Trio Detektif - Misteri Boneka Beringas(2)

Bab 11 orang-orangan itu menyerang!

"Apa maksudmu, kalian telah melakukan penyidikan tentang diriku?" tukas Charles Woolley. "Seenaknya saja! Bukankah sudah kuceritakan segala-galanya yang perlu kalian ketahui tentang diriku!?"
"Berdasarkan pengalaman kami, sebaiknya jangan terlalu mengandalkan keterangan orang, Dr. Woolley." kata Jupiter. "Kami perlu melakukan penyidikan atas diri setiap orang yang punya kemungkinan terlibat dalam tindakan merongrong Letitia Radford."
Saat itu hari baru saja gelap. Sebelumnya, sepanjang siang sampai sore, anak-anak sibuk menyelesaikan pekerjaan mereka sehari-hari-lalu berkumpul untuk saling bercerita tentang hasil penyidikan mereka. Setelah itu. sehabis makan malam, mereka mendatangi tanah milik Radford untuk berbicara dengan klien mereka. Mereka menjumpai Charles Woolley di laboratoriumnya. Sarjana itu marah-marah begitu mende-
106
ngar laporan Pete tentang kunjungannya ke UCLA.
"Saya bisa memahami perasaan Anda, Dr. Woolley," kata Jupiter selanjutnya. "Tapi Anda harus mengerti bahwa sudah merupakan bagian dari pekerjaan kami untuk bersikap sangsi-dan mencari kepastian untuk menyingkirkan kesangsian itu. Sepanjang pengetahuan kami sampai sekarang, tidak seorang pun yang ada di tempat ini mempunyai alasan tertentu untuk melancarkan rongrongan terhadap Letitia Radford. Karenanya kami harus melihatnya dari sudut lain. Tidak kami temukan satu alasan tertentu kenapa tindakan kejam ini dilakukan. Tapi yang jelas, ada orang yang melakukannya!"
Woolley mendesah.
"Letitia itu tidak bisa dibilang cerdas, dan sikapnya kadang-kadang bisa kasar dan menyebalkan," katanya. "Tapi tidak bisa kubayangkan, ia dengan sengaja menyakiti hati orang lain."
"Tapi mungkinkah ia secara tidak sengaja telah melakukannya?" tanya Jupe. "Anda pernah bercerita, ia sudah beberapa kali bertunangan, tapi tidak ada yang berakhir dengan pernikahan. Mungkin ada yang sakit hati karena ditinggalkan."
"Menurut Mrs. Chumley, Letitia belum pernah memutuskan pertunangan," kata Woolley. "Selalu dia yang ditinggal pacar-pacarnya."
"Ah," kata Jupe.
"Ya, betul. Mrs. Chumley juga pernah menyinggung bahwa di antara sekian banyak tunangannya
107
ada beberapa yang tak sepadan dengan dia, dan itu menyebabkan abangnya, Chester Radford, membayar orang itu agar mau memutuskan pertunangan dengan adiknya. Di antara mereka ada petualang yang hanya mengincar harta Letitia, dan karenanya mau saja ketika Chester Radford menawarkan imbalan uang asal pertunangan putus. Sedang selebihnya, kurasa mereka memutuskan pertunangan karena lama-lama bosan sendiri. Letitia itu tidak gampang wataknya."
Jupiter mengangguk.
"Di mana dia sekarang?"
"Saat ini di Beverly Hills, tapi takkan lama ia di sana," jawab Woolley. "Tadi malam pun ia sudah bisa berpikir tenang kembali, dan berkesimpulan bahwa labah-labah raksasa itu memang secara kebetulan saja lari di atas kakinya. Meski begitu Mrs. Chumley menyuruhnya pergi untuk bersenang-senang selama beberapa hari di Beverly Hills.
"Tadi siang, ketika aku ke rumah besar sebentar untuk meminta kopi sedikit, Mrs. Chumley bercerita bahwa Letitia secara tak sengaja berjumpa dengan salah seorang bekas pacarnya, di Hotel Wilshire. Perjumpaan itu begitu mengguncangkan perasaannya, sehingga ia menelepon Mrs. Chumley untuk memberi tahu bahwa ia akan pulang malam ini juga. Mrs. Chumley masih mencoba menenangkannya dan membujuk agar ia pindah saja ke hotel lain. Tapi Letitia tidak mau.
108
ia tetap berkeras, hendak pulang kemari malam ini juga."
Baru saja Woolley selesai berbicara, ketika tiba-tiba terdengar suara orang menjerit.
"Dia sudah pulang!" kata Pete sambil melangkah ke pintu dan langsung lari mendaki bukit menuju rumah besar, diikuti oleh Bob dan Jupe, serta Woolley yang berlari sambil mengomel-ngomel.
Sementara itu Letitia Radford masih saja terus menjerit-jerit Belum pernah kedengarannya begitu ketakutan seperti sekali ini.
"Jangan!" jeritnya. "Ampun, jangan, jangan!"
Jeritan itu terputus, disusul tangisan keras. Tahu-tahu nampak sesuatu bergerak ke arah anak-anak yang berlari mendatangi. Sesuatu yang sangat menyeramkan. Orang-orangan itu!
Saat itu lampu-lampu di teras dinyalakan. Anak-anak melihat wajah orang-orangan itu, yang kepalanya terbuat dari karung goni yang pada bagian lehernya diikat dengan tali. Di tengah-tengah muka itu, di bawah topi berwarna hitam, nampak sepasang mata berbentuk segi tiga yang hitam legam. Sosok itu memakai jaket usang dari bahan korduroi dengan jerami bersembulan ke luar dari lengannya, persis seperti pengusir burung yang terpancang di atas pagar ladang jagung. Makhluk aneh itu tertegun sesaat ketika melihat anak-anak muncul bersama Woolley. Napas Woolley tersentak karena kaget dan juga ngeri, karena orang-orangan itu ternyata membawa sabit besar bergagang panjang!
109
"Awas!" seru Pete.
Sambil tertawa menyeramkan, sosok aneh itu mengangkat sabit tadi dan mengayunkannya dengari gerakan menyabit, lalu menyerbu ke arah anak-anak sambil mengacung-acungkan senjatanya.
Dengan cepat Bob menjatuhkan diri ke samping, berusaha menghindari senjata tajam melengkung itu. Jupiter berusaha lari, tapi ia tersandung dan jatuh terjerembab, ia hanya bisa menutupi kepala dengan tangan sambil meringkuk untuk melindungi diri dari serangan tiba-tiba itu.
Orang-orangan itu menghantamkan gagang sabit ke kepala Pete yang tidak bisa berbuat apa-apa karena ngeri. Hantaman itu menyebabkan Pete jatuh terguling ke tanah. Orang-orangan itu terus lari menuruni bukit, menerjang ke arah Woolley yang buru-buru melompat ke samping untuk menghindari serangan.
Anak-anak mendengar langkah orang-orangan tadi menerabas lewat kerumunan pohon ekaliptus. Setelah itu tidak terdengar apa-apa lagi.
"Pete!" seru Bob. "Kau cedera, Pete?"
Pete bangkit pelan-pelan, duduk di tanah sambil mengusap-usap kepala.
"Tidak, aku tidak apa-apa. Pukulannya tadi tidak terlalu keras. Cuma aku tadi... aku tidak mampu menghindar tadi!"
"Bisa mati kau tadi!" kata Woolley gugup.
Sementara itu Letitia Radford sudah tidak terdengar menangis lagi. ia kini mengerang
110
dengan suara lirih, kedengarannya seperti suara binatang kecil yang cedera. Lampu-lampu di depan rumah sudah menyala, dan terdengar suara Burroughs dan Mrs. Chumley di sana. Kedengarannya mereka sedang membujuk-bujuk Letitia.
Ketika anak-anak dan Woolley sampai di sana, mereka melihat Burroughs sedang memapah Letitia menaiki jenjang, menuju ke pintu depan. Mrs. Chumley yang duduk di kursi rodanya di serambi kelihatan cemas. Mobil Letitia diparkir di jalan masuk. Pintu di sisi pengemudi masih terbuka.
"Dia... dia membawa sabit!" kata Letitia dengan suara pelan. "Persis seperti Sang Pencabut Nyawa! Dia hendak memenggal kepalaku!"
"Ah, tidak mungkin, Miss Letitia!" kata Burroughs.
"Sungguh!"
Jupe, Bob, dan Pete masuk ke serambi.
"Dia membawa sabit besar," kata Jupiter. "Kami juga melihatnya."
"Sudah habis kesabaranku sekarang," kata Mrs. Burroughs yang saat itu bergegas datang dari arah belakang rumah. "Tidak habis-habisnya ribut! Aku sudah memanggil polisi!"
"Astaga," kata Mrs. Chumley.
"Bagus!" kata Charles Woolley, yang menyusul masuk. "Barangkali kepala polisi itu sekarang mau tahu tentang urusan ini."
111
"Mudah-mudahan," kata Mrs. Burroughs. ia menghampiri Letitia Radford, lalu membimbingnya ke ruang duduk. "Tenanglah, Miss. Nanti kubikinkan teh untuk menenangkan saraf. Anda pasti kaget sekali tadi, melihat makhluk seram itu. Aku juga melihatnya karena kebetulan memandang ke luar dari jendela. Kulihat sabit besar yang dipegangnya."
Saat itu terdengar bunyi mobil datang. Jupiter menoleh ke arah jalan, dan melihat lampu-lampu besar sebuah mobil yang membelok ke jalan masuk ke Museum Mosby. Kemudian lampu-lampu itu padam. Seorang pria turun lalu menyeberang jalan. Orang itu Gerhart Malz.
"Ada apa di sini?" serunya dari jauh.
"Orang-orangan itu, Sir," balas Burroughs berseru sambil melangkah ke pintu, "ia menunggu di jalan masuk ketika Miss Letitia pulang tadi."
"Ah, itu!" kata Malz dengan nada sebal.
"Letitia tidak mengada-ada!" seru Woolley membentak. Kepalanya yang botak berkilat-kilat kena sinar lampu, sehingga penampilannya semakin mirip semut raksasa. Tapi semut yang sangat pintar. "Kami semua melihatnya! Dia sangat berbahaya! Nyaris saja ia membunuh orang tadi!"
Di kejauhan, dari arah bawah, terdengar samar bunyi sirene mengaung-ngaung.
"Polisi datang!" kata Mrs. Burroughs. "Tak kusangka mereka benar-benar akan datang. Petu-
112
gas dengan siapa aku bicara tadi kedengarannya ragu-ragu!"
"Chief Reynolds pasti datang juga," kata Jupiter. Suaranya tidak terdengar gembira. "Dan ia pasti tidak senang, melihat kami ada di sini!"
113
Bab 12
pengintaian dalam gelap

Keesokan paginya anak-anak berkumpul dalam kantor m23eka di Pangkalan Jones. Seperti sudah diduga oleh Jupiter, Chief Reynolds malam sebelumnya ternyata memang ikut datang ke tanah milik Radford, dan ia juga memang marah melihat Jupiter beserta kedua temannya ada di situ. ia tidak mau menerima alasan mereka yang mengatakan bahwa kepala polisi itu sendiri yang mengatakan bahwa kasus orang-orangan itu sebaiknya diserahkan pada Trio Detektif untuk ditangani. Chief Reynolds sebelumnya sudah mewanti-wanti agar mereka jangan terlibat dalam kesulitan; tapi kemudian ternyata bahwa mereka lagi-lagi berada di tengah-tengah situasi yang berbahaya. Mereka disuruhnya pulang, dan jangan ikut campur lagi dalam urusan orang-orangan itu.
Dan seperti sudah bisa diduga pula oleh Chief Reynolds, ketiga penyelidik remaja itu sama sekali tidak bermaksud melepaskan keterlibatan mereka dalam kasus itu.
114
"Tapi kita perlu hati-hati," kata Jupiter pada kedua temannya. "Chief Reynolds pasti akan mengamuk jika melihat kita muncul lagi di tempat itu."
"Aku sudah pasti akan sangat berhati-hati. sesudah kejadian kemarin malam," kata Pete bersungguh-sungguh.
"Kau pasti sangat kaget saat itu," kata Bob. "Apalagi Letitia! Tapi setidak-tidaknya orang-orang yang serumah dengan dia sekarang tahu bahwa orang-orangan itu memang ada!"
Jupiter mengangguk.
"Memang, orang bisa bingung jika tidak ada yang mau percaya," katanya, ia duduk di balik meja kerja di dalam ruang kantor yang sempit itu, sambil menarik-narik bibir bawahnya. Itu merupakan tanda bahwa ia sedang memeras otak. "Tapi tadi malam, cukup banyak yang ikut melihat orang-orangan itu. Dan itu berarti bahwa kita bisa mulai menyingkirkan beberapa nama dari daftar tersangka kita. Woolley ada bersama kita waktu itu. Mrs. Burroughs mengatakan, ia melihat orang-orangan itu ketika menjenguk ke luar dari jendela. Suaminya, dan begitu pula Mrs. Chumley, hadir di tempat kejadian. Jadi tinggal Gerhart Malz saja."
"Mungkin sekali orang-orangan itu dia," kata Bob. "ia mengatakan, mobilnya sebelum itu diparkir di bawah, di Rock Rim Drive. Bisa saja sesudah menakut-nakuti Letitia ia buru-buru lari ke sana, membuka samaran orang-orangannya, lalu naik mobil kembali ke Museum Mosby, sebelum polisi datang."
115
"Itu mungkin saja," kata Jupiter. "Malz tahu bahwa Letitia takut pada orang-orangan dan serangga. Dan ia tadi malam bisa saja dengan salah satu cara mengetahui bahwa Letitia akan pulang saat itu dari Beverly Hills." Jupe berhenti sebentar, lalu meneruskan, "Tapi kita tidak boleh melupakan pengintai misterius itu, yang lari melintasi ladang jagung sewaktu kita mendengar dia lalu datang untuk melihat. Mungkin sudah sejak beberapa waktu ia mengintai wisma Radford dari rumah tua di Rock Rim Drive itu. Mungkin juga dialah orang-orangan itu. Tapi kita tidak bisa mengetahuinya dengan pasti, sebelum kita berhasil memergokinya."
Pete bergidik.
"Aku tidak kepingin memergoki orang-orangan itu, siapa pun dia sebenarnya," katanya. "Aku tidak mau kejadian kemarin malam berulang lagi!"
"Kita memang harus hati-hati, tapi kita perlu melacak orang-orangan itu," kata Jupe. "Kita satu-satunya yang mau melakukannya. Polisi masih belum begitu peduli terhadap urusan ini. Dan untungnya bagi. kita, ada beberapa hal tentang orang-orangan itu yang sudah kita ketahui."
"Ya, kita tahu bahwa ia membawa sabit besar!" kata Pete. "Selain itu, apa lagi yang kita ketahui?"
"ia selalu muncul saat hari mulai gelap," kata Jupe. "Setidak-tidaknya, setiap kali Letitia melihati dia, hari mulai gelap. Dan penglihatan tidak begitu jelas pada saat remang-remang begitu."
116
"Aku tahu sekarang," kata Bob. "Kau hendak mengusulkan agar kita mengadakan pengintaian!"
"Tepat," kata Jupe. "Malam ini kita ke rumah Letitia sebelum gelap, lalu mengadakan pengintaian di sana."
"Bagaimana kalau tidak terjadi apa-apa?" kata Bob.
"Kita datang lagi besok malam." kata Jupe.
"Dan bagaimana jika nanti benar-benar ada sesuatu?" tanya Pete. Suaranya agak bergetar. "Bagaimana jika orang-orangan itu benar-benar muncul?"
"Kita mengintai dari tempat yang tersembunyi. Kalau dia muncul, kita amati terus ke mana dia pergi," kata Jupiter. "Rencanaku begini. Kita ke sana dengan membawa alat walkie-talkie, supaya bisa saling berhubungan. Bob, kau mengawasi Museum Mosby; sekarang Gerhart Malz menjadi tersangka utama kita. Pete, kau bersembunyi dekat rumah tua yang di Rock Rim Drive itu. Aku akan mengawasi rumah Letitia."
Pete mengeluh.
"Baiklah," katanya. "Aku sebenarnya tidak suka, tapi baiklah!"
