndula dengan suram. "Tapi satu-satunya tempat yang kami ketahui mungkin akan dihubungi para penculik adalah misi perdagangan ini. Jadi kita terpaksa menunggu di sini."
Akhirnya, sekitar pukul tiga siang, polisi berpakaian preman yang berada di atas untuk mengamat-amati kantor misi perdagangan menghubungi Chief Reynolds lewat walkie-talkienya.
"Seorang wanita berambut coklat tua baru saja masuk dengan sikap seperti dia memang orang kantor itu. Mungkin dia termasuk orang yang Anda tunggu-tunggu?"
"Miss Lessing!" seru MacKenzie. "Mungkin dia yang datang! Semua naik ke atas lagi!"
Wanita yang bertugas di meja penerimaan tamu tersenyum menyongsong kemunculan Pete, Bob, MacKenzie dan Ndula untuk kedua kalinya di situ.
"Nah, kalian muncul lagi! Masih belum ada kabar dari Mr. Kearney, tapi Miss Lessing sudah kembali. Anda ingin bicara dengan dia? Ia ada di kamar Mr. Kearney."
Ketika mereka sampai di depan kamar kerja Mr. Kearney yang terletak di pojok, tiba-tiba Pete berhenti dan memasang telinga.
"Ada apa, Dua?" tanya Bob.
"Aku rasanya seperti mendengar orang bercakap-cakap di dalam. Mungkin Miss Lessing sedang ada tamu."
Ndula ikut mendengarkan.
"Aku tidak mendengar apa-apa, Pete."
"Memang, aku juga tidak mendengar apa-apa lagi sekarang," kata Pete. "Mungkin aku tadi salah dengar."
Mereka mengetuk pintu, lalu masuk ke dalam. Mereka menjumpai Miss Lessing sedang berdiri di samping meja Mr. Kearney sambil meneliti beberapa lembar surat. Wanita bertubuh jangkung dan berambut coklat tua itu mengenakan blus hijau dan celana panjang kelabu yang dipakainya sewaktu mendatangi MacKenzie dan Ndula di hotel mereka di Rocky Beach. Matanya langsung bersinar melihat kedua orang itu masuk.
"Kalian sudah menemukan Ian?"
"Sudah," kata MacKenzie dengan getir, "tapi kemudian dia hilang lagi."
"Hilang?" Dengan gerakan lambat Miss Lessing mengambil sebuah anting-anting yang terletak di meja lalu memasangnya ke telinga.
"Anda tadi sejak pagi terus bersama Mr. Kearney, Miss Lessing?" tanya Ndula.
Wanita itu mengangguk.
"Ada yang bertanya padanya tentang Ian?"
"Tidak," kata Miss Lessing sambil menggeleng. "Tidak ada. Kenapa?"
"Ian saat ini ada di tangan para penculik," kata MacKenzie menjelaskan, "dan kami menduga bahwa mereka sekarang berada di Los Angeles sini untuk menemui Mr. Kearney, karena ingin..."
"Ya, tentu saja!" seru Miss Lessing. "Mr. Kearney kan kenal baik dengan Ian, jadi ia pasti bisa mengatakan mana Ian yang sebenarnya! Kedua anak itu takkan bisa mengelabuinya. Anda perlu dengan segera menghubungi dia!"
"Di mana dia sekarang?" tanya MacKenzie.
Miss Lessing melirik arlojinya.
"Sekarang mungkin ia ada di kantor Serikat Importir Barang Kerajinan, atau di Gedung Kesenian Afrika. Perjanjiannya untuk hari ini tinggal yang dua itu, dan kedua-duanya harus sudah didatanginya sebelum pukul lima."
"Jadi kita punya waktu satu setengah jam untuk mendatangi kedua tempat itu," kata Ndula setelah menghitung sebentar. "Sebaiknya kita memencar saja."
"Ayo, cepatlah," desak Bob.
Setelah mendapat alamat kedua tempat itu dari Miss Lessing, mereka berempat bergegas keluar dan menuju ke lift. Sesaat sebelum pintu lift tertutup lagi, tiba-tiba Pete berseru.
"Mac, Adam, Bob! Ia tadi berbohong! Ia sengaja menyesatkan kita!"

Bab 18
LAWAN YANG TAK DISANGKA SANGKA

"APA maksudmu, Pete?" seru Bob.
"Apa alasanmu untuk mengatakan begitu?" tukas Ndula.
"Kau pasti keliru, Pete," kata MacKenzie. "Aku sudah bertahun-tahun bekerja sama dengan Anna Lessing!" "Tidak, aku tidak keliru," ujar Pete berkeras. "Ia tadi mengatakan, Mr. Kearney pasti bisa mengatakan mana Ian yang sebenarnya. Katanya, kedua anak itu takkan bisa mengelabuinya!" MacKenzie kelihatan bingung.
"Tapi itu semua kan benar," katanya. "Kami kan juga berpendapat begitu."
"Betul," kata Pete, "tapi kita tadi sama sekali tidak mengatakan apa-apa padanya tentang masalah mengenali Ian yang sejati! Kita sama sekali tidak mengatakan bahwa para penculik menyekap dua orang anak!" Dipandangnya MacKenzie, Ndula, dan Bob berganti-ganti. "Jadi dari mana ia tahu bahwa para penculik itu sedang bingung dan memerlukan seseorang yang bisa mengenali Ian dengan pasti?"
Semuanya terdiam, sementara lift bergerak terus membawa mereka ke lantai dasar. Sesampai di situ semuanya keluar. Akhirnya Ndula membuka mulut.
"Kata Pete itu benar," katanya. "Kita tadi hanya mengatakan bahwa Ian ada di tangan para penculik, dan mereka saat ini mungkin ada di Los Angeles. Dan sewaktu menelepon kantor misi di atas, baik Gordon maupun Chief Reynolds sama sekali tidak mengatakan apa-apa tentang dua orang anak itu."
MacKenzie mengangguk.
"Kecuali di Rocky Beach, hanya polisi Los Angeles saja yang tahu bahwa ada dua orang remaja yang jadi korban dalam kasus penculikan ini. Dan mereka tidak pernah berbicara dengan siapa pun juga di misi perdagangan di atas."
"Polisi dan para penculik saja yang tahu bahwa ada dua anak yang bertampang serupa," kata Pete. "Itu berarti bahwa Miss Lessing mestinya berjumpa dengan kedua penculik itu di sini, pada hari ini!"
"Tapi sejak pagi ia kan sibuk mengikuti berbagai acara, bersama Mr. Kearney," kata Ndula membantah.
"Itu kata dia," jawab Pete.
"Itu bisa kita tanyakan nanti kepada Mr. Kearney," kata MacKenzie. "Aku tidak percaya bahwa Miss Lessing akan berdusta."
"Tunggu!" seru Bob. "Pete tadi merasa seperti mendengar orang berbicara di dalam kantor Mr. Kearney, sebelum kita masuk ke situ. Kita menyangka Pete salah dengar, karena kemudian kita lihat bahwa Miss Lessing hanya seorang diri saja di dalam. Tapi aku melihatnya memasang anting-anting yang sebelumnya terletak di atas meja. Aku ingat bahwa Jupe pernah mengatakan, kaum wanita sering melepaskan anting-anting yang sedang dipakai jika hendak menelepon. Mungkin sebelum kita masuk itu, ia sedang berbicara lewat telepon dengan kedua penculik itu! Ingat, wanita di meja penerimaan tamu tadi mengatakan bahwa sejak pagi banyak orang yang menelepon, hendak berbicara dengan Miss Lessing. Pasti orangnya itu-itu juga, yaitu para penculik yang hendak menghubunginya!"
"Mac," kata Pete dengan tegang, "Anda tadi mengatakan bahwa Anda sudah bertahun-tahun bekerja sama dengan Miss Lessing. Apakah itu berarti bahwa ia juga bekerja untuk Sir Roger? Apakah ia cukup mengenal Ian, sehingga bisa mengatakan secara pasti yang mana Ian yang asli?"
"Tentang itu, aku tidak bisa memastikan," kata MacKenzie dengan kening berkerut. "Miss Lessing memang pernah selama bertahun-tahun menjadi pegawai Sir Roger, tapi ia tidak bergaul secara pribadi dengan atasan kami itu, seperti halnya dengan Kearney. Meski begitu, bisa saja ia tahu sesuatu tentang Ian yang bisa dijadikan petunjuk untuk membuktikan mana Ian yang sebenarnya. Astaga! Ia juga bisa dengan mudah mengetahui isi pesan Ian yang pertama waktu itu!"
Mereka berempat bergegas ke pelataran parkir, untuk menyampaikan kesimpulan mereka itu kepada Chief Reynolds.
"Dialah mata-mata kaum radikal di misi perdagangan kami!" kata Ndula marah-marah. "Kita sergap saja dia sekarang, kita paksa untuk mengatakan-"
"Jangan!" kata Chief Reynolds mencegah. "Kalau wanita itu betul bersekutu dengan kaum radikal, ia pasti akan tutup mulut terus! Tapi ia kan berusaha menyesatkan kalian! Itu berarti bahwa ia berniat hendak menggabungkan diri dengan kawanannya. Kita buntuti dia, dan dengan begitu kita akan tahu di mana para penculik itu berada!"
"Ia pasti baru berangkat ke sana, apabila merasa bahwa kita sudah pergi dari sini untuk mencari Mr. Kearney," kata Pete.
"Itu benar! Akan kuminta polisi Los Angeles agar tetap berada di sini, untuk menunggu Mr. Kearney kembali," kata kepala polisi Rocky Beach itu memutuskan. "Lalu kita semua pergi naik mobilku, supaya jika Miss Lessing itu mengintip dari atas, dia akan melihat kita berangkat. Lalu begitu sampai di tempat yang tidak kelihatan dari atas sana kita menyelinap kembali dan masuk ke mobil Cadillac untuk membuntutinya apabila nanti ia pergi. Kurasa ia takkan mencurigai mobil Cadillac di belakangnya, karena sudah melihat kita pergi naik mobil polisi."
Rencana Chief Reynolds itu mereka kerjakan. Lima belas menit kemudian, ketika Anna Lessing keluar seorang diri dari gedung itu dan pergi naik Pontiac merahnya, sebuah Cadillac hitam bergerak membuntutinya dengan jarak yang agak jauh di belakangnya.
* * *
Ian dan Jupiter duduk bersandar ke dinding. Sudah beberapa jam mereka terkurung dalam ruangan gelap di rumah yang terletak di atas bukit.
"Teman-temanmu takkan mungkin bisa menemukan kita lagi," kata Ian dengan lesu.
"Tidak, mereka pasti akan berhasil! Aku yakin bahwa mereka akan berhasil," kata Jupiter dengan sengit.
Tiba-tiba lampu dalam ruangan itu menyala, menyilaukan kedua remaja itu untuk sesaat. Kemudian mereka melihat kedua penculik mereka memasuki ruangan. Penculik berbadan gempal, yang bernama Walt, menghampiri Jupiter lalu merenggut kemejanya sehingga kancing-kancingnya terlepas. Setelah itu dengan cepat didekatinya Ian dan direnggutnya pula kemeja anak itu sehingga terbuka bagian depannya.
"Nah," katanya, "sekarang selesailah permainan ini!"
Jupe memandang ke arah Ian. Dilihatnya bahwa pada bagian perut anak itu ada bekas luka yang tidak besar, berbentuk melengkung seperti sabit. Sedang di perutnya sendiri sama sekali tidak ada bekas luka. "Sekarang tinggal berangkat ke Nanda," kata penculik yang bernama Fred, lalu tertawa.
* * *
Mobil Pontiac merah itu membelok dan memasuki pekarangan sebuah rumah kecil di lereng sebuah bukit yang terjal di daerah perbukitan yang terkenal dengan nama Hollywood Hills. Anna Lessing turun dari kendaraan itu lalu bergegas lari mendaki sejumlah tangga yang menuju ke rumah. Cadillac yang sedari tadi membuntuti berhenti di tepi trotoar, dua rumah di belakangnya. Pete memperhatikan alat isyaratnya.
"Tidak ada apa-apa," katanya kecewa. "Jupiter tidak ada di sekitar sini, kecuali jika para penculik sementara ini sudah menemukan alat isyarat yang ada padanya lalu mematikannya."
"Jangan-jangan dugaan kita keliru, Anak-anak," kata Ndula.
"Tidak! Aku yakin, wanita itu termasuk komplotan penculik!" kata Pete dengan tegas.
"Pendapatku juga begitu," kata MacKenzie. "Kita datangi saja rumah itu, untuk melihat apa yang ada di sana."
Mereka keluar dari mobil besar itu dan dengan cepat menyelinap menuju ke rumah kecil yang baru dimasuki oleh Miss Lessing. Rumah itu dikelilingi pepohonan tinggi dan semak belukar yang menghutan. Mereka yang menyelinap itu menghampiri pintu depan, lalu memasang telinga. Tapi yang terdengar hanya bunyi tumit sepatu Anna Lessing yang berjalan di atas lantai kayu. MacKenzie menekan bel. Terdengar langkah mendekat. Anna Lessing melongo begitu ia membuka pintu, setelah melihat siapa yang ada di luar.
"Mau apa kalian kemari?" sergahnya. Kemudian ia tersenyum kikuk dan mundur selangkah, mempersilakan rombongan yang tahu-tahu muncul itu masuk ke sebuah ruang duduk yang dilengkapi dengan perabot sekedarnya. "Kalian berhasil menghubungi Mr. Kearney? Apakah para penculik itu mendatangi dia?"
"Kami bukan mencari dia," kata Ndula.
"Dan kami rasa mereka juga tidak mencari Kearney," kata MacKenzie menimpali.
"Kami berkewajiban memberi tahu Anda bahwa Anda berhak untuk tidak memberikan jawaban," kata Chief Reynolds, mematuhi peraturan hukum yang berlaku di Amerika Serikat. "Tapi jika Anda mengatakan sesuatu, keterangan Anda itu bisa dipakai untuk memperkuat tuduhan terhadap Anda di pengadilan nanti."
"Mana mereka?" seru Pete. "Ian dan Jupiter!"
"Kami tahu bahwa Anda sudah berbicara dengan para penculik itu," kata Bob dengan sengit. "Mana mereka? Apakah yang mereka lakukan terhadap Ian dan Jupiter?"
Anna Lessing hanya menatap mereka saja, lalu menjawab dengan lengan terbentang.