Pete masih tetap merasa gamang malam itu, ketika ia bersama kedua rekannya menyembunyikan sepeda-sepeda mereka dalam semak sekitar seperempat mil dari rumah keluarga Radford. Jupiter menyodorkan dua buah alat walkie-talkie kepada Bob dan Pete.
117
Alat-alat berukuran kecil itu dibuat sendiri oleh Jupiter di bengkelnya. Alat itu mirip pesawat CB, diperlengkapi dengan speaker dan mikrofon. Ketiga penyelidik remaja itu memakai ikat pinggang dengan kawat tembaga yang dililitkan ke situ, sebagai antena pemancar radio yang bisa ditangkap sampai sejauh kurang lebih setengah mil. Jika hendak bicara dengan alat itu, harus ditekan sebuah tombol yang ada di situ. Jika hendak mendengarkan, tombol dilepaskan.
"Nah, jika salah satu dari kalian nanti melihat orang-orangan itu, jangan kalian coba menyergapnya," kata Jupiter kemudian. "Kita awasi saja dia. Kalau perlu bantuan, pergunakan alat walkie-talkie."
Pete dan Bob mengangguk, lalu mereka bertiga berjalan kaki menuju ke tanah milik Radford. Ketika sudah dekat Pete memisahkan diri. melintasi tanah kosong di sebelah tanah milik Radford, lalu menyusupi semak belukar yang tumbuh di lereng bukit, menuju rumah tua di tepi Rock Rim Drive.
Tidak ada kendaraan yang lewat di jalan lama itu ketika Pete tiba di tempat tujuannya Tidak nampak mobil diparkir dekat-dekat situ. Rumah tua yang tidak dihuni lagi itu lengang, pekarangannya penuh semak belukar yang tumbuh sampai di dekat tangga depan.
Matahari sudah mulai menghilang di ufuk barat ketika Pete menemukan tempat bersembunyi dalam semak di sisi jalan masuk ke rumah itu. Saat itu walkie-talkienya berbunyi.
118
"Nomor Dua! Di mana kau. Nomor Dua?" Itu suara Jupiter.
Pete menekan tombol walkie-talkienya.
"Dalam semak di dekat rumah tua," katanya dengan suara pelan. "Aku tidak melihat sesuatu yang bergerak di sini."
"Oke, Dua," kata Jupe. "Tunggu saja di situ, sampai nanti terjadi sesuatu. Bob, kau di mana? Aku tidak melihatmu."
Terdengar bunyi detik lewat speaker, disusul suara Bob.
"Aku di belakang Museum Mosby."
"Oke," kata Jupiter. "Sudah semakin gelap sekarang. Jaga kewaspadaan, dan jangan pergunakan walkie-talkie kalau tidak benar-benar perlu."
Setelah itu percakapan terputus. Pete duduk mencangkung di tanah sambil memasang telinga. Mula-mula ia tidak mendengar apa-apa. Tapi kemudian terdengar samar bunyi mesin mobil yang merayap mendaki bukit, dari arah barat.
Pete mendengarkan dengan perasaan tegang. Mobil lewat di Chaparral Canyon Road, bukan merupakan hal yang luar biasa. Mungkin saja mobil itu terus melewati puncak lalu turun menuju Lembah San Fernando di timur.
Atau jangan-jangan membelok, masuk ke Rock Rim Drive?
Bunyi mesin berubah, ketika pengemudinya berpindah ke persneling yang lebih rendah. Dari bunyinya Pete menarik kesimpulan bahwa yang
119
datang itu sebuah truk. Terdengar olehnya bunyi per mobil berderak-derik. Nampak lampu mobil menyorot di jalan depan rumah tua itu. Kendaraan yang datang itu ternyata membelok, masuk ke Rock Rim Drive.
Sorotan lampu-lampu besar seakan-akan hendak menembus semak tempat Pete bersembunyi ketika truk itu membelok ke jalan masuk ke tanah sebelah pekarangan rumah tua itu. Kemudian mesinnya dimatikan. Pete mendengar bunyi rem tangan ditarik.
pintu truk terbuka dan seorang laki-laki turun lalu menyelinap dalam gelap menuju ke sisi belakang rumah. Pete mendengar bunyi pintu belakang rumah tua itu dibuka. Sesaat kemudian nampak nyala api sekejap lewat celah-celah papan yang menutupi jendela-jendela di tingkat bawah.
Orang yang turun dari truk tadi langsung menuju ke tingkat atas. Pete mendengar bunyi langkahnya berjalan di lantai papan. Orang itu menuju ke bagian belakang.
Pete beringsut-ingsut sepanjang semak, sampai ia bisa melihat jendela sebelah atas di belakang rumah itu-dari mana Wisma Radford bisa dilihat dengan jelas. Mula-mula tidak kelihatan apa-apa di jendela-jendela itu. Tapi kemudian satu di antaranya menjadi terang sekilas karena ada korek api dinyalakan di belakangnya. Pete melihat wajah penuh kerut ditempa kerja keras, kulitnya coklat terbakar sinar matahari
120
Orang itu menyalakan rokok, dan Pete melihat bahwa rambut orang itu sudah putih. Kemudian korek api yang dinyalakan tadi padam. Rumah itu terselubung kegelapan kembali. Hanya nyala api di ujung rokok orang itu saja yang kelihatan.
Pete menyelinap kembali ke depan, menghampiri truk orang itu. Jantungnya berdegup keras, ia berjalan merunduk-runduk di balik semak belukar, sampai tidak mungkin lagi terlihat dari jendela belakang tadi.
Apakah yang diintai orang itu, tanya Pete dalam hati. ia mengintai rumah keluarga Radford, itu sudah jelas. Tapi apa di rumah itu yang diintainya? Akan terjadi sesuatukah di sana yang merupakan isyarat baginya untuk bergegas mengenakan jas korduroi yang sudah usang, menyung-kupkan karung goni yang diberi gambar mata dan mulut ke kepala dan memakai topi hitam, lalu menjelma menjadi orang-orangan itu?
Terlintas niat dalam hati Pete untuk menghubungi Jupe dengan walkie-talkie. Tapi ia tidak berani mengambil risiko. Bahkan dengan berbisik pun tidak.
Pete berdiri, lalu menarik gagang pintu bak belakang truk yang tertutup itu. Ternyata tidak dikunci.
Mula-mula gelap sekali keadaannya di dalam bak belakang itu. Tapi setelah beberapa saat, mata Pete sudah terbiasa melihat dalam kegelapan itu. ia menjulurkan tangan ke dalam. Teraba olehnya sesuatu yang rasanya seperti jaring,
121
terpasang pada bingkai dari logam. Selain itu ada pula di situ benda-benda dari plastik, peralatan bergagang panjang yang rasanya mirip garu. Tercium olehnya bau bahan kimia yang menusuk hidung.
Pete masuk ke dalam, sambil meraba-raba dan mengendus-endus. Bau khlor! Peralatan yang ada di situ rupanya yang biasa dipakai untuk membersihkan kolam renang. Orang yang mengintai dari rumah tua itu tukang membersihkan kolam renang!
Pete tersenyum kecut Mereka bertiga sudah begitu repot melakukan penyidikan tentang Burroughs dan istrinya, begitu pula Gerhart Malz. dan bahkan Woolley, yang meminta mereka agar menangani kasus itu. Tapi sama sekali tidak terlintas dalam ingatan mereka untuk menyelidiki para pekerja di luar rumah yang kemungkinannya juga tahu tentang keadaan di rumah keluarga Radford, yaitu para tukang kebun dan pembersih kolam renang. Mungkin saja ada satu di antara mereka yang mempunyai alasan untuk tidak menyukai Letitia Radford. Barangkali sikapnya angkuh, atau tidak sabaran. Atau mungkin juga orang yang datang dengan truk itu tidak waras pikirannya, suka membuat orang lain menderita.
Coba ia bisa menemukan pakaian orang-orangan itu, kata Pete dalam hati. Dengan begitu ia akan punya bukti!
Tiba-tiba napasnya tersentak, sementara tangannya cepat-cepat berpegangan pada dinding tepi bak. Kendaraan itu bergerak!
122
"Mati aku!" desisnya. Tanpa berpikir panjang lagi ia merangkak dengan kepala lebih dulu ke depan, melewati sandaran tempat duduk pengemudi. Tangannya menyambar gagang rem tangan. Gagang itu longgar! Pete merosotkan badannya ke belakang setir. Tangannya sibuk menggerakkan alat kemudi itu. berusaha mengendalikan truk yang bergerak mundur, makin lama makin cepat, menuju jalan di depan rumah tua itu. Kakinya menemukan pedal rem yang langsung diinjaknya berulang kali dengan gerakan memompa. Tapi pijakannya terasa ringan. Pedal menyentuh lantai, dan tercium bau tajam minyak rem. Rupanya ada silinder yang bocor. Rem kendaraan itu tidak bekerja lagi!
Sekilas terlintas niat dalam hati Pete untuk memasukkan gigi persneling. Mungkin dengan begitu laju kendaraan bisa dihambat. Tapi niat itu tidak dilakukan olehnya, karena belum tentu berhasil. Sementara itu gerakan mundur truk itu semakin melaju. Pete sadar bahwa ia tidak boleh berlama-lama lagi bertahan di dalamnya, ia harus cepat-cepat meloncat ke luar.
Pete membuka pintu. Dilihatnya pohon-pohon seakan-akan terbang di sisi jalan. Pete menarik napas dalam, lalu berguling menjatuhkan diri ke luar.
Sekejap dilihatnya bentangan langit di atas, dan permukaan jalan di bawahnya. Setelah itu ia merasa tubuhnya membentur tanah. Gerakannya meloncat tadi menyebabkan ia masih terguling
123
agak jauh, sementara truk yang meluncur mundur lenyap dari penglihatan, terbanting-banting di jalan yang menurun.
Pete terguling ke pinggir jalan dan masuk ke dalam parit kering yang ada di situ. Kepalanya membentur sesuatu yang keras. Langit malam yang tidak begitu gelap langsung lenyap. Mata Pete berkunang-kunang, ia terkapar dalam parit. Pingsan!
124
Bab 13 jupe tepergok

Bulan muncul di langit ketika untuk keempat kalinya 23piter menyelesaikan rondanya mengelilingi rumah keluarga Radford yang dilakukan dengan langkah-langkah lambat, ia berhenti sebentar di atas suatu gundukan tanah yang terdapat di belakang rumah besar. Hawa malam itu panas. Jadi meski ada ancaman orang-orangan yang merongrong, tirai-tirai di rumah itu tidak ditutup. Jupiter bisa melihat langsung ke dalam kamar-kamar yang lampu-lampunya dinyalakan, ia bisa melihat Mrs. Burroughs sedang sibuk membersihkan bak tempat cuci piring di dapur. Di ruang duduk yang kecil di sebelah kiri dapur dilihatnya hanya pesawat televisi saja yang dihidupkan, ia melihat sosok tubuh Burroughs yang duduk dengan sikap santai di kursi, menonton pertandingan baseball.
Di bagian sebelah kanan rumah besar itu, Mrs. Chumley sedang main catur dengan Gerhart Malz di ruang duduk Mrs. Chumley. Jupiter melihat
125
Malz tersenyum, mengatakan sesuatu pada Mrs. Chumley, lalu menggeser salah satu buah catur. Mrs. Chumley mengernyitkan muka.
Jupiter menarik kesimpulan bahwa permainan sekali itu dimenangkan oleh Malz.
Pengurus museum itu berdiri lalu mengancingkan jasnya, sambil terus berbicara. Tidak lama kemudian ia meninggalkan ruangan itu.
Mrs. Chumley masih tetap berada di tempatnya selama beberapa saat lagi, sambil memandang copy lukisan Vermeer yang tergantung di dinding. Kelihatannya kemudian timbul salah satu pikiran dalam hatinya, karena dengan tiba-tiba saja ia menggerakkan kursi rodanya memasuki kamar tidur di pojok yang bersebelahan letaknya dengan ruang duduk itu, lalu menyalakan lampu di situ. ia menghampiri sebuah lemari dinding dan membuka pintu rangkapnya yang besar. Jupiter sempat melihat deretan pakaian tergantung di dalamnya, serta kotak-kotak bertumpuk di rak sebelah atas tempat penggantungan pakaian.
Tiba-tiba Mrs. Chumley menoleh, memandang ke arah jendela, seakan-akan merasa bahwa ada yang memperhatikan dari tempat yang gelap di luar rumah, ia menggerakkan kursi rodanya menghampiri jendela lalu menutup tirai-tirai, sehingga Jupiter tidak bisa melihatnya lagi.
Jupiter tertawa geli dalam hati lalu meneruskan langkah, mengitari sudut sebelah kanan rumah. Tanah di dekat situ menurun ke arah rumah, menampakkan dinding dasar rumah. Di bawah
126
kamar tidur Mrs. Chumley ada pintu ruang kolong. Dari pintu itu ada jalan setapak yang menuju ke kanan, berujung di jalan masuk. Jupiter menduga bahwa jalan setapak itulah yang dilalui para tukang dan pengantar barang jika hendak masuk ke rumah.
Jupiter meneruskan rondanya menyusur sisi bangunan besar itu, melewati garasi yang terpisah letaknya dan bisa memuat empat mobil, dan sampai di jalan masuk. Jalan yang biasa dilalui mobil itu membelok ke kiri di depan rumah, lalu melengkung lewat di muka pintu depan. Jupiter mengikuti belokan yang ke kiri, lalu melintasi halaman rumput menuju teras yang terdapat di sisi seberang rumah.
Sesampai di bagian belakang teras itu nampak lagi bagian dari rumah itu yang merupakan tempat kediaman para pelayan. Mrs. Burroughs masih terus sibuk membersihkan bak tempat mencuci piring di dapur, sedang suaminya nampak masih menonton pertandingan baseball di TV. Jupiter menyelinap naik ke teras dan kemudian bersembunyi di balik suatu tanaman rimbun yang ditaruh dalam pot Jendela-jendela panjang di ruang duduk utama yang menghadap ke teras sebelah kiri terbuka semuanya. Jupiter mengintip ke dalam. Dilihatnya Letitia Radford sedang duduk di sofa, menghadapi suatu perangkat permainan backgammon yang terletak di atas meja di depannya. Charles Woolley duduk dengan sikap tekun di kursi berpunggung lurus di seberangnya.
127
Perhatiannya seperti terpaku ke papan backgam-mon. Kepalanya yang botak nampak kemilau ditimpa cahaya lampu.
Saat itu Gerhart Malz muncul di ambang pintu, ia maju beberapa langkah. Jupiter mendengar dia mengatakan.
"Nah, kelihatannya kalian berdua sudah bisa damai sekarang."
"Kami bersatu menghadapi musuh bersama," jawab Woolley, tanpa mengalihkan perhatian dari papan backgammon
"Itu pun sudah lumayan," kata Malz. "Aku pulang saja sekarang, karena masih ada beberapa hal yang perlu diurus sebelum aku pergi cuti."
"Anda akan cuti?" kata Letitia Radford. "Wah! Bagaimana dengan koleksi Mosby selama Anda tidak ada?"
"Selama itu museum ditutup, Letitia," kata Malz. "Setiap tahun selalu tutup selama dua minggu terakhir bulan Agustus. Anda kan tahu juga! Salah seorang penjaga yang pegawai tetap akan tinggal di kamar yang tidak dipakai di lantai tiga untuk menjaga agar jangan sampai terjadi sesuatu selama aku berlibur."
"Mrs. Chumley pasti akan merasa kehilangan," kata Letitia. "Kapan Anda pergi?"
"Hari Jumat," jawab Malz. "Sebelum itu aku pasti masih kemari."
Setelah itu ia membalikkan tubuh lalu keluar. Jupiter bergegas menuruni tangga teras, lalu menyelinap lewat halaman rumput menuju ke
128
bagian depan rumah. Dari sana diperhatikannya Malz menyeberang jalan dan masuk ke museum.
Tahu-tahu Bob muncul dari balik sudut bangunan itu. Jupiter bisa melihatnya, meski hanya samar-samar. Bob melambai ke arahnya, lalu menghilang lagi di balik bangunan.