"Kalian ini bicara tentang apa? Siapa itu, Jupiter? Aku tidak kenal orang yang bernama Jupiter. Dan kenapa aku harus tahu di mana Ian berada? Kalian tadi tidak berhasil berjumpa dengan Kearney?"
"Anda tahu siapa Jupiter Jones itu," kata MacKenzie. "Dan Anda juga tahu persis apa yang terjadi dengan Ian, karena Anda komplotan para penculik itu!"
"Komplotan?" Anna Lessing menatap MacKenzie sambil melongo. "Aku? Maksud Anda, aku ini sampai hati berbuat sesuatu terhadap Ian Carew? Aku? Aku kan sudah sejak bertahun-tahun termasuk teman keluarga Carew!"
"Kurasa Anda berdusta, Miss Lessing," kata Ndula dengan suara lirih, lalu berpaling kepada Chief Reynolds. "Chief, kurasa sebaiknya Anda menggeledah rumah ini."
"Hanya jika Anda membawa surat perintah untuk itu!" bentak Miss Lessing. "Tidak, maaf, silakan geledah-saya ijinkan, karena tidak ada apa-apa di sini yang perlu saya sembunyikan. Anda sangat menyinggung perasaan saya, Mr. MacKenzie."
"Aku juga menyinggung perasaan Anda, Miss Lessing?" kata Ndula.
"Kau!" Sesaat lamanya nampak perasaan jijik pada wajah wanita itu. Tapi dengan segera ia tersenyum. "Ya, tentu saja, Mr. Ndula. Anda juga sangat menyakiti hati saya." "Periksa semua tempat!" kata Chief Reynolds.
Sementara yang lain-lainnya memencar untuk memeriksa seluruh rumah kecil itu, MacKenzie tetap tinggal di ruang duduk bersama Miss Lessing.
"Anda akan menyesal nanti, MacKenzie," kata wanita itu. "Aku tidak tahu apa-apa tentang para penculik, begitu pula tentang kedua remaja itu."
"Dari mana Anda tahu bahwa ada dua?"
"Kalian kan baru saja mengatakan bahwa ada satu anak lagi, bernama Jupiter!"
"Tidak, kami tidak pernah mengatakan bahwa Jupiter itu seorang remaja," jawab MacKenzie. "Jika Anda sungguh-sungguh tidak tahu apa-apa tentang dia, mestinya Anda akan menduga bahwa dia itu orang dewasa. Ini kedua kalinya Anda salah bicara. Sewaktu kita berjumpa di misi perdagangan tadi, Anda tahu bahwa ada dua orang anak di tangan penculik. Padahal kami belum mengatakan apa-apa tentang Jupiter. Apakah Anda sudah mengenali Ian Carew untuk para penculiknya?"
"Aku tidak mau lagi bicara dengan Anda!"
Saat itu Bob dan Ndula muncul lagi dari salah satu ruangan dalam, sementara Pete dan Chief Reynolds datang dari sisi seberang. Bob menghampiri Anna Lessing.
"Saya rasa ada yang harus Anda jelaskan, Miss Lessing," katanya. "Apa-apaan ini?" tanya Anna Lessing dengan nada kesal pada MacKenzie.
"Anda perlu tahu," kata Bob, "teman kami Jupiter selalu mengatakan, kita perlu memperhatikan segala hal, termasuk yang sepele sekalipun. Katanya, rahasia orang bisa ketahuan karena kebiasaannya. Anda orang Nanda, kan? Anda pasti menyukai perhiasan buatan Nanda."
"Anak ini mengoceh tentang apa? Kuperingatkan Anda, MacKenzie-!"
Bob menyodorkan tangannya. Ia memegang taring kecil dari gading yang terpasang pada alas yang terbuat dari emas yang dilengkapi dengan cantelan untuk dimasukkan ke lubang pada telinga yang ditindik.
"Ini kutemukan di kamar tidur Anda, Miss Lessing. Ini anting-anting buatan Nanda, kan? Di kamar tadi hanya ada satu. Itu karena pasangannya tercecer. Saya tahu, karena kami menemukan pasangan yang hilang itu-di dalam ngarai buntu di mana helikopter mendarat untuk menjemput kedua penculik."
Anna Lessing menatap perhiasan itu. Wajahnya pucat.
"Jupiter pernah mengatakan, wanita takkan membuang anting-anting yang pasangannya hilang," kata Bob. "Anda punya kebiasaan seperti itu, dan hal itu membuktikan bahwa Anda termasuk komplotan musuh Sir Roger Carew. Di samping kami dan polisi, hanya ada tiga orang lagi di ngarai pada waktu itu! Kedua penculik, dan pilot helikopter. Anda yang menerbangkan helikopter itu, Miss Lessing!"

Bab 19
AKAN BERHASILKAH LAWAN?

"Wow," kata Pete setelah menyadari kemungkinan itu, "memang, mungkin saja dia yang memakai pakaian penerbang dan helm, lengkap dengan kaca mata besar itu, sebagai samaran!"
"Kurasa nanti bisa kita selidiki, apakah dia ini benar-benar seorang pilot," kata Chief Reynolds.
"Orang-orang di perusahaan yang menyewakan helikopter itu mungkin bisa mengenali suaranya," kata MacKenzie menambahkan.
"Dan pasangan anting-anting ini ada pada kita," ujar Ndula.
Anna Lessing menatap mereka dengan mata melotot. Tampangnya memancarkan kemarahan yang berbaur dengan kebencian. Kemudian ia tertawa.
"Baiklah! Ya, aku yang menerbangkan helikopter itu, dan aku memang seorang dari mereka! Sejak dulu aku ini ikut berjuang demi negara Nanda yang aman, merdeka, dan beradab!"
"Merdeka untuk siapa, Miss Lessing?" kata Ndula dengan suara tenang.
"Yang jelas bukan untukmu!" sergah wanita itu. "Nanda milik orang berkulit putih yang membangun negeri itu, yang bermukim di sana sejak dua abad!"
"Kami sudah ribuan tahun di sana," balas Ndula, warga Nanda berkulit hitam itu. "Kalian membangunnya dengan mengerahkan tenaga kami, menjadikan kami budak di kampung halaman kami sendiri. Kami bersedia memberi tempat bagi Anda di negeri kami dan kita akan bekerja bahu-membahu demi negara Nanda yang merdeka, tapi Nanda adalah tanah air kami."
"Itu takkan pernah terjadi!" bentak Anna Lessing. "Kami telah menjadikan Nanda milik kami, dan kami akan mempertahankannya!"
"Politik merupakan urusan kalian sendiri," kata Chief Reynolds menengahi, "dan tentang itu silakan menyelesaikannya di Nanda. Tapi di sini bukan Nanda, dan Anda di sini menculik dua orang remaja. Para penculik itu tadi kemari, kan? Di mana mereka sekarang? Mana Ian dan Jupiter?"
"Ya, Walt dan Fred tadi kemari." Anna Lessing tertawa lagi. "Tapi kemudian pergi lagi! Kalian terlambat!"
"Pergi ke mana mereka?" desak MacKenzie.
"Kalian takkan bisa berhasil memaksa aku untuk mengatakannya. Ian ada di tangan kami, dan Sir Roger pasti terpaksa menuruti kemauan kami."
"Tidak, Miss Lessing, ia takkan sudi menuruti paksaan kalian," kata MacKenzie. "Tidak peduli apa pun juga ancaman kalian, ia akan tetap melakukan tugasnya demi masa depan Nanda. Hal yang kalian inginkan akan menyebabkan pecahnya pemberontakan berdarah, dan Sir Roger takkan mau menyebabkan hal itu sampai terjadi."
"Anda sangka ia akan berani mengorbankan nyawa anaknya yang cuma satu-satunya demi memenuhi keinginan gerombolan orang hitam yang tidak beradab?"
"Ya," kata Ndula. "Itu akan dilakukannya!"
"Tidak mungkin! Ia akan terpaksa memakai akal sehatnya dan menyadari bahwa ia orang kulit putih dan merupakan satu bagian dari kami!"
"Aku tidak tahu apa yang nanti akan terjadi di Nanda," kata Chief Reynolds menyela lagi, "tapi aku tahu pasti bahwa Anda takkan ada di sana untuk menyaksikannya, Miss Lessing, kecuali jika Anda bersedia membantu kami sekarang. Penculikan merupakan kasus kejahatan berat. Anda bisa mengharapkan akan memperoleh keringanan hukuman jika sekarang bersedia membantu kami menyelamatkan anak-anak itu."
"Aku ini prajurit yang sedang terlibat dalam peperangan, bukan penculik!" tukas Anna Lessing. "Ini aksi politik, dan kalian sekarang tidak mungkin lagi bisa menyusul Fred dan Walt! Kalian tidak mungkin lagi menyelamatkan Ian Carew, begitu pula remaja Jones yang konyol itu!"
Anna Lessing tertawa lagi, menertawakan orang-orang yang ada di depannya, yang berpandang-pandangan dengan perasaan kecut. Bagaimana mereka akan bisa mencegat para penculik dan menyelamatkan Ian serta Jupiter, jika Anna Lessing tetap tidak mau memberi keterangan? Hanya Bob saja yang kelihatannya tetap tenang. Ia menatap Anna Lessing sambil merenung.
"Jika para penculik sudah tidak ada di sini lagi ketika Miss Lessing pulang," katanya lambat-lambat, "mestinya keterangan mengenai dengan cara bagaimana Ian bisa dikenali disampaikannya lewat telepon!"
"Tentu saja aku yang memberi tahu." Anna Lessing tertawa. "Tandanya sepele saja, suatu bekas luka. Beberapa tahun yang lalu Ian pernah mengalami pembedahan untuk menyingkirkan usus buntunya yang meradang!"
"Kalau begitu," sambung Bob sambil menoleh ke arah rombongan pencari, "untuk apa dia terburu-buru kemari? Maksudku, bukankah ia sudah memberikan keterangan yang diperlukan pada kedua penculik itu, jadi mereka sudah tahu yang mana sebenarnya Ian yang asli, dan kini mereka mestinya sudah melaksanakan rencana semula untuk meloloskan diri. Kalau begitu kenapa Miss Lessing meninggalkan pekerjaannya sebelum waktunya dan bergegas ke rumah ini?"
"Bob benar!" seru Chief Reynolds bersemangat. "Ia sama sekali tidak perlu kemari." "Ini tempat kediamanku," tukas Anna Lessing. "Kenapa aku tidak boleh pulang ke rumahku sendiri?" "Boleh saja, tapi kenapa harus terburu-buru?" kata Bob. "Satu-satunya jawaban menurutku adalah bahwa para penculik meninggalkan sesuatu di sini yang perlu diawasi! Sesuatu seperti-Jupiter!" "Jupiter?" Kening Chief Reynolds berkerut.
"Betul!" seru Ndula. "Para penculik itu tidak mau direpotkan oleh Jupiter, apabila mereka kini hendak kembali ke Nanda. Itu tidak perlu lagi, karena sudah tahu yang mana Ian yang sebenarnya! Membawa dua remaja, berarti menambah risiko yang tidak perlu!"
"Kalau begitu mestinya Jupiter ada di sekitar sini!" seru Pete.
"Geledah lagi seluruh rumah ini!" kata Chief Reynolds memberi komando.
Sementara Ndula mengawasi Anna Lessing, yang selebihnya memencar lagi ke seluruh rumah, memeriksa setiap kamar dan lemari. Pemeriksaan itu tidak memerlukan waktu yang lama. Jupiter tidak berhasil mereka temukan. "Coba cari di luar," desak MacKenzie. "Garasi, dan setiap gudang yang ada."
Anna Lessing hanya berdiri saja sambil tersenyum mengejek, sementara para pencari bergerak ke luar. Di sana hanya ada sebuah garasi dan sebuah bangunan kecil yang dijadikan gudang. Di dalamnya hanya ada alat-alat untuk berkebun, sementara di dalam garasi tidak ditemukan apa-apa. Pete berkeliaran mencari ke bukit di sebelah atas rumah itu, tapi ia tidak menemukan jejak Jupiter di sana.
Anna Lessing mengejek ketika mereka kembali dengan tangan hampa.
"Sudah kukatakan tadi, kalian takkan bisa menemukan mereka. Mengaku kalah sajalah, MacKenzie! Akan kami kalahkan kalian semua, termasuk Sir Roger dan semua di Nanda yang berwatak pengecut!" "Cari sekali lagi!" kata Chief Reynolds.
Sementara itu keadaan di dalam rumah kecil itu mulai gelap. Tetumbuhan rimbun yang mengelilingi rumah menyebabkan sinar matahari sore tidak bisa masuk ke dalam. Para pencari menyalakan lampu-lampu, agar bisa melihat ke bawah kolong tempat tidur dan lemari-lemari dinding yang gelap.
"Chief!" seru Pete. "Lampu-lampu yang dihidupkan berkedip-kedip nyalanya."
"Kenapa begitu?" kata Ndula heran. "Gangguan tegangan?"
Lampu-lampu berkelip-kelip lagi. Nyala, padam, nyala, padam.
"Tidak mungkin, karena keadaan cuaca cerah sekali," kata Bob lambat-lambat. "Tidak ada badai. Dan hawa tidak begitu panas, jadi menurutku ini bukan disebabkan karena beban terlalu tinggi." Lampu-lampu berkelip-kelip lagi, dengan jarak teratur antara nyala dan padam.
"Kelihatannya seolah-olah ada yang melakukannya dengan sengaja," kata MacKenzie. "Seseorang yang bermain-main dengan sakelar utama, atau memutar-mutar sekering, atau-"
"Jupiter!" seru Pete. "Pasti ini perbuatannya, untuk memberi isyarat pada kita. Ia ada di sini!" "Tapi di mana? Kita sudah mencari ke mana-mana!" kata Chief Reynolds.
"Lihat, dia tahu!" kata Bob sambil menuding ke arah Anna Lessing. Wanita itu tidak tersenyum lagi.
"Chief," kata Pete, "rumah ini dibangun di atas lereng yang terjal! Bagian sebelah belakangnya menyentuh tanah, tapi bagian depannya ditopang tonggak-tonggak. Ada ruangan di bawah lantai rumah ini. Mungkin ada ruangan tersembunyi di situ!"
Pete bergegas ke luar, dan dengan segera sudah kembali lagi.
"Rumah ini dibangun di atas pondasi beton yang bentuknya seperti kotak besar," katanya melaporkan, "tapi dari sebelah luar tidak ada pintu untuk masuk ke kolong."