Kini Jupe kembali ke teras. Dilihatnya Mrs. Chumley masuk ke ruang duduk utama dengan kursi rodanya. Di pangkuannya ada sebuah kotak besar bekas tempat gaun.
"Letitia," sapanya, "bagaimana kalau kau nanti sudah selesai dengan permainanmu itu, kita menyortir foto-foto ini?"
"Foto-foto apa itu?" tanya Letitia.
"Foto-fotomu," kata Mrs. Chumley. "Sudah lama aku berniat menyortirnya. Kau sering kufoto, sejak kau masih menjadi anggota grup The Bluebirds. Aku punya foto setiap babak kehidupanmu, sampai kau kemudian lebih sering berada di luar negeri."
Mrs. Chumley nampak merenung sejenak, lalu meneruskan,
"Ini bukannya aku tidak senang kau ada di sini Nak," katanya, "tapi mungkin lebih baik bagimu jika kau berada di Eropa sekarang. Kenapa tidak kaususul saja abangmu ke sana? Saat ini ia sedang pesiar naik kapal di Laut Tengah, kan? Itu kan asyik! Lagi pula, dengan begitu kau tidak perlu bingung menghadapi rongrongan orang-orangan itu. Kau pasti akan diurus oleh Chester. ia selalu tahu, apa yang harus dilakukan."
129
"Anda kan juga tahu, Mrs. Chumley, abangku itu selalu tidak bisa tenang jika aku ada di dekatnya," kata Letitia menjawab. "Takkan kubiarkan aku diusir dari rumahku sendiri oleh... oleh monster itu!"
"Tentu saja tidak, Nak," kata Mrs. Chumley. Dibukanya tutup kotak yang masih terletak di pangkuannya, lalu ditelitinya foto-foto di dalamnya.
Jupiter berjingkat-jingkat meninggalkan teras, dan melanjutkan rondanya berkeliling rumah. Perasaannya tidak tenang. Ada sesuatu pada adegan yang berlangsung dalam ruang duduk utama itu yang mengusik kesadarannya. Ada sesuatu yang tidak semestinya. Tapi sebelum sempat memikirkannya, tiba-tiba disadarinya bahwa ada orang berjalan di bawah bayangan pohon-pohon ekaliptus.
Jupiter merasa jantungnya berdebar. Pasti orang-orangan itu yang datang! Malz sudah kembali ke museum, dan seisi rumah Radford ada di ruang duduk utama atau di tempat tinggal pelayan.
Jupiter menyelinap menghampiri pepohonan itu. Ketika ia sudah semakin dekat ke situ, didengarnya bunyi ranting-ranting kering patah dan gemeresik dedaunan yang terserak di tanah, sementara orang yang datang dengan diam-diam itu berjalan menuju bangunan bekas lumbung.
Jupiter buru-buru menyelinap ke tempat gelap di bawah pepohonan ketika yang datang itu
130
muncul di tempat yang lapang. Ternyata dia memang orang-orangan itu. Tanpa sembunyi-sembunyi makhluk itu melangkah menuju lumbung. Sekali saja pun ia tidak menoleh ke belakang. Tapi ketika sampai di depan pintu lumbung, ia berhenti.
Jupiter menduga bahwa itu disebabkan karena pintunya diamankan dengan kunci gembok yang kokoh. Woolley yang melakukannya sebagai tindakan pengaman, setelah bangunan yang dijadikan tempat penelitian itu dimasuki orang-orangan itu, dan setelah ia melihat makhluk seram itu menerjang lari ke bawah bukit sambil mengayun-ayunkan sabit besar.
Terdengar suara makhluk itu menggeram. Dengan cepat Jupiter bergerak mundur, agar jangan sampai terlihat. Tapi kakinya menginjak sesuatu. Benda itu tergulir ke samping. Kaki Jupiter terpelecok, menyebabkan ia jatuh ke samping, menubruk tanaman perdu yang tumbuh di situ.
Orang-orangan itu berpaling dengan cepat. Jupiter melihat makhluk itu lari mengejar ke arahnya. Sambil menutupi muka dengan kedua lengannya, Jupiter buru-buru menjatuhkan diri lagi ke samping. Sambil berteriak dengan suara menakutkan, orang-orangan itu datang menerjang!
131
Bab 14
semut-semut pembunuh

Jupiter menegangkan diri, menunggu pukulan yang diperkirakannya pasti akan menghajarnya. Sepatu orang-orangan itu membentur tanah di sisi kepalanya. Tapi makhluk itu ternyata terus lari menerobos semak belukar, meninggalkan Jupiter terkapar di tanah, ia tidak diapa-apakan!
Jupiter gemetar, ia berlutut, lalu menggapai-gapai alat walkie-talkie yang tadi terlepas dari tangannya. Begitu ditemukan, ditekannya tombol lalu berbicara dengan suara bergetar karena tegang.
"Pete! Bob! ia kemari tadi. Aku melihatnya. Ganti!"
Jupiter melepaskan tombol yang ditekan selama ia masih berbicara Terdengar bunyi berdetik, disusul suara Bob.
"Di mana kau sekarang?"
"Di lereng bukit, di tengah hutan ekaliptus." kata Jupe. "Kurasa orang-orangan itu lari ke atas, menuju rumah besar."
132
Sekali lagi terdengar bunyi berdetik.
"Yang jelas, ia tidak kemari," kata Pete. Suaranya terdengar aneh. "Aku selama ini mengintai seseorang yang mencurigakan, tapi bukan dia orang-orangan itu. Tidak mungkin, karena sampai beberapa saat yang lalu ia masih ada di dalam rumah tua. Kemudian ia harus mengejar truknya yang tahu-tahu meluncur turun. Begitu terkejar, ia langsung pergi dengannya."
"Kau sempat mencatat nomor mobilnya?" tanya Bob.
"Tidak," jawab Pete. "Sorry, tapi aku tak mampu tadi."
"Kau cedera, Pete?" tanya Jupe.
"Tidak, aku tidak apa-apa. Cuma jatuh saja tadi."
"Nah, berjaga-jagalah-siapa tahu orang-orangan itu menuju ke tempatmu. Dan Bob, kauawasi rumah besar, ya?"
"Kau sendiri mau ke mana?" tanya Bob. Terdengar jelas dari suaranya, bahwa ia merasa cemas.
"Aku hendak melacak orang-orangan itu," jawab Jupe.
"Hati-hati, Jupe!" kata Pete.
Sudah jelas Jupiter berhati-hati. ia menyelinap di bawah pohon-pohon ekaliptus, sambil mereka-reka apa yang akan dilakukan olehnya jika dia orang-orangan itu. Ke manakah larinya jika tahu-tahu ada yang memergoki, sehingga harus cepat-cepat bersembunyi?
133
Jupiter memasang telinga Hanya bunyi jengke-rik saja yang terdengar, ia berada di pinggir hutan kecil itu, dan dari situ ia bisa melihat rumah besar yang terletak di sebelah atas bukit Jendela-jendela yang menghadap ke teras nampak terang. Dan di dalam rumah, di belakang jendela-jendela itu, para penghuninya sedang melakukan kesibukan mereka sehari-hari. Mereka bermain backgammon, dan menyortir foto-foto. Tapi di luar, di lereng bukit yang gelap, ada orang-orangan yang, kini menyembunyikan diri.
Ladang jagung berada di belakang Jupiter. Tidak mungkin orang-orangan tadi bersembunyi di sana. ia pasti lari menuju tempat yang lebih terbuka di belakang rumah. Jupiter berjalan ke arah itu, sambil memandang ke kanan dan ke kiri. ia tidak melihat sesuatu yang bergerak di halaman belakang, ia terus berjalan, mengitari kerumunan pohon ek yang tumbuh di sebelah bawah rumah besar. Dari situ ia bisa melihat sebuah rumah kecil berdinding papan yang terletak lebih jauh lagi ke arah bawah, di suatu cekungan, sehingga tidak gampang terlihat. Jupe menduga bahwa pasti itulah pavilyun di mana Woolley bertempat tinggal.
Jupiter tetap berdiri di tempatnya berada saat itu. ia berpikir-pikir. Mungkinkah orang-orangan tadi masuk ke tempat tinggal Woolley? Di sanakah dia sekarang, menunggu sampai Jupe menuju ke arah situ atau mungkin juga lewat? Jika Jupe ternyata lewat, apakah yang akan dilakukan
134
makhluk itu? Menyerang? Atau lari menuruni bukit, menuju Rock Rim Drive? Atau mungkinkah sementara itu ia sudah menemukan tempat bersembunyi di lereng bukit yang penuh dengan semak belukar?
Jupiter maju pelan-pelan, menghampiri rumah kecil itu. Sampai di sana, ia naik ke serambi. Mulanya secara berhati-hati, tapi dengan segera tidak lagi. ia merasa bahwa tidak ada gunanya berhati-hati. Jika orang-orangan itu ada di dalam, ia pasti sudah melihat Jupe datang.
Jupiter mengetuk-ngetuk pintu dengan sikap biasa, seolah-olah menyangka Charles Woolley ada di rumah.
"Dr. Woolley?" serunya. "Ini saya, Jupiter Jones!"
ia mengetuk-ngetuk lagi, lalu dicobanya membuka pintu, ia terkejut, karena pintu itu ternyata bahkan tidak tertutup rapat. Tombol pegangannya langsung bergerak ketika disentuhnya. Jupiter-mendorong, dan pintu itu terbuka.
ia menunggu sebentar, lalu berbicara seolah-olah pada dirinya sendiri ketika tidak dilihatnya ada sesuatu yang bergerak di dalam rumah. "Kutinggalkan saja surat untuk dia," katanya dengan suara agak keras. Tangannya diraba-rabakan ke dinding di sebelah pintu sampai ia menemukan sakelar. Ditekannya sakelar itu, dan beberapa buah lampu menyala.
Jupe melihat bahwa ia berada di ambang pintu ruang duduk yang kecil tapi nyaman. Perabotan di
135
situ bergaya daerah pedesaan. Tempat perapiannya terbuat dari batu. Dapur terletak di sebelah kanan. Wujudnya terbuka, hanya dibatasi oleh semacam bupet.
Tidak mungkin orang bisa bersembunyi di situ, kata Jupiter dalam hati. Karenanya ia lantas menghampiri sebuah pintu yang terdapat di seberang ruangan. Di belakang pintu itu ada semacam serambi dalam yang kecil sekali ukurannya, lalu kamar mandi, dan kamar tidur dengan dua buah ranjang. Tidak ada orang bersembunyi dalam bilik pancuran di kamar mandi, begitu pula di bawah ranjang, atau di dalam lemari dinding, atau di balik pintu. Tidak ada siapa-siapa di rumah itu.
Jupiter berbalik, hendak kembali ke ruang duduk. Tapi sesampai di serambi dalam, ia tertegun, ia teringat pada kata-kata Charles Woolley tentang semut tentara.
"Bayangkan banjir semut yang bergerak dalam barisan yang lebarnya lebih dari satu meter." kata Woolley waktu itu. "Bayangkan mereka bergerak, seperti gelombang, memakan habis segala-galanya yang mereka jumpai! Mereka bahkan menyerbu masuk ke rumah-rumah!"
Saat itu Jupiter tidak perlu membayangkannya lagi, karena di depannya nampak semut bergerak membanjir melewati ambang pintu. Beribu-ribu jumlahnya, merayap dalam barisan yang lebar, melintasi lantai dan menjalar ke perabotan yang ada di ruang duduk. Sebuah kursi sudah tidak
136
kelihatan lagi wujud aslinya, karena terselubung semut yang kelihatannya seperti permadani hidup yang bergerak-gerak.
Sekali lagi terlintas kata-kata Dr. Woolley dalam ingatan Jupiter.
"Mereka juga menyerang dan memakan segala jenis makhluk hidup," kata sarjana itu.
"Ah, omong kosong!" kata Jupiter pada dirinya sendiri. "Mereka ini kan bukan semut pembunuh yang di Afrika!"
Tapi kemudian ia teringat lagi bahwa koloni-koloni semut di daerah perbukitan itu jenis baru. kemungkinannya salah satu jenis lama yang mengalami perubahan. Bahkan Dr. Woolley pun belum banyak mengetahui tentang mereka. Tiba-tiba terbayang dalam benak Jupiter semut-semut itu merayapi tubuhnya sambil menggigiti, memakan dagingnya secubit demi secubit.
Jupiter berpaling dengan cepat lalu lari ke kamar tidur, ia bergegas ke jendela dan mencoba membukanya. Tapi tidak bisa. Macet!
ia menyentakkan sepatunya yang sebelah dan mengacungkannya tinggi-tinggi. Maksudnya hendak memecah kaca jendela. Tapi tidak jadi. Takkan ada gunanya! Saat itu barulah terlihat olehnya bahwa jendela-jendela di rumah itu semuanya diamankan dengan terali besi.
Dengan cepat ia berbalik. Dilihatnya barisan semut itu sudah mulai mengalir masuk ke serambi dalam yang terdapat di luar kamar tidur.
Jupiter terjebak!
137
Bab 15
kebakaran yang disengaja

Semut-semut itu bergerak membanjir seperti cairan kental di serambi dalam.
Jupiter bergegas menekan tombol walkie-talkienya.
"Pete! Bob!" teriaknya. "Ada semut! Berjuta-juta, di pavilyun tempat tinggal Dr. Woolley! Cepat, panggil dia!"
Banjir semut mulai mengalir masuk ke kamar tidur.
"Cepat!" teriak Jupiter lagi. "Aku terjebak di sini!"
"Rojer!" kata Bob lewat alat penghubung mereka.
Jupiter meloncat naik ke ranjang. Disentakkannya seprai sehingga tidak lagi menyentuh lantai, lalu dionggokkannya di tengah-tengah kasur.
"Cepat, Bob! Pete!"
Semut-semut itu kini menyebar, makin lama makin dekat ke ranjang, sementara Jupiter berteriak-teriak ketakutan lewat walkie-talkienya.
138
ia baru diam, ketika terdengar langkah orang berlari-lari di luar.
"Astaga!" Itu suara Charles Woolley, disusul Bob yang memanggil-manggil.
"Jupe! Di mana kau, Jupe? Kau tidak apa-apa?"
"Aku di kamar tidur!" seru Jupe membalas. "Cepatlah!"
ia mendengar suara Mrs. Burroughs berteriak-teriak tentang binatang-binatang menyebalkan, disusul suara suaminya yang menyuruh dia minggir. Sesaat kemudian ada yang menggedor-gedor jendela kamar tidur.
Perhatian Jupe beralih dari semut-semut yang semakin membanjir masuk, ia memandang ke arah jendela. Dilihatnya wajah Pete yang memandang ke arahnya dari balik terali. Tangannya terulur ke dalam, berusaha membuka jendela dengan paksa.
"Macet!" kata Jupe berteriak. "Tadi sudah kucoba!"
Burroughs dan Woolley muncul. Woolley menggenggam batu. Pete dan Bob buru-buru menepi. Woolley melemparkan batunya ke dalam, memecahkan kaca jendela.
"Nih, tangkap!" kata Woolley sambil melemparkan sebuah kaleng ke arah Jupiter. Kaleng itu berisi bahan semprot pembasmi serangga. "Cepat, semprotkan ke semut-semut yang ada di dekatmu, lalu lari ke jendela."
"Di samping jendela ada gerendel," kata Bur-
139
roughs. "Jika kautarik terali akan terlepas dan kau bisa keluar."
Sementara itu semut-semut yang paling depan sudah mulai merayap naik lewat kaki-kaki ranjang. Tapi lantai kamar itu belum sepenuhnya dikerumuni serangga-serangga itu. Jupiter menyemprotkan obat pembasmi serangga sambil mengarahkannya ke bagian lantai yang paling dekat dengan ranjang. Setelah itu ia bergegas turun. Terasa olehnya tubuh semut-semut yang hancur terinjak telapak sepatunya. Jupiter bergidik, tapi ia terus saja menyemprot-nyemprot Menyemprot, melangkah, menyemprot, dan melangkah maju lagi.
Kemudian terasa kakinya menginjak pecahan kaca
"Gerendel?" Matanya jelalatan, mencari-cari sepanjang dinding dekat jendela. "Mana dia, gerendelnya?"