"Kalau begitu mestinya ada di dalam sini," kata Bob dengan yakin.
"Singkirkan semua permadani," kata Chief Reynolds. "Periksa lagi di bawah kolong tempat tidur, begitu pula bagian dalam lemari-lemari dinding."
Bob menemukannya di dalam lemari dinding yang paling besar di kamar tidur. Di lantainya ada semacam tingkap dengan tangga sempit di bawahnya. Tangga itu menjulur ke bawah, ke tempat yang gelap gulita.
"Di dinding itu ada sakelar lampu," kata Pete sambil menunjuk.
Bob menekan tombol yang terpasang di sisi dalam dinding lemari, dan seketika itu juga ada lampu yang menyala di ruang bawah. Pete dan Bob bergegas menuruni tangga curam itu, memasuki sebuah ruangan sempit yang tidak ada jendelanya. Di situ nampak botol-botol anggur, bermacam-macam perabot, dan-
"Jupe!" seru Bob.
"Satu!" teriak Pete.
Pemimpin Trio Detektif yang berat tubuhnya berlebihan itu duduk bersandar ke dinding ruang gudang sempit itu, dengan tangan terikat ke belakang dan mulut tersumbat. Kakinya bergerak-gerak, menendang-nendang sakelar utama dari kotak sekering model lama. Setiap kali kakinya menendang, lampu-lampu langsung berkelip-kelip.
"Sudah kami kira bahwa lampu yang berkelip-kelip ini merupakan isyaratmu untuk memberi tahu bahwa kau ada di sini!" seru Pete dengan gembira.
Dengan cepat Bob menyingkirkan penyumbat mulut Jupe dan membuka tali yang mengikat tangannya.
"Kalian muncul juga akhirnya," kata Jupiter menggerutu. "Sudah sejak sejam kudengar kalian mondar-mandir di atas. Aku sampai mengira bahwa kalian takkan berhasil mengetahui di mana aku berada."
"Aduh, Jupe," kata Pete dengan kecut, "kami sangka-"
"Jika kauanggap kau mampu berbuat lebih baik," kata Bob dengan sengit, "kenapa kau tidak-" "Kalian hebat, Teman-teman!" kata Jupiter sambil nyengir. "Ceritakanlah, bagaimana kalian bisa sampai kemari!" Pete dan Bob berlomba-lomba bercerita tentang segala kesimpulan mereka sehingga akhirnya sampai ke rumah itu. "Itu prestasi penyelidikan yang benar-benar hebat!" kata Jupiter. Wajahnya berseri-seri. "Aku takkan mungkin bisa berbuat lebih baik lagi!"
Pete dan Bob membantu Jupiter mendaki tangga curam dan menuju ruang duduk. Mereka merasa bangga karena dipuji pemimpin mereka. Sesampai di sana, Jupiter disambut dengan gembira oleh Chief Reynolds, MacKenzie, dan Ndula.
"Senang hati kami melihatmu dalam keadaan selamat, Jupiter!" kata MacKenzie.
"Kau harus merasa bangga, punya rekan-rekan seperti Bob dan Pete," kata Chief Reynolds menambahkan. "Aku memang bangga," kata Jupiter lalu memandang berkeliling. "Tapi mana Ian? Atau para penculik itu berhasil meloloskan diri?"
"Kelihatannya begitulah," jawab Ndula sambil mengangguk.
"Kalian berhasil menemukan anak konyol ini," kata Anna Lessing sambil tertawa mengejek, "tapi untuk itu begitu banyak waktu terbuang, sehingga kalian kini takkan mungkin lagi bisa mengejar Walt dan Fred! Ian ada dalam kekuasaan kami!"
Hanya Jupiter saja yang tidak kecut mendengar kata-kata Anna Lessing yang diucapkan dengan nada puas itu. Ia tersenyum sambil mengatakan, "Itu belum tentu!"

Bab 20
RENCANA UNTUK MELOLOSKAN DIRI

CHIEF REYNOLDS menghubungi dinas kepolisian Los Angeles, yang dengan segera menangkap Anna Lessing dengan dakwaan terlibat secara aktif dalam kasus penculikan itu. Setelah mendapat keterangan dari Jupiter, kemudian dihubungi polisi kota San Diego. Lalu Chief Reynolds bersama rombongannya beramai-ramai naik mobil Cadillac yang dikemudikan oleh Ndula. Mobil itu dikebutnya ke arah selatan, menuju perbatasan Meksiko.
"Sekarang coba kaujelaskan, Anak muda," kata Chief Reynolds pada Jupiter, "bagaimana cara kita mencegah para penculik itu meloloskan diri dengan membawa Ian?"
"Saya tidak bisa memastikan apakah kita akan berhasil," kata Jupiter berterus-terang, "tapi rasanya peluang kita cukup besar. Setelah kedua penculik itu mengenali Ian dari bekas luka yang ada pada bagian perutnya, ia mereka giring naik ke atas. Tapi saya mendengar mereka berbicara lewat telepon."
"Berbicara dengan siapa, Jupe?" tanya Pete.
"Kurasa dengan kawanan mereka di Tijuana, di Meksiko," kata Jupiter. "Mereka mengatakan bahwa sekali ini mereka benar-benar yakin telah berhasil menculik Ian, dan usaha meloloskan diri akan dilakukan sesuai dengan rencana semula."
"Rencana yang mana?" tanya Chief Reynolds.
"Itu tidak saya ketahui," jawab Jupiter. "Mereka tidak mengatakan apa-apa tentang itu."
"Kalau begitu, bagaimana kita bisa mengharapkan-" kata MacKenzie, tapi Jupiter sudah menyambung lagi.
"Tapi ada tiga hal penting yang kuketahui. Para penculik itu akan menjumpai seseorang di Tijuana, di sisi seberang perbatasan dengan Meksiko, tepat pukul sepuluh malam ini untuk melaksanakan langkah berikut dari rencana pelarian mereka. Mereka akan melintasi perbatasan di Tijuana."
"Tapi kapan, Jupiter?" tanya Chief Reynolds. "Mereka kan bisa kapan saja menyeberang, lalu menunggu saat yang diperjanjikan itu di Meksiko."
"Hal penting ketiga yang saya dengar adalah mengenai soal itu. Mereka mengatakan masih ada urusan di San Diego, dan karenanya akan singgah di kota itu sampai beberapa saat sebelum waktu untuk menjumpai orang yang di Tijuana. Jadi beberapa saat sebelum pukul sepuluh nanti, barulah mereka menyeberangi perbatasan!"
"Dan kita akan sudah menunggu mereka di sana!" seru MacKenzie bersemangat. "Hebat, Jupiter!"
"Kita tidak perlu mengetahui rencana mereka, dan siapa yang akan mereka jumpai di Meksiko nanti," kata Chief Reynolds, "karena kita sudah akan menyergap mereka sebelum mereka sempat menyeberang ke sana."
"Tepat, Sir, " kata Jupiter.
"Jupe," kata Bob dengan suara lirih. "Apakah mereka akan melintasi perbatasan dengan naik mobil, dengan membawa Ian? Maksudku, bukankah risikonya akan terlalu besar bagi mereka? Tidakkah mereka akan melakukannya dengan menyamar, atau bahkan dengan menyembunyikan diri?"
"Dia benar, Jupe!" kata Pete dengan kecut. "Mereka mestinya bisa memperkirakan bahwa polisi kini sudah menemukan jejak mereka, dan perbatasan dijaga ketat karenanya. Maksudku, mereka tentunya tahu bahwa MacKenzie dan Ndula pasti menghubungi polisi, terlepas dari kenyataan apakah kita berhasil menemukan Jupe dan Ian atau tidak."
"Tapi jika mereka nanti benar-benar menyeberang dengan cara menyamar atau bersembunyi dalam salah satu kendaraan," kata MacKenzie dengan nada gelisah, "lalu bagaimana kita akan bisa menemukan mereka?"
"Itu tugas kami," kata Chief Reynolds. "Kami sudah terlatih untuk mengenali orang-orang yang menyamar dan menemukan tempat-tempat tersembunyi. Pokoknya, nanti sajalah urusan itu."
Jupiter hanya mengangguk saja, sementara mobil besar itu dikebut terus oleh Ndula ke arah selatan. Ketika mereka tiba di San Diego pukul sembilan lewat, hari sudah gelap. Mereka disongsong oleh dua mobil patroli polisi San Diego, dan bersama-sama mereka langsung menuju ke tempat penyeberangan utama.
"Kita masih punya waktu sekitar setengah jam lagi," kata Jupiter sambil melihat arlojinya. "Setelah itu, setiap waktu para penculik itu bisa mencoba meloloskan diri ke seberang perbatasan."
"Dan bersama mereka, ada ribuan yang juga hendak menyeberang," keluh Pete.
Mobil sedan, truk, dan juga bis berderet-deret sepanjang jalur-jalur lintasan yang menuju ke tempat menyeberangi perbatasan. Setiap jalur penuh sesak dengan kendaraan bermotor yang berdempet-dempet antri untuk melewati pos pemeriksaan, dan dari situ baru masuk ke wilayah Meksiko.
"Bagaimana rencana Anda hendak mengenali mereka di tengah keramaian seperti ini, Chief?" tanya MacKenzie dengan nada bingung.
"Polisi San Diego sudah meneruskan keterangan mengenai ciri-ciri mereka kepada penjaga perbatasan," kata Chief Reynolds menjelaskan. "Ditambah dengan informasi tentang mobil Lincoln yang mereka tumpangi, begitu pula tentang ciri-ciri Ian. Informasi itu juga sudah disampaikan kepada pihak kepolisian Meksiko, yang sudah tahu tentang pertemuan yang akan berlangsung di Tijuana sana. Mereka sudah disiagakan untuk mengamat-amati setiap orang yang gerak-geriknya mencurigakan. Tapi harus kukatakan secara terus-terang, kecil sekali kemungkinan polisi Meksiko akan bisa menangkap mereka jika sudah lolos dari sini."
"Kenapa begitu, Chief?" tanya Bob.
"Sebab yang biasanya diteliti dengan lebih cermat adalah orang-orang yang kembali ke Amerika Serikat dibandingkan dengan yang masuk ke Meksiko. Jadi di seberang perbatasan, keadaannya lebih ribut dan macet." "Lalu apa yang kita lakukan sekarang, Chief?" tanya Ndula. "Kita menunggu sambil mengamat-amati."
Mobil Cadillac itu dipinggirkan oleh Ndula dan diparkir di tempat yang baik untuk mengamat-amati seluruh jalur lintasan. Sebuah mobil polisi San Diego diparkir dekat pos pemeriksaan sebelah tengah, sedang mobil yang satu lagi ditempatkan di sisi seberang jalan.
Jam menunjukkan waktu pukul sepuluh kurang sepuluh menit!
"Itu!" kata MacKenzie sambil menuding. "Mobil Lincoln biru!"
Semua yang berada di dalam Cadillac duduk memperhatikan dengan tegang sementara mobil biru yang besar itu beringsut-ingsut maju mendekati pos pemeriksaan di perbatasan. Penjaga perbatasan di situ menjengukkan kepalanya ke dalam kendaraan itu, sementara seorang polisi San Diego berdiri dengan sikap berjaga-jaga di belakangnya. Tapi kemudian penjaga itu menegakkan tubuhnya lagi dan melambaikan tangan menyuruh mobil itu lewat!
"Bukan mereka," kata Pete dengan nada kecewa.
"Atau mereka sangat pandai menyamar," kata Ndula.
"Kurasa menyamar takkan ada gunanya bagi mereka," kata Chief Reynolds. "Para penjaga perbatasan sudah diinstruksikan agar setiap mobil yang di dalamnya ada anak laki-laki yang kelihatannya sepantar dengan Ian harus diperiksa secermat mungkin. Penyamaran tidak banyak gunanya apabila polisi mencari sejumlah orang tertentu."
"Tapi apakah itu tidak sudah diperhitungkan oleh para penculik?" tanya Bob. "Maksudku, bahwa setiap kelompok yang terdiri dari dua orang dewasa, yang satu jangkung dan yang lainnya bertubuh gempal, disertai oleh seorang remaja pria gendut... eh, kekar, maksudku tadi, akan diteliti dengan sangat cermat?"
Jupiter mengangguk.
"Ya, kurasa itu pasti sudah mereka perhitungkan, Bob. Karenanya, menurutku mereka akan berusaha menyeberang dengan cara bersembunyi. Dalam salah satu kendaraan yang sudah biasa mondar-mandir menyeberangi perbatasan ini, jadi takkan menimbulkan kecurigaan."
"Seperti itu?" kata MacKenzie.
Dua buah bis nampak menghampiri pos penjagaan perbatasan. Polisi San Diego menyuruh kedua kendaraan itu berhenti lalu naik ke atasnya. Para pengamat di dalam Cadillac melihat polisi-polisi itu melangkah lambat-lambat menyusur gang di sebelah tengah kedua bis itu. Kemudian polisi-polisi itu turun lagi dan melambaikan tangan, memberi isyarat bahwa kedua bis itu boleh melanjutkan perjalanan memasuki wilayah Meksiko.
"Kemungkinannya kecil sekali, kelihatannya," kata Ndula.
"Mudah-mudahan saja kita berhasil," kata Jupiter dengan perasaan gelisah, sambil memperhatikan deretan panjang kendaraan-kendaraan yang melewati tapal batas.
Waktu tinggal dua menit lagi sebelum pukul sepuluh!
"Kurasa mereka sudah berhasil menyusup ke seberang," kata Chief Reynolds sambil menggeleng-geleng. "Sebaiknya kita cepat-cepat saja menghubungi polisi Meksiko! Barangkali saja mereka bisa-"
Saat itu terdengar bunyi nyaris terputus-putus di dalam mobil Cadillac itu! Semuanya terkejut, lalu memandang Pete. Bunyi nyaring itu datang dari dalam kantung kemejanya!
"Alat isyaratku!" seru Pete.
"Cepat, matikan, Pete!" kata Chief Reynolds dengan ketus. "Kita harus-"
"Jangan!" Kini Jupiter nyengir. "Keluarkan alatmu itu, Pete, lalu lihat ke arah mana jarumnya menunjuk! Semua memperhatikan kendaraan-kendaraan yang ada di dekat-dekat sini, kalau-kalau ada yang kelihatannya mencurigakan! Para penculik itu ada di sekitar sini!"