Burroughs menuding ke dalam.
"Tarik peti kecil itu ke depan, nanti kau melihatnya."
Jupiter menarik peti yang dimaksudkan. Peti itu tergeser ke depan, menghancurkan tubuh semut-semut yang berkeliaran di situ.
Jupiter melihat sepotong besi di situ, yang merupakan sambungan terali yang terpasang di luar. Potongan besi yang menembus dinding itu berlubang, dan sebuah baut terpasang di dalam lubang itu untuk mencegah kemungkinan lepasnya terali.
140
Jupiter bergegas menarik baut itu sehingga terlepas. "Berhasil!" serunya.
"Bagus!" kata Woolley. Dibantu Burroughs ditariknya terali sampai terlepas dari ambang jendela.
Jupiter sudah berada di luar sesaat kemudian. Mrs. Burroughs langsung mendekati dengan sikap prihatin, dan memeriksa keadaannya. Sementara itu Charles Woolley berdiri di depan jendela, asyik memperhatikan semut-semut di dalam kamar tidurnya. Tempat tidur di mana Jupiter tadi menyelamatkan diri, kini sudah hampir sepenuhnya diselubungi semut.
Lalu datanglah Letitia Radford berlari-lari dari rumah besar. Jupiter bisa melihat wajahnya yang diterangi sinar lampu-lampu pavilyun yang menyala. Nampak jelas bahwa Letitia dicekam kengerian yang luar biasa, ia membawa kaleng persegi berwarna merah yang ada pegangannya di sebelah atas.
Jupe terkejut, karena langsung tahu apa yang hendak dilakukan Letitia.
"Jangan!" serunya.
"Minggir!" teriak Letitia. "Jangan dekati aku!"
Suaranya menakutkan. Dengan cepat dibukanya tutup kaleng yang dibawa ia bergerak seakan-akan hendak menyiramkan isinya ke arah Jupiter.
"Jangan, Letitia!" kata Woolley dengan nada memohon. "Semut-semutku! Penelitianku! Jangan, Letitia!"
141
Letitia Radford memandang Woolley dengan perasaan muak yang jelas terbayang di wajahnya. Kemudian disiramnya serambi dan dinding depan pavilyun itu dengan cairan yang terdapat dalam kalengnya
Tercium bau bensin.
Letitia Radford melemparkan kalengnya lewat pintu depan ke arah semut-semut yang nampak berkerumun memenuhi ruang duduk rumah yang kecil itu. Setelah itu ia mengeluarkan sesuatu dari kantung baju hangatnya.
Melihat itu Woolley meloncat maju sambil berseru untuk mencegah. Tapi percuma. Letitia Radford sudah menyalakan sebatang korek api dan mencampakkannya ke tempat yang sudah tersiram bensin.
Terdengar bunyi letusan yang tidak nyaring. Tahu-tahu api sudah berkobar, menjilati serambi depan, lalu menjalar masuk ke ruang duduk.
"Nah, tahu rasa mereka sekarang!" teriak Letitia.
ia berpaling, lalu bergegas naik mendaki bukit.
142
Bab 16
kejadian yang aneh

"Aduh, sayang sekali," keluh Pete. "Coba aku sempat mencatat nomor truk itu tadi malam."
Pagi itu ia berada di kantor Trio Detektif bersama kedua temannya. Mereka sedang membicarakan kejadian malam sebelumnya.
"Tukang membersihkan kolam renang," kata Bob. "Rasanya takkan begitu sulit mengetahui siapa dia sebenarnya, setelah kita mengetahui pekerjaannya."
"Mungkin itu juga tidak perlu," kata Jupe. "Pete, katamu kau cuma beberapa detik saja tidak sadarkan diri, dan ketika kau siuman kembali, orang itu kaulihat lari mengejar truknya."
Pete mengangguk.
"Dia berhasil menyusul karena kendaraannya itu terhenti setelah masuk ke parit. Orang itu buru-buru naik, menghidupkan mesin lalu pergi, tanpa peduli bahwa remnya tidak makan lagi."
"Kalau begitu tukang pembersih kolam yang misterius itu tidak mungkin orang-orangan yang
143
kita cari," kata Jupe. "Soalnya, ketika ia sedang mengejar truknya, orang-orangan itu kulihat hendak mencoba masuk ke laboratorium Dr. Woolley."
"Kalau begitu siapakah sebenarnya orang-orangan itu?" kata Pete.
"Bukan Burroughs atau istrinya," kata Jupiter menarik kesimpulan. "Aku melihat mereka di dalam rumah, beberapa saat sebelum aku kemudian melihat orang-orangan itu. Dr. Woolley tidak ketahuan di mana waktu itu, tapi ia ada bersama kita sewaktu kita melihat orang-orangan itu malam sebelumnya. Jadi tinggal Gerhart Malz. Sedang dia. sulit dibayangkan bahwa dialah sebenarnya orang-orangan itu."
Jupiter mencondongkan tubuhnya ke depan. Diletakkannya kedua sikunya ke atas meja.
"Biar sampai kapan kita berbicara, kita takkan bisa sampai pada suatu kesimpulan yang pasti," katanya. "Masih terlalu sedikit yang kita ketahui. Sebaiknya kita coba saja cara pelacakan yang lain. Korban rongrongan orang-orangan itu Letitia Radford. Mestinya sekarang ia sudah pulih dari keadaan histerisnya tadi malam. Kurasa ada baiknya kalau kita tanyai dia tentang orang-orang yang mungkin mempunyai alasan untuk merongrong dia."
"Nanti dia histeris lagi," kata Pete.
Bob mengangguk.
"Menurut perasaannya sendiri, dia itu orang yang ramah dan disukai orang. Mampukah ia
144
menghadapi kenyataan bahwa mungkin ada orang yang tidak suka padanya?"
"Yah, mau tidak mau, sekarang ia tahu bahwa setidak-tidaknya ada satu orang yang tidak suka-yaitu orang-orangan itu!" kata Jupe. "Kurasa kita perlu bicara dengan dia. Sebaiknya kita pergi saja sekarang, mumpung Bibi Mathilda sedang berbelanja ke kota."
"Itu ide yang bagus," kata Pete. "Kalau Bibi Mathilda sampai melihat kita, pasti ia akan menyuruh kita bekerja!"
Beberapa menit kemudian ketiga remaja itu sudah berangkat naik sepeda. Letitia Radford yang membukakan pintu ketika mereka membunyikan bel di rumahnya. Seperti biasa, dandanannya rapi. Tapi wajahnya sangat pucat, dan matanya cekung.
"Bisakah kami bicara sebentar dengan Anda. Miss Radford?" tanya Jupiter.
"Boleh saja, jika memang harus. Aku capek sekali. Kepala barisan pemadam kebakaran kemarin sampai larut malam ada di sini. ia sangat marah padaku." Wanita itu mengernyitkan muka. "Menurut dia, ada cara-cara lain yang lebih baik untuk menyingkirkan semut, daripada membakar rumah."
Jupe tidak mengatakan apa-apa. ia hanya mengangguk. Dalam hati, ia sependapat dengan kepala pemadam kebakaran.
"Di samping itu, kemudian aku juga tidak bisa tidur semalam. Mrs. Chumley merasa tidak enak
145
badan, dan kadang-kadang bahkan kesakitan. Dalam keadaan seperti begitu ia takut sendirian di dalam kamar. Karenanya aku menemaninya. Aku bahkan masih ada di kamarnya ketika kalian membunyikan bel."
"Bagaimana kalau saya menggantikan Anda menemaninya sebentar?" kata Bob. "Anda kan perlu istirahat juga."
Letitia Radford tersenyum lesu.
"Baiklah, jika kau sendiri yang mau. ia ada di ruang duduknya. Tapi sebelum masuk, ketuk pintu dulu."
Bob menuju ke bagian belakang rumah yang merupakan tempat tinggal Mrs. Chumley, sementara Letitia mengajak Jupe dan Pete masuk ke ruang duduk utama. Sesampai di situ ia duduk di sofa, sementara kedua tamunya yang remaja dipersilakannya mengambil tempat di kursi.
"Kami ingin bicara sedikit dengan Anda tentang orang-orang yang Anda kenal," kata Jupe membuka pembicaraan. "Barangkali Anda tahu kalau-kalau ada di antara mereka yang menyimpan dendam terhadap Anda?"
"Dendam terhadap aku?"
Jupiter mengangguk
"Bagaimana dengan Gerhart Malz?" katanya. Dia itu kan bisa dibilang sudah termasuk orang rumah ini," jawab Letitia. "Di samping itu, seluruh perhatiannya terarah pada lukisan-lukisannya saja."
"Mungkin seseorang yang bekerja di sini."
146
"Kan bukan Burroughs maksudmu!" kata Letitia kaget.
"Bukan, bukan dia! Kami bisa dibilang merasa pasti bahwa bukan Burroughs orang-orangan itu. Tapi bagaimana dengan yang lain-lainnya? Misalnya saja salah seorang tukang kebun? Saya dengar, mereka itu datang dua kali seminggu. Dan bagaimana dengan pekerja yang membersihkan kolam renang? Bukankah ia biasa datang kemari secara teratur?"
"Dua kali seminggu," kata Letitia. "Tapi apa alasan dia untuk tidak suka padaku? Aku tidak mengenalnya. Dia itu mahasiswa yang belajar di UCLA, kalau tidak salah. Salah seorang dari mereka yang suka berkeliaran tanpa memakai baju, biar kulitnya bisa coklat kena sinar matahari."
"Orangnya masih muda?" tanya Jupiter dengan nada kaget.
"Tentu saja masih muda. Tadi kan kukatakan, dia itu mahasiswa."
Kening Jupiter berkerut, ia menarik-narik bibir bawahnya.
"Percuma saja," kata Letitia. "Dan juga takkan ada gunanya lagi, karena sebentar lagi aku akan kembali ke Eropa. Orang-orangan itu... dia datang lagi tadi malam."
Jupe dan Pete memandang ke arahnya dengan sikap bertanya.
"Sekitar tengah malam," kata Letitia menyambung. "Saat itu aku sedang di kamar Mrs.
147
Chumley. Lampu-lampu tidak dinyalakan. Aku melihatnya di jalan masuk, ia mendorong gerobak sorong, menuju ke garasi."
"Gerobak sorong?" kata Jupiter mengulangi. "Kosong, atau ada isinya?"
"Kelihatannya ada sesuatu yang teronggok di dalamnya," kata Letitia. "Tapi di luar terlalu gelap, sehingga aku tidak bisa melihatnya dengan jelas. Tanah, barangkali."
"Lalu Anda tidak memanggil siapa-siapa?" tanya Jupiter.
"Tidak. Aku sudah bosan memanggil-manggil." Mada suaranya getir. "Kalau aku memang menjadi gila, mulai sekarang itu akan terjadi tanpa ada ribut-ribut. Itu ternyata tidak ada gunanya."
Jupiter dan Pete diam saja.
"Dan aku tidak tahu, siapa yang mungkin menaruh dendam terhadapku," kata Letitia lagi. "Kalau ada, maka penyebabnya pasti sudah lama sekali. Aku sudah sejak bertahun-tahun jarang ada di Los Angeles."
Mrs. Burroughs muncul di ambang pintu antara ruang duduk utama dan kamar makan.
"Maaf. Miss." katanya. "Burroughs hendak pergi berbelanja ke Rocky Beach. Anda perlu sesuatu, barangkali?"
"Minta tolong belikan aspirin lagi, Mrs. Burroughs." kata Letitia.
"Baik, Miss."
Mrs. Burroughs pergi lagi. Kalian masih akan agak lama di sini?" tanya
148
Letitia sambil berdiri dari sofa. "Aku merasa lebih aman jika ada kalian yang menemani."
"Boleh saja," kata Jupe. "Ngomong-ngomong, mana Dr. Woolley?"
"Setelah pavilyunnya habis kubakar, ia pindah ke lumbung," kata Letitia. "Kurasa ia ada di sana sekarang, beristirahat. Kurasa sebaiknya aku juga beristirahat sebentar."
Letitia melangkah ke luar, tapi kemudian tertegun.
"Sebaiknya kuajak saja Mrs. Burroughs untuk menemani," katanya. "Aku tidak berani sendiri di atas."
"Ya, ajaklah dia," kata Jupe.
Letitia pergi ke dapur. Sesaat kemudian Pete dan Jupe mendengar Mrs. Burroughs mengatakan sesuatu dengan suaranya yang lantang dan ramah. Kemudian terdengar langkah wanita itu mengikuti Letitia naik tangga menuju tingkat atas. Jupiter menghampiri salah satu jendela di sebelah depan dengan langkah santai. Dilihatnya sebuah mobil Buick besar berwarna hitam meluncur pergi, menuruni Chaparral Canyon.
"Burroughs sudah berangkat," kata Jupe, "dan mobil yang dipakai kelihatannya sarat. Padahal ia kan pergi seorang diri!"
Saat itu Bob muncul dari serambi dalam.
"Mrs. Chumley sudah tidur sekarang," katanya, "ia tadi minum pil. untuk menghilangkan rasa sakit."
ia diam sebentar, lalu berkata lagi,
149
"Aneh-tapi sebelumnya tadi ia meminta aku membawanya ke kamar tidur dan membantunya naik ke ranjang, ia bercerita tentang lukisan Vermeer yang asli, yang ada di lantai atas museum, ia juga berbicara tentang kandil yang ada di serambi tangga di sana. Diceritakannya bahwa prisma-prisma yang terpasang pada kandil itu bergetar setiap kali jam besar di tangga berdentang."
Pete melongo.
"Dia bercerita begitu?" katanya. "Tapi-dia kan tidak bisa naik tangga? Bagaimana ia bisa mengetahuinya?"
"Pasti diceritakan oleh Gerhart Malz," kata Jupe dengan sikap acuh tak acuh. "Orang itu kelihatannya suka sekali melihat kandil itu." Jupe berhenti sebentar. Matanya berkilat-kilat "Nah, sekarang Mrs. Chumley sudah tidur. Letitia ada di atas bersama Mrs. Burroughs, sedang Burroughs pergi ke kota. Sekarang aman, Teman-teman! Kita bisa melakukan hal yang seharusnya sudah lama kita lakukan."
"Apa maksudmu?" tanya Pete.
"Kita periksa rumah ini!" kata Jupiter.
150
Bab 17 terkurung!

Ketiga penyelidik remaja itu melakukan pemeriksaan dengan berhati-hati. Mereka tidak ingin menimbulkan kecurigaan Letitia Radford dan Mrs. Burroughs yang ada di atas, serta Mrs. Chumley yang tidur di kamarnya. Sambil menyelinap mereka membuka lemari-lemari, memeriksa laci-laci.
Di dapur dan di gudang mereka tidak menemukan apa-apa yang bisa dijadikan petunjuk tentang identitas orang-orangan misterius itu. Di kamar duduk pelayan yang terletak di sebelah dapur juga tidak ada apa-apa yang mencurigakan, begitu pula halnya dengan kedua kamar tidur di bagian tempat tinggal pelayan. Di salah satu tempat tidur itu mereka menemukan pakaian seragam pelayan yang digantungkan dalam lemari bersama beberapa potong gaun, sebuah jas model santai serta beberapa lembar celana panjang. Tapi tidak ada karung goni dan topi hitam di situ.
"Tapi kita kan tahu. Burroughs sudah pasti
151
bukan orang-orangan itu?" kata Bob memprotes. "Jadi untuk apa kita mencari-cari di sini?"
"Kita ceroboh jika tidak melakukannya," kata Jupiter. "Selama ini kita takut sekali menyebabkan Letitia Radford histeris lagi, sehingga kita tidak bertindak dengan benar-benar cermat. Tapi sudahlah, sudah kukira kita takkan menemukan sesuatu yang berarti di sini. Sekarang kita ke ruang kolong rumah."
Ruang kolong rumah besar itu terbagi dalam sejumlah bilik, yaitu sebuah bilik tempat penyimpanan minuman anggur, sebuah ruang ketel pemanas, beberapa ruangan gudang, dan sebuah bilik tempat bekerja. Kemudian Jupiter menuju ke sudut rumah yang letaknya tepat di bawah kamar tidur Mrs. Chumley. Sewaktu ronda malam sebe-lumnya, Jupiter melihat bahwa di situ ada pintu yang menuju ke halaman rumput Di tempat itu tanah di luar hampir sama tingginya dengan lantai kolong.
"Kalian lihat itu?" kata Jupiter berbisik pada Pete dan Bob yang mengikutinya, ia menunjuk ke lantai yang berlapis semen. Nampak jejak ban di situ. "Orang-orangan itu mendorong gerobak sorong keluar dari sini. Gerobak sorong dengan ban karet dan mengangkut tanah. Kalian lihat tanah yang tercecer itu?"
"Tapi tanah dari mana?" kata Bob dengan heran.
Anak-anak mengikuti jejak ban itu, masuk kembali ke kolong. Dengan mengikuti ceceran
152
tanah di lantai mereka masuk ke suatu lorong sempit antara sebuah ruang gudang yang tidak dipakai dan sebuah kamar berpintu kokoh. Pintu itu tidak terkunci. Pete menyalakan lampu kamar itu. Anak-anak melihat pipa-pipa terselubung debu menjulur di langit-langit.
"Rupanya ini dulu tempat menyimpan daging," kata Pete. "Seperti yang di Pasar Rocky Beach, cuma tidak sebesar itu."
"Kehidupan di rumah ini pasti hebat, ketika masih didiami oleh keluarga Radford," kata Bob. "Bayangkan, bahkan tempat khusus untuk menyimpan daging saja ada!"
Jupe mengangguk asal-asalan saja. Tidak diperhatikannya benar komentar Bob itu. Air mukanya kelihatan puas. Nampaknya seperti ia menemukan hal yang sudah diperkirakannya akan ditemukan, ia menunjuk ke ujung lorong.
"Lihat! Dari situ datangnya tanah yang diangkut ke luar!"
Pete dan Bob memandang dengan heran ke arah yang ditunjuk. Mestinya di situ ada dinding semen, karena merupakan dinding luar kolong. Tapi yang nampak sebuah lubang besar dan gelap.
"Terowongan!" kata Pete. Jupiter mengeluarkan sebuah senter dari kantungnya.
"Aku menemukannya dalam sebuah laci di dapur," katanya. "Kubawa saja, karena siapa tahu perlu."
153
Dinyalakannya senter itu, lalu diarahkan cahayanya ke dalam lubang yang menganga.
"Wow!" kata Bob kagum. "Ini bukan main-main! Lihatlah, balok-balok yang menopang langit-langitnya!"
"Seperti terowongan tambang." kata Pete. "Jadi ini rupanya yang dikerjakan orang-orangan itu. Tapi... tapi..."
ia tertegun, kelihatan bingung.
"Tapi aneh kan, orang-orangan itu masuk ke rumah orang untuk menggali terowongan," kata Jupiter. "ia pasti ketahuan."
Kalau begitu, mestinya orang-orangan itu salah satu penghuni rumah ini sendiri," kata Pete menarik kesimpulan. "Atau ada orang sini yang bersekongkol dengan orang-orangan itu. Burroughs dan istrinya!"
"Itu rasanya kesimpulan yang masuk akal," kata Jupe. "Dan bisa kita tebak, ke mana tujuan terowongan ini!"
Bob mengamat-amati dinding yang berlubang. Letaknya pada sisi yang menghadap ke jalan.
"Terowongan ini menembus di bawah jalan, menuju Museum Mosby," katanya dengan suara hampir berbisik. "Ada yang hendak masuk ke sana dengan sembunyi-sembunyi!"
"Bagaimana jika kita periksa saja benar tidaknya." kata Jupe mengusulkan, lalu langsung masuk ke dalam terowongan, ia berjalan merunduk-runduk, sambil menyorotkan senter ke kanan dan ke kiri.
154
Pete dan Bob mengikutinya. Ketiga remaja itu berjalan tanpa bicara. Bunyi langkah mereka teredam tanah dasar terowongan. Udara di dalamnya makin lama makin pengap. Setelah rasanya berjam-jam berjalan terunduk-runduk, akhirnya Jupiter berhenti. Jalannya terhadang dinding semen. Disentuhnya dinding itu. Masih utuh.
"Ini pasti dinding ruang kolong museum." katanya berbisik. "Ini satu-satunya bagian dari Museum Mosby yang tidak ada penjagaannya. Tempat-tempat selebihnya, semua dilengkapi dengan alat pengaman."
Bob dan Pete mengangguk. Jupe menyodorkan senter pada Bob, yang segera berbalik dan berjalan mendului kembali ke rumah keluarga Radford.
"Luar biasa!" kata Pete, ketika mereka sudah kembali berada di ruang kolong rumah besar. "Menggali terowongan sepanjang itu, pasti memerlukan waktu berbulan-bulan!"
"Sekarang kita tahu alasannya, kenapa orang-orangan itu merongrong Letitia," kata Jupe. "ia hendak membuatnya begitu ketakutan, lalu cepat-cepat pergi dari sini. Orang-orangan itu khawatir Letitia kapan-kapan akan turun kemari dan dengan begitu melihat terowongan ini. Atau Letitia secara kebetulan malam-malam memandang ke luar, dan melihatnya mengangkut tanah"
Bob memadamkan senter, dan anak-anak kembali menyusur lorong sempit menuju ke tangga.
155
Sekarang aku baru mengerti, apa sebabnya mobil yang dipakai Burroughs tadi kelihatan begitu sarat," kata Jupe. "ia mengangkut tanah dari terowongan, untuk dibuang di salah satu tempat"
Ketika lewat di depan kamar bekas tempat penyimpanan daging, Pete tertegun lalu mengendus-endus.
"Bau barang terbakar!" katanya. Diraihnya sakelar yang terdapat di samping sebelah dalam pintu kamar itu, lalu dinyalakannya lampu di situ.
Ruangan yang tidak dipakai lagi itu penuh asap. Di salah satu sudutnya nampak setumpuk kain bekas, serta beberapa kaleng bekas tempat cat yang terbuka tutupnya.
"Astaga! Ada yang meninggalkan kain-kain bekas lap cat di sini!" katanya. "Karena uap minyak cat yang semakin menjenuhi ruangan, akhirnya kain-kain ini mulai terbakar dengan sendirinya!"
Ditendang-tendangnya tumpukan kain bekas itu supaya terserak. Ternyata beberapa potong di antaranya memang sudah mulai terbakar.
"Awas!" seru Bob. ia meloncat dengan sigap untuk memadamkan nyala api yang mulai berkobar di sana-sini, dibantu oleh Jupiter.
Tiba-tiba dari arah lorong terdengar bunyi tertawa pelan tapi menyeramkan.
Anak-anak berpaling dengan cepat.
Orang-orangan itu berdiri di ambang pintu, memandang ke arah mereka. Gambar mulutnya
156
yang menyeringai nampak menyeramkan dite rangi sinar lampu. Sesaat makhluk itu diam saja Tapi kemudian ditariknya pintu yang berat sehingga tertutup.
"Jangan! Tunggu!" Pete meloncat ke pintu lalu menarik pegangannya.
Pintu itu sedikit pun tidak bergerak.
"Tunggu! Jangan pergi! Buka pintu ini!" teriak Pete lagi dengan panik.
"Percuma saja kau berteriak-teriak," kata Jupe. "ia takkan mau membuka pintu. Sekarang pasti tidak. Bahkan mungkin untuk selama-lamanya!"
157
Bab 18 perampokan

Bob memeriksa gerendel yang terdapat di sisi sebelah dalam pintu.
"Dasar nasib kita sedang sial!" katanya. "Patah!"
"Kurasa itu bukan soal nasib," kata Jupiter. "Kurasa tadi orang-orangan itu melihat kita memasuki terowongan, lalu menarik kesimpulan bahwa kita bisa berbahaya karena sudah banyak rahasianya yang berhasil kita ketahui. Lalu dipatah-kannya gerendel itu. Kemudian kita dipancingnya masuk kemari, dengan jalan membakar kain-kain bekas itu."
"Begitu gampang kita diakali." kata Pete. "Tapi aku tadi tidak sempat berpikir, karena takut terjadi kebakaran."
"Reaksimu itu sudah diperkirakan olehnya," kata Jupe. "ia sengaja memilih ruangan yang kokoh ini. Biar seperti apa pun kita berteriak-teriak dan menggedor-gedor di sini, takkan ada yang bisa mendengar."
"Juga apabila kita memukul-mukul pipa yang
158
terpasang di langit-langit itu?" kata Pete. "Bukankah bunyinya akan diteruskan ke luar?" Jupe mengangguk.
"Memang, tapi pipa-pipa ini tidak dihubungkan dengan bagian-bagian lain dari rumah ini, melainkan menyambung ke suatu mesin pendingin yang mestinya ditempatkan di luar rumah. Takkan ada yang bisa mendengar kita menggedor-gedor, kecuali jika orang itu berada di dekat-dekat sini."
Pete terhenyak ke lantai. Jadi kita akan ditinggalkan begitu saja di sini?" katanya ketakutan.
"Lama-lama pasti akan ada orang datang mencari kita," kata Jupiter dengan nada yakin. "Sepeda-sepeda kan kita tinggalkan tadi di depan, dekat mobil Letitia. ia pasti akan melihatnya."
"Tapi beranikah ia turun kemari?" kata Bob sangsi. "Ke kolong rumah yang banyak labah-labahnya?"
Jupiter termangu sebentar.
"Kurasa tidak," katanya kemudian dengan lesu. "Lagi pula, nanti jika ia melihat sepeda-sepeda itu, kemungkinannya ia akan menyangka bahwa kita di tempat Dr. Woolley. Sedang apabila Burroughs atau istrinya yang melihat-yah, sudah pasti mereka takkan berbuat apa-apa."
Setelah itu mereka sama-sama membungkam. Pikiran mereka serasa buntu.
"Tapi Bibi Mathilda pasti bisa menduga di mana kita berada," kata Jupiter sesudah beberapa saat. "Pasti akan disuruhnya Hans atau Konrad mencari
159
kita. Atau diteleponnya Chief Reynolds, yang pasti akan langsung menebak bahwa kita ada di rumah ini. Tapi itu pasti masih akan lama."
Jupiter tidak perlu melanjutkan kalimatnya, karena kedua temannya juga berpikiran serupa. Akan berapa lamakah cukup banyak udara untuk bernapas dalam ruangan tertutup rapat itu?
Waktu berjalan seperti merayap, jam demi jam. Jupiter mulai merasa lapar. Sudah waktu makan malamkah saat itu? Atau mungkin ia merasa lapar, karena tadi tidak makan siang?
Tiba-tiba ruangan itu terasa bergetar.
"Apa itu?" tanya Pete ketakutan sambil meluruskan duduknya.
"Mungkin gempa kecil," kata Bob.
"Hebat," gumam Pete sambil bersandar lagi ke dinding. "Seperti terkurung dalam ruangan tanpa udara segar saja belum cukup gawat, sekarang ada pula kemungkinan kita tertimbun hidup-hidup di sini!"
Waktu berlalu lagi dengan lamban. Rasanya sudah berjam-jam mereka di situ, tanpa bisa berbuat apa-apa.
Ketika mereka mulai cemas karena rasanya napas mulai sesak, tiba-tiba Jupiter memasang telinga.
"Bunyi apa itu?" bisiknya.
Kedua temannya ikut memperhatikan.
"Ada yang menggedor-gedor sesuatu," kata Pete menarik kesimpulan, ia berdiri, lalu menghampiri pintu.
160
"He!" teriaknya keras-keras. "Kami di sini!" Digedor-gedornya pintu dengan tangan yang dikepalkan.
Jupiter melepaskan sepatunya, lalu ikut menggedor-gedor pintu dengannya. Mereka bertiga berteriak-teriak.
Akhirnya pintu kokoh itu terbuka. Seorang pria jangkung berambut lebat yang sudah putih muncul di ambangnya. Kulitnya coklat terbakar sinar matahari, sedang mukanya penuh kerut. Letitia juga ada di situ, berpegang erat pada lengan laki-laki tua itu.
"Syukurlah, kalian selamat," kata laki-laki itu. "Sudah kukira kalian pasti ada di sekitar sini. Aku tadi melihat kalian datang, tapi setelah itu lenyap!"
Jupiter melangkah ke luar.
"Untung ada orang misterius yang mengamat-amati rumah ini," katanya sambil nyengir.
"Orang misterius?" kata Letitia Radford. "Maksudmu, dia ini? Aku kenal dia! Ben Agnier ini dulu tukang yang selalu membersihkan kolam renang kami. Ada apa sih sebenarnya, di sini? Mana Burroughs dan istrinya? Ketika aku bangun tadi, tahu-tahu mereka sudah tidak ada lagi-begitu pula kalian bertiga!"
"Jika mereka berdua tidak ada lagi, maka itu berarti urusan mereka sudah selesai," kata Jupiter sambil mengangguk ke arah terowongan di ujung lorong.
"Jadi itu rupanya yang mereka lakukan selama
161
ini!" kata Ben Agnier sambil memandang ke arah lubang itu. "Membuat terowongan!"
"Ya, menuju ke Museum Mosby," kata Jupiter.
ia menyalakan senter lalu masuk ke dalam terowongan itu, diikuti oleh yang lain-lainnya, termasuk Ben Agnier.
"Tunggu!" seru -Letitia Radford. "Jangan tinggalkan aku!"
"Ayo cepat!" balas Agnier.
Letitia bergegas menyusul di belakang Bob, yang masuk paling akhir.
Selama berjalan sampai ujung terowongan, tidak satu pun dari mereka membuka mulut, meski sebenarnya tidak ada alasan untuk berhati-hati. Sesampai di ujung, nampak sebuah lubang besar di tengah dinding beton yang tadinya masih menghalangi. Tercium bau yang tajam.
"Dinamit, kalau menurut baunya," kata Agnier dengan wajah serius.
"Sekarang aku mengerti!" kata Jupiter. "Kami merasakan getarannya tadi. Ledakan itu mestinya terjadi setelah pukul lima, sesudah para penjaga pulang semua."
Agnier masuk ke ruang kolong museum lewat lubang itu. Diterangi senter yang dipegang oleh Jupiter, dengan cepat sudah ditemukannya sakelar lampu di situ. Semua yang masuk memandang berkeliling sebentar. Mereka melihat peti-peti kemas, sebuah ruangan tempat ketel pemanas ruangan, serta sebuah ruangan lagi yang di dalamnya ada alat rumit untuk mengatur agar
162
suhu di dalam rumah itu tidak berubah-ubah. Setelah itu semua dengan didului oleh Agnier naik ke atas. Letitia Radford menyusul dekat sekali di belakang mereka, ia tidak berani tertinggal terlalu jauh.
"Mr. Malz!" seru Jupiter memanggil, ketika mereka sudah sampai di serambi dalam sebelah depan.
Tidak ada yang menjawab.
"Mungkin ia tidak ada di sini," kata Pete.
Mereka memasuki kamar demi kamar di lantai dasar. Semuanya kelihatan seperti biasa di situ, tidak ada yang berubah. Berulang kali nama Gerhart Malz dipanggil-panggil. Tapi tetap tidak dijawab. Rumah itu sunyi senyap.
Masih adakah Gerhart Malz di museum itu? Jangan-jangan ia dikurung di salah satu tempat seperti anak-anak tadi! Jupiter bergidik karena merasa seram, mengingat pengalamannya.
"Mr. Malz!" seru Jupiter sambil mendaki tangga putar yang menuju ke tingkat atas.
Lukisan-lukisan di lantai dua sudah tidak ada lagi. Lukisan Vermeer, Rembrandt, Van Dyck, dan juga Rubens. Semuanya diambil dari tempat pajangan semula!
Letitia Radford menatap dinding-dinding telanjang dengan pandangan nanar.
"Segenap koleksi Mosby," katanya. "Burroughs dan istrinya? Mereka yang menggali terowongan itu? Jadi... jadi ternyata Burroughs-lah orang-orangan itu?"
163
Saat itu terdengar bunyi gedoran berulang-ulang. Datangnya dari atas.