Pete memperhatikan alat isyaratnya. Jarum yang terpasang pada piringan menunjuk lurus ke arah jalur-jalur kendaraan yang sedang antri. Semua memperhatikan ke arah situ. Tidak ada mobil Lincoln biru di antaranya, begitu pula tidak ada bis lagi. Hanya mobil-mobil sedan yang masih selalu banyak, serta empat atau lima truk dan mobil pengangkut lainnya.
"Yuk!" seru Jupiter. "Cepat!"
Semuanya buru-buru turun dari Cadillac itu lalu berjalan di sela-sela sekian banyak kendaraan yang bergerak maju dengan beringsut-ingsut. Di jalur sebelah tengah ada sebuah truk bobrok dengan pelat nomor Meksiko. Di kedua sisinya ada tulisan dalam bahasa Spanyol yang menyatakan bahwa kendaraan itu milik sebuah perkebunan selada di Meksiko. Ketika truk itu bergerak menghampiri pos pemeriksaan, panah pada alat isyarat yang ada di tangan Pete menunjuk lurus ke arah truk itu.
"Itu dia!" seru Jupiter.
Didului oleh Chief Reynolds, mereka sampai di samping truk yang tertutup itu pada saat kendaraan itu berhenti di pos pemeriksaan. Penjaga di situ sudah mengangkat kain terpal penutup bagian belakang truk itu lalu menjengukkan kepala ke dalam sebentar, dan kemudian memberi isyarat kepada polisi San Diego agar truk itu diperbolehkan lewat.
"Tunggu!" teriak Jupiter. "Mereka ada di dalamnya!"
Penjaga yang sudah memberi isyarat tadi menggeleng.
"Di depan hanya ada supir, sedang di belakang tidak ada siapa-siapa."
"Tidak mungkin," bantah Jupiter. "Dengarlah sendiri, bunyi isyarat alat kita itu sangat nyaring sekarang!" Chief Reynolds dengan dibantu oleh Ndula mengangkat kain terpal yang menutup bagian belakang truk itu lagi. Tapi sama sekali tidak ada apa-apa di dalamnya!
"Rupanya pemberi isyarat kalian itu rusak," kata MacKenzie mengomentari.
Jupiter memperhatikan bagian sebelah dalam dari bak belakang truk itu. Setelah itu ia pergi ke samping dan memperhatikan bagian luarnya. Matanya bersinar-sinar. "Tidak, Mac, alat isyarat kami bekerja dengan sempurna! Lihat, bagian luar bak kendaraan ini paling sedikit satu meter lebih panjang dari sisi dalamnya. Dinding depan bagian sebelah dalamnya palsu. Di baliknya ada rongga!"
Dua orang polisi San Diego meloncat naik ke atas bak belakang truk itu, bersama Chief Reynolds.
"Tapi tidak ada pintu di sini, Jupiter," kata Chief Reynolds, setelah memeriksa dinding dalam sebelah depan.
"Itu tidak mengherankan, karena para penculik itu benar-benar cerdik. Rupanya dinding palsu itu baru dipasang setelah mereka masuk ke dalam! Itu sebabnya mereka harus singgah selama beberapa waktu di San Diego! Bongkar saja dinding itu!"
"Hati-hati, Chief!" kata Ndula memperingatkan. "Mereka bersenjata!"
Chief Reynolds memberi isyarat kepada kedua polisi San Diego yang menyertainya agar merapatkan diri ke sisi samping truk. Lalu ia mengeluarkan pistolnya.
"AU right, kami tahu bahwa kalian ada di dalam! Kalian sudah dikepung dari segala sudut. Robohkan dinding palsu itu dan keluarlah dengan tangan terangkat!"
Sejenak yang terdengar hanya bunyi kendaraan-kendaraan yang lewat saja, serta suara nyaring yang datang dari alat isyarat yang ada di tangan Pete.
Tapi detik berikutnya dinding dalam sebelah depan yang ternyata memang palsu itu terbelah, teriring bunyi papan robek. Walt dan Fred muncul dengan tangan terangkat ke atas kepala. Saat itu Walt melihat Jupiter.
"Kau! Bagaimana kau bisa menemukan kami dengan begini cepat? Bagaimana caramu sampai bisa mengenali bahwa kami ada di dalam truk ini?"
"Diam!" bentak Chief Reynolds, lalu melucuti senjata kedua penculik itu.
Kedua polisi San Diego yang tadi ikut naik ke atas truk menemukan Ian di dalam ruang sempit yang terdapat di balik dinding palsu, lalu melepaskan tali-tali yang mengikatnya. Ian melangkah ke luar, sambil tersenyum.
"Wah, senangnya hatiku melihat kalian, Teman-teman! Bagaimana kalian bisa tahu bahwa aku dan kedua penculik itu ada di sini?"
"Ya, bagaimana caranya, Jupiter?" tanya Ndula pula. "Aku tahu, isyarat tadi yang menunjukkan, tapi kenapa isyarat itu bisa menunjuk ke arah truk ini? Kalian kan belum pernah melihat kendaraan ini?"
"Bukan aku yang mengarahkan isyarat itu ke truk ini," kata Jupiter sambil nyengir. "Mereka yang memberi isyarat dari atas truk!"
"Mereka? Kedua penculik itu, maksudmu?" seru Bob dan Pete serempak.
"Masih ingat sewaktu di bengkel kita, sewaktu aku mengatakan pada Fred tentang mikrofon rahasia mereka yang ada di dalam kantung kemeja Ian?" kata Jupiter. "Nah, itu kulakukan karena alat isyaratku ada dalam kantung celanaku, dan aku ingin agar mereka lebih dulu menggeledah Ian. Ketika Fred kemudian berpaling dari Ian, aku berdiri begitu dekat di belakangnya sehingga mau tidak mau Fred pasti menubruk aku-dan ketika itu terjadi, cepat-cepat kuselipkan alat isyaratku ke dalam kantung jasnya sambil pura-pura berpegangan padanya agar tidak terjungkal!"
Remaja bertubuh montok itu memandang semuanya yang ada di situ dengan wajah berseri-seri.
"Jadi sejak itu alat isyaratku itu ada di dalam kantung jas Fred," katanya melanjutkan. "Tanda isyarat yang menimbulkan bunyi tidak kunyalakan, jadi mereka tidak bisa mendengar bunyi itu. Dan nyala lampunya juga tidak nampak-itu pun kalau menyala secara kebetulan-karena ketebalan bahan j as yang dipakai Fred!"
Walt menatap Fred dengan mata melotot.
"Dasar goblok!" sergahnya.
"Kau sendiri yang goblok!" balas Fred sambil melotot pula. "Semuanya ini kan idemu!" "Bawa mereka pergi," tukas Chief Reynolds dengan sebal.
Kedua penculik yang masih terus saling mengumpat itu digiring pergi oleh polisi. Chief Reynolds berpaling pada Jupiter.
"Kau sebenarnya tidak boleh diam-diam saja tentang isyarat itu, Jupiter," katanya dengan galak.
"Selama ini saya tidak yakin bahwa ide itu akan berjalan dengan baik, Sir, dan saya tidak ingin Anda terlalu mengandalkannya sehingga tidak memanfaatkan cara-cara lainnya yang ada untuk menemukan mereka," kata Jupiter menjelaskan. "Siapa tahu, bisa saja alat saya itu sebelumnya sudah ditemukan para penculik, atau Fred berganti pakaian, atau kemungkinan lain-lainnya lagi. Tapi rupanya mereka terlalu sibuk, sehingga siasat saya bisa jalan!"