Jupiter lari dengan cepat mendaki tangga ke lantai tiga yang merupakan tempat kerja dan juga tempat tinggal Gerhart Malz. Bunyi gedoran semakin jelas terdengar. Jupiter lari ke arah bunyi itu, diikuti dari dekat oleh Bob dan Pete. Mereka mendatangi sebuah lemari dinding yang terdapat di kamar tidur yang tidak luas di sisi kiri tangga, lalu membuka pintunya.
Gerhart Malz meringkuk dalam lemari itu dalam keadaan terikat dan mulut tersumbat.
164
Bab 19
penjelasan Ben agnier

"Coba tolonglah, salah seorang dari kalian menceritakan apa sebetulnya yang terjadi di sini!"
Mrs. Chumley duduk lurus-lurus di kursi rodanya, sambil mencengkeram selimut wol yang membungkus lututnya, ia kelihatan gelisah, tapi di matanya terbayang perasaan ingin tahu.
"Saya selama ini mengkhawatirkan keselamatan Anda, Mrs. Chumley," kata Ben Agnier. ia duduk di kursi besar dalam kamar Mrs. Chumley. Gerhart Malz juga ada di situ, begitu pula Letitia Radford dan Jupiter beserta kedua temannya. Mereka semua bisa mendengar polisi yang sibuk di ruang kolong di bawah, membuat foto, mengumpulkan barang-barang bukti. Sejumlah petugas kepolisian lainnya sibuk di seberang jalan, di Museum Mosby.
"Apa sebenarnya yang terjadi dengan Burroughs?" tanya Mrs. Chumley. "Dan istrinya, Mrs. Burroughs? Letitia, sekarang sudah waktunya makan malam, tapi kita bahkan belum minum teh!"
165
"Akan kumasakkan air," kata Letitia. Tapi ia tidak beranjak dari kursinya di dekat Ben Agnier. ia menatap orang itu dengan rasa ingin tahu bercampur kagum.
"Jadi Anda selama ini mengamat-amati rumah ini?" katanya. "Hebat sekali Anda!"
Air muka Agnier langsung merah mendengar pujian itu.
"Saya cuma cemas memikirkan keselamatan Mrs. Chumley," katanya agak kikuk.
"Terima kasih atas perhatianmu, Ben," kata Mrs. Chumley. "Tapi apa sebabnya kau merasa cemas?"
"Yah, saya tidak suka pada Burroughs itu," kata Ben Agnier. "Segala-galanya berubah, sejak ia ada di sini."
"Memang," kata Mrs. Chumley mengakui. "Tapi kusangka menjadi lebih baik. Senang rasanya, ada lagi pelayan-pelayan yang cakap di sini. Sungguh, Letitia-sejak ibumu meninggal, ada barangkali enam atau tujuh pasangan suami istri berturut-turut bekerja di sini, tapi tidak satu pun yang memuaskan. Sampai Burroughs dan istrinya datang!"
"Pasangan yang Anda puji-puji itu ternyata pencuri!" tukas Mr. Malz, lalu diceritakannya apa yang terjadi di museum, termasuk penggalian terowongan ke sana.
"Maksud Anda, mereka menggali itu sepanjang waktu mereka ada di sini?!" seru Mrs. Chumley. "Tidak bisa kubayangkan, kapan mereka bisa
166
mengerjakannya. Sungguh, tidak bisa kubayangkan!"
"Barangkali malam-malam, Mrs. Chumley, saat Anda sudah tidur." kata Jupiter.
"Tapi kalau begitu, kapan mereka sendiri tidur?" tanya Mrs. Chumley.
"Tidak selalu mereka melakukannya malam-malam," kata Agnier menyela. "Kadang-kadang juga siang hari. Itu sebabnya saya dipecat."
"Aku tidak mengerti," kata Mrs. Chumley. "Menurut Burroughs, Anda sendiri yang minta berhenti!"
"Burroughs yang memecat saya," kata Agnier sekali lagi. "Pada suatu pagi saya melihatnya keluar dari bawah rumah, mengenakan pakaian tukang, ia mendorong gerobak sorong yang berisi tanah. Kan tidak biasanya ada pelayan yang bertugas di dalam rumah, mendorong gerobak berisi tanah. Karenanya saya tanyakan ada apa, lalu ia menjawab bahwa dinding kolong di satu tempat ambruk. Saya tidak percaya. Saya kan pernah masuk ke bawah, dan tidak ada bagian dinding di situ yang nampak rapuh. Itu saya katakan padanya. Burroughs marah, lalu saya dipecat olehnya!"
Ben Agnier nampak marah mengingat kejadian itu. Setelah diam sebentar, ia meneruskan, "Saya tidak menerima, dipecat olehnya. Kalau Anda yang memecat, itu lain perkara! Karenanya saya lantas pergi ke depan, dan membunyikan bel. Maksud saya ingin bicara dengan Anda. Tapi yang
167
membukakan pintu Mrs. Burroughs. Katanya Anda sedang tidur, jadi tidak bisa diganggu. Lalu setiap kali saya ingin berjumpa dengan Anda sesudah itu. selalu saja dihalang-halangi oleh Mrs. Burroughs. Kalau saya mencoba menelepon, yang menerima pasti Burroughs. Saya juga menulis surat beberapa kali. Tapi Anda pasti tidak pernah menerimanya."
Mrs. Chumley menggeleng.
"Ternyata selama ini aku boleh dibilang ditawan kedua penjahat itu!" serunya. "Untung tidak sampai dibunuh!"
"Saya rasa itu takkan mereka lakukan," kata Ben Agnier. "Tapi walau begitu saya cemas juga! Karenanya saya lantas mengintai rumah ini, dari rumah tua yang di Rock Rim Drive. Saban hari saya ke sana dan mengintai ke arah sini. sampai saya melihat Anda muncul di teras. Selama Anda nampaknya sehat-sehat saja, saya merasa tenteram. Kemudian datang laki-laki botak itu lalu membuka ladang jagung. Sekitar waktu itu juga Jason Creel yang sudah lebih dari dua puluh tahun merawat pekarangan di sini dipecat!"
"Aku yang memecatnya," kata Mrs. Chumley. "Sebenarnya kasihan! ia sudah tua, tapi mungkin karena itu pekerjaannya menjadi ceroboh. Lagi pula, ia sebenarnya kan tidak perlu bekerja."
"Memang," kata Agnier. "ia masih tetap bekerja di sini karena kesetiaannya pada keluarga Radford- Tapi ia juga tidak suka pada Burroughs." Lalu kemudian Miss Letitia pulang," kata Ben
168
Agnier menyambung ceritanya. "Setiap hari saya melihatnya duduk-duduk di teras Kemudian saya teringat, Anda dan Miss Letitia sebetulnya hidup terpencil di sini, Mrs. Chumley. Tidak pernah ada yang datang kemari-kecuali Anda, Mr. Malz, dan orang yang menanam jagung di ladang itu."
"Ada yang menyebut-nyebut aku?" Tahu-tahu Charles Woolley sudah berdiri di ambang pintu. "Polisi tadi datang ke tempatku. Kukatakan pada mereka di mana aku tadi sepanjang hari. Lalu mereka mengatakan aku boleh kemari dan menunggu bersama kalian Kurasa itu cuma alasan mereka saja. Sebenarnya mereka hendak menyingkirkan aku, karena dianggap nanti malah mengganggu pemeriksaan." ia mengangguk ke arah Ben Agnier. "Silakan terus."
"Saya sudah hampir selesai," kata Agnier.
"Anda tadi mengatakan merasa cemas," ujar Letitia Radford padanya. "Kenapa tidak Anda datangi saja kami ketika Anda melihat kami ada di teras?"
Rasanya tidak enak jawab Agnier Saya pernah sekali sudah mau datang, dan hampir tepergok anak-anak ini." ia mengatakannya sambil mengangguk ke arah Trio Detektif. "Aku kaget sekali ketika kalian mengejarku."
"Tapi bagaimana dengan orang-orangan itu?" tanya Letitia. "Bagaimana reaksi Anda ketika melihatnya?"
"Satu-satunya orang-orangan yang pernah kulihat adalah yang bertengger di atas pagar itu,"
169
jawab Agnier. "Tapi terus terang saja, aku merasa lega ketika kalian bertiga kemudian muncul di sini," sambungnya sambil memandang Jupiter. "Dengan begitu ada orang lain menemani Miss Radford dan Mrs. Chumley. Tapi kecemasanku timbul ketika kalian datang tadi lalu tidak muncul-muncul lagi. Ketika kemudian Burroughs mengambil sepeda-sepeda kalian dan menaruhnya di dalam garasi, saat itu barulah kusadari bahwa aku sehari ini belum melihat Miss Letitia muncul di teras, dan begitu pula Mrs. Chumley. Aku terus mengamati. Kemudian kulihat Burroughs pergi, lalu kembali lagi dengan mobil karavan. Aku merasa heran, karena untuk apa seorang pelayan datang membawa karavan. Karena itu kulanjutkan pengamatan. Beberapa jam kemudian Burroughs beserta istrinya pergi naik karavan itu, setelah memuat bermacam-macam barang ke dalamnya. Aku tidak bisa melihat dengan jelas apa saja yang mereka bawa, tapi yang jelas karavan itu penuh dengan barang-barang!"
"Ya, lukisan-lukisan bernilai beberapa juta dolar!" kata Gerhart Malz.
"Apa pun yang mereka angkut, pokoknya saya anggap aneh," kata Agnier. "Saya lantas naik kemari. Saya jumpai pintu-pintu terkunci semua. Saya lantas masuk lewat salah satu jendela yang menghadap ke teras, setelah saya pecahkan kacanya."
"Lalu Anda membangunkan aku," kata Letitia, "kemudian kita berdua membangunkan Mrs.
170
Chumley. Tapi anak-anak ini tidak berhasil kita temukan. untung Ben teringat pada kemungkinan bahwa mereka ada di ruangan bawah! Ternyata benar, mereka terkurung di situ."
"Untung Anda berdua turun ke sana tadi," kata Jupe. ia berdiri lalu menghampiri tempat perapian. Sambil lalu diperhatikannya dinding di sebelah atas perapian itu. Di sekeliling bingkai lukisan yang merupakan copy lukisan Vermeer, nampak sejalur kertas pelapis dinding yang warnanya belum sepudar permukaan kertas selebihnya yang melapisi dinding di situ. "Rupanya kami menyebabkan Burroughs dan istrinya merasa harus lekas-lekas bertindak hari ini juga," katanya melanjutkan. "Ketika kami turun ke bawah dan melihat terowongan itu. mereka terpaksa menyingkirkan kami dan cepat-cepat beraksi."
Saat itu Chief Reynolds masuk, setelah mengetuk pintu.
"Sebentar lagi orang-orangku sudah akan selesai di bawah," katanya. "Dan para wartawan mungkin akan berdatangan. Jika Anda berkeberatan memberi keterangan, bisa kuberikan penjelasan resmi dari kepolisian pada mereka."
"Ya, tolonglah," kata Mrs. Chumley. "O ya, Letitia, kau tadi kan hendak memasak air. Aku kepingin sekali minum teh."
"Biar saya saja, Mrs. Chumley," kata Jupiter, lalu berjalan keluar. Sampai di ambang pintu ia berhenti sebentar. Pete dan Bob berpandang-
171
pandangan. Mereka melihat Jupiter menarik-narik bibir bawahnya ketika keluar, dan mereka tahu apa maknanya: Jupiter sedang sibuk berpikir tentang sesuatu, ia pasti mendapat gagasan baru!
Setelah beberapa saat Pete mengangkat bahu, sementara Bob mendesah. Jupiter tidak pernah menceritakan pikirannya pada mereka, sebelum ia menganggap pikiran itu sudah cukup matang untuk diceritakan!
172
Bab 20 jupiter menarik kesimpulan

Jupiter duduk dekat meja dapur, menunggu air mendidih. Di atas meja itu terletak pesawat telepon. Kabelnya terjulur di lantai, dari sambungan dekat pintu ke gudang. Di samping pesawat itu ada surat kabar yang dilipat, dengan bagian yang ada teka-teki silangnya menghadap ke atas. Karena iseng, Jupiter mengangkat surat kabar itu. Ternyata di bawahnya ada buku catatan yang biasa dipakai untuk mencatat belanjaan.
Pada halaman paling atas nampak coretan-coretan iseng. Gambar hati ditembus panah, lambang dolar, dan kata "Vermeer" yang ditulis berkali-kali.
Selain itu ada pula sejumlah angka yang ditulis bersambungan. Kelihatannya itu nomor telepon.
"Eh," kata Jupe. Diangkatnya gagang telepon, lalu diputarnya angka-angka yang tertera pada kertas catatan itu. Terdengar deringan dua kali, lalu bunyi gagang telepon diangkat.
"Di sini Short-Haul Trailer Company," kata
173
seseorang, rupanya penerima telepon. "Bisa saya bantu?"
"Perusahaan Anda, menyewakan karavan?" tanya Jupiter. "Betul."
"Terima kasih," kata Jupiter. Diletakkannya kembali gagang telepon, sementara perhatiannya sudah beralih ke suatu catatan lain di sudut kertas. Tertulis di situ kata-kata. "Golden Fleece. Bendera Panama."
Jupiter tidak mengacuhkan air yang sudah mendidih dalam cerek. Sambil nyengir puas dibalik baliknya halaman surat kabar yang ada di depannya.
"He, apa-apaan ini?" tanya Bob yang saat itu muncul di ambang pintu. "Sudah tuli. ya? Air sudah mendidih!"
Karena Jupiter diam saja, Bob lantas mematikan api.
"He, Jupe!" Pete masuk ke dapur. "Ada apa?"
"Aku sudah tahu sekarang!" kata Jupe, lalu berseru memanggil. "Chief Reynolds!"
ia cepat-cepat berdiri lalu lari ke pintu-dan nyaris saja menubruk Chief Reynolds yang bergegas datang.
"Ada apa?" tanya kepala polisi Rocky Beach itu.
"Ini, lihatlah!" Jupiter menyodorkan kertas catatan tadi. ia begitu gembira, sehingga tangannya agak gemetar. "Golden Fleece! Anda lihat ini? Lalu ini, berita kapal di koran ini. Golden Fleece, yang berlayar dengan bendera Panama, dijadwal-
174
kan akan berangkat dari San Pedro pukul sembilan seperempat malam ini. Tidak sampai sejam lagi!"
Chief Reynolds menyambar buku catatan itu.
"Di mana kautemukan?" tanyanya.
"Di situ, di sebelah pesawat telepon. Deretan angka-angka itu nomor sebuah perusahaan yang menyewakan karavan, Short-Haul Trailer Com-pany," namanya," kata Jupiter menjelaskan. "Chief, orang yang menyewa karavan itu duduk di meja ini sewaktu menelepon perusahaan yang menyewakannya, ia juga mencatat bahwa kapal Golden Fleece berlayar dengan bendera Panama. Cukup banyak kapal dagang yang berlayar dengan bendera itu, karena pertimbangan pajak. Rupanya suami-istri Burroughs tidak sempat mengatur rencana sebaik-baiknya untuk melarikan lukisan-lukisan yang mereka curi ke luar negeri. Mereka asal pilih kapal saja, tanpa melihat ke mana tujuannya!"
"Astaga!" kata Chief Reynolds.
"Kapal itu harus dicegah keberangkatannya!" kata Jupe lagi.
Chief Reynolds memutar suatu nomor tertentu, lalu meminta pada petugas yang menerima agar dengan segera dihubungkan dengan kepala pelabuhan di San Pedro. Begitu sudah dihubungkan, ia buru-buru menyebutkan identitasnya lalu meminta agar keberangkatan kapal Golden Fleece ditunda.
"Setengah jam lagi saya sudah akan tiba di 175
sana," katanya, "tapi harap usahakan agar kapal itu ditunda keberangkatannya!"
Gerhart Malz masuk ke dapur ketika Chief Reynolds baru saja selesai menelepon.
"Saya disuruh Mrs. Chumley melihat kenapa teh belum dihidangkan," kata Malz. "Belum pernah saya melihat wanita yang begitu kepingin minum teh."
"Sebentar lagi Jupiter pasti sudah siap," kata Chief Reynolds. "Saya perlu Anda, Malz."
Malz nampak kaget.
"Anda harus ikut ke San Pedro! Jupiter ini menarik kesimpulan bahwa kedua penjahat yang lari itu naik ke kapal bernama Golden Fleece. Aku sudah minta agar keberangkatan kapal itu ditunda, menunggu aku datang di sana. Kuminta Anda ikut ke sana untuk mengenali lukisan-lukisan yang dicuri itu-jika memang ada di atas kapal."
"Astaga!" kata Malz.
"Kenapa kami tidak diajak juga?" seru Pete. "Atau Jupiter, setidak-tidaknya! Kan dia yang menemukan petunjuk itu!"
"Dan dia yang pertama-tama kutelepon nanti, jika lukisan-lukisan itu kami temukan," kata Chief Reynolds. "Mari, Mr. Malz." Dipegangnya lengan pengurus Museum Mosby itu lalu diajaknya ke luar.
"Itu tidak adil!" umpat Pete. Jupiter diam saja. Dinyatakannya lagi api di bawah cerek. Ketika air di dalamnya sudah
176
mendidih, dibuatnya minuman teh. Bob mengambilkan cangkir dan piring, ia menemukan beberapa potong kue, sementara Pete menemukan piring berisi sandwich di lemari es. Semuanya mereka taruh di atas baki yang kemudian dibawa oleh Pete ke kamar Mrs. Chumley.
"Aduh, hebat kalian ini," kata Mrs. Chumley melihat mereka masuk. "Aku sudah lapar sekali. Kita boleh dibilang belum makan sama sekali hari ini, Letitia."
"Aku tidak lapar," kata Letitia Radford.
"Hm, kue-kue ini kelihatannya enak," kata Mrs. Chumley. "Anda mau, Mr. Woolley? Dan Anda, Ben? Mana Gerry Malz? Dia tidak kepingin minum teh?"
"Mr. Malz ikut dengan Chief Reynolds, ke San Pedro," kata Jupiter. "Mereka hendak melihat apakah Burroughs dan istrinya benar-benar ada di kapal yang bernama Golden Fleece."
Mrs. Chumley tidak jadi menuangkan teh. Diletakkannya kembali teko yang sudah diangkat, seolah-olah pekerjaan itu terlalu berat baginya.
"Sementara Chief Reynolds tidak ada, mungkin ada baiknya jika kita bicara sebentar, Mrs. Chumley," kata Jupiter, "dan Anda bisa mengatakan bagaimana persepakatan Anda dengan suami-istri Burroughs tentang pembagian hasil pencurian itu!"
177
Bab 21 kejadian yang tak disangka-sangka

Saat itu Letitia Radford sedang duduk dengan santai di sofa, berseberangan dengan Mrs. Chumley. Tapi begitu mendengar kata-kata Jupiter, ia langsung menegakkan sikap duduknya.
"Kurasa aku yang salah dengar," katanya pada Jupiter. "Coba kauulangi sekali lagi?"
"Saya mengatakan, saya ingin tahu bagaimana persepakatan antara Mrs. Chumley dan suami-istri Burroughs mengenai pembagian hasil curian itu." Jupiter mengatakannya dengan wajah bersungguh-sungguh.
Pete dan Bob pergi ke dekat jendela, lalu duduk di kursi yang ada di situ. Sementara itu hari sudah mulai gelap. Tapi tidak ada yang pergi menyalakan lampu.
"Anda yang membuat pencurian itu bisa dilakukan," kata Jupe pada Mrs. Chumley. "Tidak mungkin itu terjadi tanpa sepengetahuan Anda."
"Jangan sembarangan kalau bicara. Anak muda," kata Mrs. Chumley. "Nanti kalau Chief
178
Reynolds sudah kembali, akan kulaporkan kata-katamu tadi padanya. Akan kuminta agar kau dilarang datang lagi kemari!"
"Tapi mungkin juga Burroughs dan istrinya mengaku, lalu melibatkan Anda," kata Jupiter dengan tenang.
"Ini sudah keterlaluan!" Letitia Radford menghampiri Mrs. Chumley. "Untuk apa Mrs. Chumley mencuri? Segala-galanya ia sudah punya! ia tinggal minta saja, pasti abangku akan mengusahakannya. Kami ini keluarganya! Ini rumahnya juga!"
"Jangan sembarangan bicara, Jupiter," kata Charles Woolley yang selama itu duduk tanpa berkata apa-apa di sudut yang agak jauh. Kini ia menyalakan lampu di atas meja yang ada di dekatnya. "Kau harus punya alasan untuk menuduh seperti itu!"
"Alasan itu ada, bahkan beberapa buah," kata Jupe. ia menoleh ke Mrs. Chumley. "Bagaimana mungkin kedua orang itu menggali terowongan selama lebih dari enam bulan tapi Anda tidak tahu apa-apa mengenainya, padahal Anda selalu ada di sini? Masa Anda tidak mendengar apa-apa, atau melihat mereka mengangkut tanah? Mereka harus mengeluarkannya lewat pintu yang letaknya tepat di bawah kamar tidur Anda."
Tidurku selalu nyenyak," kata Mrs. Chumley.
Tidak selalu! Kemarin malam Anda minta ditemani Miss Radford, karena Anda tidak bisa tidur. Atau Anda mengatakan tidak bisa tidur.
179
Barangkali itu cuma alasan saja, supaya Anda bisa mengawasi Miss Radford. Lalu tadi pagi Anda bercerita pada Bob tentang kandil di Museum Mosby, yang ditaruh di luar kamar tempat lukisan Vermeer. Anda bercerita bagaimana prisma-prisma kaca pada kandil itu bergetar setiap kali jam besar yang ada di tangga berdentang. Dari Mr. Malz kami mendengar bahwa kandil itu baru dibeli olehnya. Jika Anda tidak mampu menaiki tangga, bagaimana Anda sampai tahu tentang keistimewaan kandil itu?"
Kelihatan jelas bahwa Mrs. Chumley terkejut.
"Yah, aku... aku..." ia tergagap-gagap sebentar, "kurasa Gerry yang bercerita."
"Saya mau percaya, jika tidak ada urusan dengan foto-foto itu," kata Jupiter.
"Foto-foto?" kata Mrs. Chumley mengulangi dengan nada bingung.
"Kemarin malam kami mengadakan ronda di luar rumah ini, dengan harapan akan bisa memergoki jika orang-orangan itu muncul lagi. Anda saat itu sedang main catur dengan Mr. Malz. Kami bisa melihatnya, karena tirai-tirai tidak ditutup. Lalu setelah Mr. Malz pergi. Anda lantas pergi ke kamar tidur Anda. Betul tidak?"
"Itu mungkin saja. Kenapa kau mengatakannya?"
"Anda membuka lemari pakaian Anda. Dari tempat saya berdiri di luar, saya bisa melihat kotak-kotak bertumpuk di atas rak dalam lemari itu."
180
"Lalu?" kata Mrs. Chumley.
"Lalu Anda menutup tirai-tirai kamar tidur Anda, jadi saya tidak bisa melihat apa yang Anda lakukan sesudah itu. Tapi beberapa saat kemudian Anda masuk ke ruang duduk utama, membawa sebuah kotak besar berisi foto-foto."
Mrs. Chumley diam saja.
"Kemarin malam saya tidak sempat berpikir tentang foto-foto itu, sebab segera sesudah Anda masuk saya melihat orang-orangan itu. Tapi tadi, sewaktu kami terkurung di bawah rumah, cukup banyak waktu bagi saya untuk merenungkannya. Saya ingin bertanya, Mrs. Chumley-bagaimana caranya Anda mengambil kotak itu dari dalam lemari?"
Kening Mrs. Chumley berkerut, seakan-akan berusaha mengingat.
"Kurasa dengan menggunakan tongkatku," katanya kemudian. "Aku menyimpan tongkat di pojok lemari itu. Kalau ada sesuatu yang hendak kuambil dari atas, kucongkel barang itu dengan tongkat sampai jatuh, lalu kutangkap. Dengan begitu aku tidak perlu memanggil orang untuk minta tolong."
"Tidak," kata Jupiter, "itu tidak mungkin Anda lakukan, dengan kotak itu, karena foto-foto sebanyak itu kan berat. Anda pasti kesakitan jika tertimpa, dan foto-fotonya pasti berceceran ke mana-mana. Tidak, Mrs. Chumley, pasti Anda berdiri untuk menurunkan kotak itu."
"Aku tidak bisa berdiri!" tukas Mrs. Chumley.
181
"Semuanya tahu bahwa aku tidak mampu berdiri, sejak kecelakaan itu."
"Anda tahu, Miss Radford sangat takut pada orang-orangan." kata Jupiter melanjutkan. "Anda juga mengetahui ketakutannya pada serangga. Mrs. Chumley, Anda sebenarnya yang mendalangi munculnya orang-orangan itu!"
"Tidak! Itu tidak mungkin!" seru Letitia Radford sambil berdiri.
"Bukan tidak mungkin, melainkan logis," kata Jupe. "Bukan itu saja, Mrs. Chumley, Anda bahkan sekali berperan sebagai orang-orangan itu, yaitu ketika Anda menguning kami di bawah!"
"Anak kurang ajar!" bentak Mrs. Chumley. "Aku tidak mau lagi mendengar ocehanmu. Aku mau tidur."
Tunggu!" seru Jupiter. "Saya belum-"
"Cukup. Jupiter!" kata Dr. Woolley dengan nada galak. "Semua yang kaukatakan sejak tadi itu cuma dugaan semata-mata, dan hal-hal yang kebetulan saja begitu. Bukan bukti-bukti nyata. Kau sama sekali tidak punya alasan untuk menuduh Mrs. Chumley berbuat apa pun juga!"
"Ada saja!" bantah Jupiter. "Saya memang sengaja menyimpannya sampai saat terakhir. Anda mau mendengarnya, Mrs. Chumley?"
Mrs. Chumley tidak menjawab, ia memutar posisi kursi rodanya, lalu digerakkannya menuju pintu kamar tidurnya.
"Sebentar," kata Letitia Radford, "kubantu Anda."
182
Mrs. Chumley menoleh, memandang wanita yang lebih muda itu. Di wajah Letitia nampak keprihatinan, tapi juga perasaan sangsi.
"Biar, aku bisa sendiri," kata Mrs. Chumley.
"Anda kan tidak bisa naik sendiri ke ranjang," kata Letitia. Tapi Mrs. Chumley sudah masuk ke kamar tidurnya, lalu menutup pintu.
"Mungkinkah ia benar-benar melakukan segala hal yang kaukatakan itu?" kata Letitia pada Jupiter. "Tapi tidak mungkin! Mustahil-"
Kalimatnya terputus, karena saat itu terdengar jeritan ngeri. Datangnya dari kamar tidur Mrs. Chumley.
Pete meloncat dari tempat duduknya, sementara Jupiter lari menuju pintu kamar itu. Tapi sebelum mereka sampai di situ, pintu kamar sudah terbuka dengan cepat
"Anak setan!" jerit Mrs. Chumley. Wanita tua itu berdiri di ambang pintu dengan wajah merah padam. Napasnya terengah-engah, ia memegang bantal. "Kau melakukannya dengan sengaja!"
Mrs. Chumley mengayunkan bantal, mengenai sisi kepala Jupiter yang terhuyung ke samping karenanya. Sebelum yang lain-lainnya sempat berkutik, Mrs. Chumley sudah lari ke luar sambil cepat-cepat menutup pintu kamar duduk di belakangnya. Setelah itu terdengar bunyi pintu depan dibuka dan ditutup lagi dengan keras.
"Dia bisa berjalan!" seru Ben Agnier. "Ternyata ia sama sekali tidak lumpuh!"
Semua yang berada di ruang duduk itu mende-
183
ngar bunyi mesin mobil dihidupkan di depan rumah.
"Aduh, kunci mobilku kutinggal di mobil," kata Letitia Radford. "Mrs. Chumley sering mengomeli aku karenanya. Katanya... ia mengatakan, kapan-kapan mobilku itu pasti dicuri orang, jika aku masih terus saja begitu ceroboh."
Hanya Charles Woolley saja yang menanggapi, ia mendengus. Pete melangkah masuk ke kamar tidur Mrs. Chumley, tapi buru-buru mundur lagi.
"Dr. Woolley!" serunya. "Itu, lihatlah!"
Charles Woolley bergegas menghampiri lalu berdiri di ambang pintu, sementara yang lain-lain berdesak-desak ikut melihat ke dalam.
Beribu-ribu semut berkeliaran di lantai kamar tidur Mrs. Chumley. Mereka masuk lewat salah satu jendela yang terbuka, dan kini bergerak menuju ranjang.
"Koloni baru!" kata Woolley dengan gembira. "Pantas Mrs. Chumley lari. Aku pun, kurasa aku juga akan lari!"
184
Bab 22 lagi-lagi kejutan

Menjelang tengah malam barulah Chief Reynolds kembali bersama Gerhart Malz, dengan membawa berita bahwa Burroughs beserta istrinya sudah ditahan.
"Dan semua lukisan berhasil diselamatkan?" tanya Jupiter.
"Ya, semuanya," kata Malz. "Sekarang diamankan di San Pedro. Besok baru akan dikembalikan ke museum."
Pengurus museum itu menguap. Kelihatan jelas bahwa ia capek sekali.
"Mana Mrs. Chumley?" katanya. "Sudah tidur?"
Letitia Radford menceritakan apa yang terjadi di rumah selama itu, kadang-kadang disela oleh Charles Woolley. Mereka menuturkan tentang tuduhan-tuduhan Jupiter serta semut-semut yang masuk ke kamar tidur dan yang kemudian diusir oleh Woolley dengan obat semprot pembasmi serangga, begitu pula tentang larinya Mrs. Chumley dengan mobil Letitia.
185
"Tapi polisi sudah diberi tahu," kata Jupiter pada Chief Reynolds. "Mrs. Chumley takkan bisa lari."
"Jadi ia ternyata tidak lumpuh?" kata Malz.
"Larinya tadi lumayan cepat," kata Pete.
"Tapi kenapa ia berpura-pura begitu selama ini?" tanya Malz lagi. "Bertahun-tahun lamanya, ke mana-mana selalu duduk di kursi rodanya." ia menoleh ke arah Letitia. "Apakah ia perlu uang?"
"Tidak," jawab Letitia. "Ibuku pemurah, tidak ada yang dilupakan olehnya dalam surat wasiatnya-apalagi Mrs. Chumley! Tapi meski begitu, ternyata Mrs. Chumley-lah orang-orangan itu. Keterlaluan tidak?! Kami menemukan pakaian samarannya di dalam lemari pakaiannya." Letitia Radford tidak kelihatan hampir menangis sekarang, melainkan sangat marah. "Perbuatannya itu kejam!" tukasnya. "Sampai hati ia berbuat begitu, padahal aku memperlakukan dia sebagai ganti ibuku! Sungguh!"
"Mungkin saja ia merasa terdesak," kata Jupiter. "Kita takkan bisa mengetahui sebab yang sebenarnya selama ia belum tertangkap dan mengaku. Tapi kita bisa saja menduga-duga."
Jupiter duduk menyandar, lalu berbicara dengan lambat-lambat, sambil berpikir.
"Rupanya Mrs. Chumley merasa kedudukannya terancam ketika Mrs. Radford. ibu Letitia, meninggal dunia," katanya. "Soalnya, tidak ada alasan lagi untuk tetap mempertahankan rumah ini, yang di pihak lain merupakan tempat tinggal Mrs.
186
Chumley. Dapat dibayangkan bahwa ia khawatir kalau kalau ia harus pergi dari rumah ini dan tinggal dalam apartemen sempit di Los Angeles. ia pasti akan kesepian di sana, karena nampaknya wanita itu tidak banyak kenalannya. Selain itu, kehidupannya pasti takkan senyaman di sini.
"Kemudian ia mengalami kecelakaan, yang menyebabkan tulang pinggulnya patah. Kejadian itu menimbulkan gagasan dalam hatinya. Kita semua pernah mendengar atau membaca tentang orang-orang yang mengalami kecelakaan mobil yang sebenarnya tidak berat, tapi kemudian mengatakan bahwa benturan menyebabkan leher mereka tersentak sehingga terjadi cedera. Siapa yang bisa membuktikan bahwa leher mereka tidak terasa sakit? Kalau Mrs. Chumley berkeras mengatakan bahwa ia tidak mampu berdiri karena tungkainya terasa nyeri, siapa bisa membuktikan bahwa itu tidak benar?"