"Ya, memang!" Chief Reynolds tersenyum. "Kalian telah bekerja dengan sangat baik, Anak-anak!"
Wajah ketiga anggota Trio Detektif berseri-seri mendengar pujian itu. Ian ikut tersenyum. Kini ia sudah aman, dan bukan lagi pelarian yang selalu ketakutan.
Ian dan Jupiter berdiri berdampingan sambil tertawa nyengir. Mereka kelihatan seperti kembar dua yang montok.

Bab 21
ALFRED HITCHCOCK MENAWARKAN JUDUL

BEBERAPA hari kemudian Jupiter beserta kedua rekannya mendatangi Alfred Hitchcock di ruang kantornya yang besar di studionya. Dengan tekun sutradara film yang kenamaan itu mengikuti penuturan ketiga remaja itu tentang petualangan mereka menyelamatkan Ian Carew dari tangan para penculik.
"Bagus!" kata sutradara itu dengan suaranya yang berat ketika ketiganya selesai dengan penuturan mereka. "Kalian telah menunjukkan prestasi yang benar-benar profesional. Kuucapkan selamat pada kalian bertiga!"
"Terima kasih, Sir, " kata Jupiter. Dari nada suaranya dapat diketahui bahwa ia menganggap bahwa kata-kata pujian itu memang sudah sewajarnya.
"Ya-" kata Alfred Hitchcock lagi sambil mengangguk-angguk, "masing-masing dari kalian bertiga telah memperagakan ketrampilan dan logika yang baik sekali dalam mengambil kesimpulan serta melakukan pengamatan. Dan pada hakikatnya," kini di mata sutradara itu muncul sinar kejailan, "bahkan bisa kukatakan bahwa dalam kasus ini kedua asisten telah menunjukkan prestasi penyelidikan yang lebih hebat daripada pemimpin mereka! Kalian berdua hebat, Robert dan Peter."
Pete dan Bob nyengir saja mendengar pujian itu, sementara air muka Jupiter nampak agak memerah. Pete cepat-cepat mengeluarkan anting-anting berbentuk taring yang terbuat dari gading dan emas, yang menyebabkan Anna Lessing ketahuan rahasianya.
"Mungkin Anda sudi menerima ini, Sir, sebagai kenang-kenangan pada kasus ini," kata Pete.
Sutradara bertubuh bulat itu menerima anting-anting yang disodorkan padanya dengan sikap serius.
"Aku akan menyimpannya baik-baik, bersama segala tanda mata yang kalian berikan selama ini sebagai kenang-kenangan atas kasus-kasus yang berhasil kalian selesaikan. Tapi bagaimana selanjutnya dengan komplotan penculik itu? Apakah mereka akan menerima hukuman yang setimpal dengan kejahatan mereka?"
"Yah," kata Jupiter yang masih agak sebal karena merasa direndahkan oleh Alfred Hitchcock, "mereka bisa dijatuhi hukuman berat, karena penculikan merupakan kejahatan yang tidak bisa dipandang sepele!"
"Itu memang benar," kata Alfred Hitchcock dengan suaranya yang menggelegar. "Penculikan memang merupakan tindak kejahatan yang benar-benar keji!"
"Betul, Sir, " kata Jupiter sependapat, "tapi dalam kasus ini kejadian itu pada hakikatnya merupakan penculikan yang didasari alasan politik dan melibatkan warga negeri lain. Oleh karena itu pihak kepolisian memutuskan untuk mengusir para pelakunya kembali ke Nanda, agar pemerintah di sana yang menjatuhkan hukuman yang setimpal dengan kejahatan yang mereka lakukan."
"Sementara itu kemarin telah dilangsungkan pemilihan umum di Nanda," kata Bob menyela. "Golongan radikal di sana sangat tercemar namanya sebagai akibat peristiwa penculikan, sehingga Sir Roger dengan mudah berhasil meraih kemenangan. Itu berarti dorongan besar bagi rencananya untuk mencapai kemerdekaan dengan kekuasaan di tangan penduduk berkulit hitam yang merupakan mayoritas."
"Sir Roger mengatakan bahwa para penculik akan diberi pengampunan setelah beberapa tahun menjalani hukuman," kata Pete, "dengan syarat bahwa mereka berkelakuan baik selama di penjara dan bersedia untuk bekerja sama dengan golongan mayoritas."
"Itu merupakan keputusan yang bijaksana," kata Mr. Hitchcock sambil mengangguk. "Kejahatan yang mereka lakukan pada hakikatnya merupakan semangat perjuangan yang salah kaprah. Komplotan penculik itu berkeyakinan bahwa mereka berada di pihak yang benar, dan itu menyebabkan mereka berpandangan bahwa mereka berhak melakukan apa saja demi kepentingan perjuangan. Sayangnya, pandangan begitu banyak terdapat di mana-mana dewasa ini. Satu-satunya kemungkinan yang bisa menyelesaikan masalah ini adalah bahwa kita semua harus belajar menyadari bahwa kita harus hidup dan bekerja sama secara damai."
"Betul, Sir, " kata ketiga remaja yang duduk di hadapannya dengan serempak.
"Kalau begitu, kasus ini sudah bisa dinyatakan selesai?" kata sutradara film itu lagi.
"Yah," kata Pete, "sebetulnya masih ada satu masalah lagi. Kami belum berhasil menemukan judul yang enak untuk catatan kami mengenainya. Barangkali Anda bisa memberikan saran, Sir?"
"Hmm." Alfred Hitchcock berpikir sebentar. "Ya, tentu saja! Kasus petualangan kalian kali ini pantas kalau diberi judul Misteri Kemelut Kembar!"
"Wah, judul itu sangat tepat!" kata Bob. "Ian kan begitu mirip dengan Jupiter sehingga mereka berdua seakan-akan kembar, dan kenyataan itu nyaris menimbulkan kemelut!"
"Bukan begitu maksudku sebenarnya," kata Mr. Hitchcock. Matanya berkilat-kilat jail lagi. "Kemelut mana lebih dahsyat daripada kenyataan bahwa di dunia yang sudah penuh dengan berbagai kesulitan dan bencana ini rupanya ada dua Jupiter Jones! Seorang Jupiter saja sudah merupakan kemelut, apalagi kalau ada dua! Itulah maksudku dengan 'Kemelut Kembar!'"
Sutradara gendut itu terbahak-bahak ketika melihat air muka Jupiter yang jelas sekali tersinggung mendengar sindirannya itu.
"Itu lelucon yang tidak lucu, Sir, " kata Jupiter dengan kaku, sambil meluruskan sikap duduk. "Ya, memang, dan aku minta maaf. Untuk menyejukkan perasaanmu, aku bersedia menuliskan kata pengantar untuk kasus kalian ini."
Ketiga remaja itu mengucapkan terima kasih sambil nyengir, lalu minta diri. Ketika sudah sendiri lagi di kantornya, Mr. Hitchcock masih saja tertawa-tawa karena mengingat leluconnya tadi. Meski menurut Jupiter tidak lucu, tapi cocok sekali sebagai judul kisah petualangan yang ramai dan berakhir secara memuaskan.
SELESAI.