"Jadi ia berbohong pada abangku, sehingga abangku itu membiayai pemeliharaan rumah ini-hanya untuk dia saja!" kata Letitia Radford dengan nada getir. "Karena aku dan abangku jarang ada di sini, maka Mrs. Chumley-lah yang menjadi kepala rumah tangga! Dengan pelayan-pelayan yang selalu harus siap untuk melayani segala kemauannya! ia pasti benci sekali, setiap kali aku pulang!"
"Saya rasa dia tidak berperasaan begitu, sampai Burroughs dan istrinya mulai menggali terowongan itu," kata Jupe. "Mereka pasti sulit bisa
187
menggali selama Anda ada di sini! Karena itu mereka mendapat akal untuk menakut-nakuti Anda dengan orang-orangan dan segala serangga itu, supaya Anda cepat-cepat pergi lagi.
"Kebetulan sekali ukuran tubuh mereka bertiga hampir sama besar. Dengan begitu mereka bisa silih berganti memainkan peran sebagai orang-orangan itu.
"Malam itu, ketika kita melihat orang-orangan itu muncul sambil mengayun-ayunkan sabit besar, Mrs. Chumley dan Burroughs dengan segera mendatangi Anda di depan rumah. Jadi yang menjadi orang-orangan waktu itu mestinya Mrs. Burroughs. ia lari menjauhi kami, lalu dalam gelap cepat-cepat kembali ke belakang rumah lewat jalan memutar, ia masuk lewat pintu kolong, buru-buru membuka pakaian samarannya lalu menelepon polisi di Rocky Beach. Setelah itu ia cepat-cepat datang ke ruang duduk utama, dengan napas terengah-engah. Waktu itu ia mengatakan melihat orang-orangan itu dari jendela. Karenanya kita beranggapan bahwa selama itu ia ada di dalam rumah."
"Tapi bagaimana dengan waktu itu, ketika orang-orangan itu hendak mencoba masuk lagi ke laboratorium Dr. Woolley?" tanya Bob. "Ketika kau melihatnya malam itu, Mrs. Burroughs sedang sibuk di dapur. Burroughs sedang nonton televisi di kamar duduk pelayan, sedang Mrs. Chumley ada di ruang duduk utama bersama Miss Radford."
188
"Kemungkinannya, yang kulihat sedang nonton TV itu bukan Burroughs, melainkan boneka yang diatur begitu rupa sehingga dari luar kelihatan seperti dia yang sedang nonton TV," kata Jupiter. "Burroughs mestinya tahu bahwa orang yang berada di ruang duduk utama bisa melihat ke situ. karena letaknya di seberang kolam renang. Jadi mestinya ia sudah menyiapkan boneka supaya dikira itu dia, sementara dia sendiri menyelinap ke luar, misalnya untuk mencuri semut-semut dari laboratorium Dr. Woolley.
"Dan tadi, orang-orangan yang mengurung kita di bilik tempat menyimpan daging, itu Mrs. Chumley. Kamarnya kan terletak di lantai dasar. Jadi ia bisa mendengar suara kita di kolong. atau bisa juga itu Mrs. Burroughs. Tapi itu tidak penting, karena yang jelas, mereka bertiga bersekongkol dalam urusan ini."
"Tapi hidupnya kan tidak bisa dibilang kekurangan." kata Letitia Radford. "Jadi untuk apa ia menyuruh dua orang pencuri membantunya merampok museum?"
"Menurut saya, gagasan pencurian itu timbul di pihak Burroughs dan istrinya," kata Jupe. "Saya rasa mereka memilih bekerja di sini karena letaknya berdekatan dengan Museum Mosby. Mereka pasti gembira sewaktu tahu bahwa satu-satunya penghuni rumah ini seorang wanita lumpuh, yang tidak bisa turun sendiri ke kolong rumah.
"Lalu kemudian-entah dengan cara bagaima-
189
na-mereka tahu bahwa Mrs. Chumley sebenarnya tidak lumpuh. Sementara Mrs. Chumley memergoki mereka sewaktu sedang menggali terowongan. Lantas mereka mengadakan kompromi. Mrs. Chumley tidak melaporkan kedua pelayannya yang hendak mencuri itu pada polisi, sementara mereka tidak membongkar rahasia Mrs. Chumley bahwa ia selama bertahun-tahun mengelabui keluarga Radford. Sewaktu Anda kemudian pulang, Miss Radford, mereka bertiga sudah bersekutu. Anda mereka anggap membahayakan rencana mereka Lalu kejadian sewaktu Anda sedang nonton TV bersama Mrs. Chumley dan Anda cepat-cepat memindahkan saluran ketika film kuno Penyihir dari Oz muncul, menyebabkan mereka mendapat akal untuk memaksa Anda pergi. Saat itulah tercipta orang-orangan itu."
"Luar biasa," kata Gerhart Malz.
"Memang," kata Jupe. "Mereka itu setanding dengan Anda, Mr. Malz!"
Gerhart Malz terkejut.
"Apa?" katanya.
"Anda tidak tahu bahwa Mrs. Chumley sebenarnya tidak puas, hanya memiliki copy lukisan Vermeer yang dibuat oleh orang yang sedang belajar melukis," kata Jupe. "Anda tidak tahu bahwa ia secara diam-diam ingin memiliki yang asli."
Malz memandang lukisan Vermeer yang tergantung di atas perapian.
"Itu merupakan bagian dari komprominya
190
dengan suami-istri Burroughs," kata Jupe lagi. "ia berbuat pura-pura tidak mengetahui rencana jahat mereka, dan mereka mengambil seluruh lukisan yang ada dalam museum yang Anda kelola-kecuali satu. yaitu lukisan Vermeer. Itu harus diserahkan pada Mrs. Chumley!"
"Astaga!" Gerhart Malz menghampiri tempat perapian, lalu diperhatikannya dengan teliti lukisan yang tergantung di situ. "Astaga!" katanya sekali lagi. "Ini memang lukisan yang asli. Mestinya aku harus langsung mengenalinya. Tapi apa yang terjadi dengan lukisan yang merupakan copy?"
"Dibakar," kata Jupe. "Saya menemukan sisa-sisa kanvasnya di tengah-tengah abu di perapian. Sekarang saya amankan dalam kantung kertas, di dapur. Lukisan di depan Anda itu yang dicuri hari ini dari museum. Aneh, Anda tidak menyadari bahwa lukisan itu tidak ada sewaktu tadi diminta mengenali koleksi lukisan yang hampir dibawa lari oleh Burroughs dan istrinya, di pelabuhan."
"Aku-aku tadi gugup sekali," kata Malz.
"Tidak, Mr. Malz," bantah Jupiter. "Sebelumnya pun, Anda sudah mengenali lukisan ini di sini tadi. Tidak mungkin Anda tidak mengenalinya. Kertas dinding berbentuk persegi empat yang warnanya tidak pudar di sekeliling bingkai lukisan itu sangat menyolok. Itulah yang menyebabkan saya tahu bahwa Mrs. Chumley terlibat dalam aksi pencurian ini. Bagian kertas dinding yang lain warnanya itu merupakan petunjuk bahwa lukisan yang sebe-
191
lumnya tergantung di situ lebih besar ukurannya daripada yang sekarang. Saya tahu, lukisan Vermeer yang asli lebih kecil ukurannya daripada copy yang ada pada Mrs. Chumley. Karenanya saya lantas menarik kesimpulan bahwa lukisan yang asli kini ada di tangan Mrs. Chumley. Dan itu hanya mungkin terjadi jika ia bersekongkol dengan Burroughs dan istrinya. Tidak mungkin Anda tidak menyadari bahwa lukisan yang tergantung itu lebih kecil ukurannya dari yang semula ada di situ, Mr. Malz. Anda pasti tahu, itu lukisan yang asli. Tapi Anda diam saja, Mr. Malz."
"Aku sedang bingung karena peristiwa perampokan itu, jadi tidak memperhatikan yang lain-lainnya!" kata Gerhart Malz.
"Sebaliknya, malah," balas Jupiter. "Anda nampak tenang sekali setelah kejadian itu. Orang yang diringkus dalam lemari dalam keadaan terikat dan mulutnya disumbat, biasanya tidak begitu tenang sikapnya. Karenanya lantas timbul pertanyaan dalam hati saya tentang Anda-dan lukisan itu."
"Aku-aku gugup sekali tadi," kata Malz lagi.
"Setelah Mrs. Chumley melarikan diri, saya sempat meneliti lukisan yang tergantung Itu. Ternyata catnya masih agak lengket. Belum keras seperti mestinya, jika itu benar-benar lukisan kuno. Mrs. Chumley sendiri tidak menyadari hal itu, karena yang menggantungkan di situ bukan dia. Sedang Burroughs dan istrinya sibuk sendiri dengan urusan mereka, sehingga tidak sempat memperhatikan.
192
"Mrs. Chumley mempertaruhkan segala-galanya, asal bisa memperoleh lukisan Vermeer yang asli. Mungkin ia sudah bosan hidup menumpang terus, bergantung pada kebaikan hati orang lain. Mungkin ia ingin memiliki sesuatu yang benar-benar berharga. Tapi yang diperolehnya kemudian, ternyata barang palsu! Dan karena lukisan itu sebenarnya palsu, Mr. Malz. tidakkah logis jika timbul dugaan bahwa banyak di antara lukisan-lukisan yang dicuri itu sebenarnya palsu? Copy yang sangat baik mutunya dibuat oleh seseorang yang memiliki bakat meniru gaya pelukis yang mana pun juga?"
Jupiter mengatur napas sebentar, lalu melanjutkan,
"Anda mengatakan akan pergi cuti hari Jumat nanti. Saya rasa Anda berniat hendak melarikan lukisan-lukisan yang asli, sedang di museum Anda gantungkan copy-copy buatan Anda. Karenanya Anda tidak berani mengatakan apa-apa ketika melihat bahwa lukisan Vermeer yang tergantung di atas perapian itu lebih kecil ukurannya. Anda takut, jangan-jangan nanti ada yang melihat bahwa lukisan itu palsu.
"Sewaktu di pelabuhan tadi Anda meneliti koleksi lukisan yang dicuri oleh suami-istri Burroughs, Anda tidak melaporkan bahwa lukisan Vermeer tidak ada di antaranya. Anda bermaksud hendak secara diam-diam menaruh kembali Vermeer yang ada pada Anda ke tempatnya semula di museum. Takkan ada yang merasa curiga.
193
begitulah perkiraan Anda. Dan karena yang akan Anda gantungkan itu lukisan yang asli, maka takkan ada yang meragukan keaslian lukisan-lukisan lainnya."
Gerhart Malz membisu.
"Tapi Anda tidak bernasib mujur," sambung Jupiter. "Kini segenap koleksi itu akan diteliti oleh para pakar. Perbuatan Anda akan terbongkar. Di mana Anda sembunyikan lukisan-lukisan yang asli? Di apartemen Anda, di Santa Monica?"
Chief Reynolds menghampiri lukisan yang tergantung di atas perapian. Disentuhnya permukaan lukisan itu, lalu diperhatikannya jarinya, ia berpaling, menatap Malz.
"Akan kami geledah apartemen Anda," katanya.
Gerhart memandang Jupiter dengan marah.
"Anak brengsek," desisnya.
Jupiter tidak mempedulikan umpatan itu.
"Ironis," katanya. "Burroughs dan istrinya sudah begitu bersusah-payah menggali terowongan untuk merampok Museum Mosby, tapi yang mereka peroleh cuma sekumpulan lukisan palsu. Yah, mana mungkin mereka tahu bahwa mereka didului oleh seseorang yang jago memalsukan lukisan?"
194
Bab 23
laporan pada Mr. Hitchcock

"Lega rasanya jika sekali lagi terbukti bahwa kebenaran pasti menang pada akhirnya," kata Alfred Hitchcock.
Sutradara film yang kenamaan itu duduk di kantornya, menghadapi berkas catatan kasus yang diserahkan oleh Bob padanya, ia mengangguk sambil tersenyum memuji.
"Sudah selayaknya kuucapkan selamat pada kalian," katanya sambil menoleh ke arah Trio Detektif. "Tidak sembarang orang bisa berhasil mengetahui bahwa pelaku-pelaku dalam satu kasus kejahatan sebenarnya terdiri dari dua kelompok yang berlainan maksud dan tujuannya. Tapi tentu saja cara kerja mereka sangat berbeda. Betapapun hebatnya gagasan membuat terowongan untuk bisa secara diam-diam masuk ke Museum Mosby, tapi itu masih belum apa-apa jika dibandingkan dengan perbuatan Gerhart Malz, memalsukan lukisan-lukisan yang termasyhur."
"Sulit sekali membedakan lukisan palsu dari
195
yang asli," kata Bob. "Sekarang saya baru mengerti, apa sebabnya pihak museum selalu mengharuskan orang-orang yang membuat copy lukisan-lukisan asli yang tergantung di tempat mereka-agar berbeda ukurannya dari yang asli!"
"Ya, memang," kata Mr. Hitchcock. "Yah, aku senang sekali mendapat kesempatan membaca catatan kasus Orang-orangan-atau Boneka Beringas ini. Aku sama sekali tidak heran, Trio Detektif terlibat dalam penyidikan kejahatan berbelit-belit yang terjadi di Museum Mosby. Aku malah akan heran jika kalian tidak tampil dalam kasus begitu ramai yang terjadi dekat Rocky Beach."
Bob tersenyum saja.
"Kata Chief Reynolds, kami ini berbakat memancing kesulitan."
"Itu bakat yang belum tentu selalu menyenangkan," kata Mr. Hitchcock mengomentari. "Tapi tanpa itu, kemungkinannya hidup ini akan terasa hambar bagi kalian!"
Mr. Hitchcock menutup kembali map berisi berkas kasus yang ada di hadapannya dan mengembalikannya pada Bob.
"Baiklah, akan kutuliskan kata pengantar untuk kasus petualangan kalian yang terbaru ini," katanya, "tapi sebelumnya aku ingin bertanya sedikit Ada beberapa hal yang ingin kuketahui. Misalnya saja, bagaimana Burroughs dan istrinya sampai bisa memperoleh rekomendasi yang begitu hebat dari seorang bangsawan Inggris!"
196
"Burroughs itu, nama sebenarnya bukan Burroughs," kata Jupiter. "Namanya Smith."
"Wah!" kata Mr. Hitchcock.
"Ya, betul, Robert Smith. Istrinya bernama Evelyn Smith, dan sewaktu belum menikah namanya Evelyn Baldridge. Mereka itu pencuri kambuhan. Sering muncul dengan nama palsu dan beraksi di berbagai negara.
"Dalam perjalanan dengan pesawat terbang dari Inggris ke Amerika, mereka sepesawat dengan sepasang suami-istri bernama Burroughs. Mereka ini yang pernah bekerja pada Lord Armiston, sebagai pelayan dan tukang masak. Mr. dan Mrs. Burroughs yang asli datang ke Amerika setelah pensiun. Mereka hendak menetap di Florida. Di New York mereka pindah pesawat Perjumpaan itu menimbulkan gagasan pada kedua pencuri kambuhan kita itu untuk mempergunakan nama Burroughs, dengan tujuan agar bisa mendapat rekomendasi dari Lord Armiston apabila mereka hendak melamar pekerjaan di rumah orang kaya. Mereka melanjutkan perjalanan ke Los Angeles.
"Kemungkinannya, saat itu mereka sudah mengatur rencana untuk merampok Museum Mosby. Yang jelas, mereka tidak membuang-buang waktu. Tidak sampai seminggu setelah datang dari Inggris, mereka sudah mendaftarkan diri di perusahaan penyalur tenaga kerja di Beverly Hills. Polisi sudah mengecek ke sana. Ternyata pasangan suami-istri yang mendaftarkan diri
197
dengan nama Mr. dan Mrs. Burroughs itu beberapa kali menampik tawaran kerja di tempat-tempat lain, yang pembayarannya lebih besar daripada yang mereka terima di rumah keluarga Radford."
"Tapi kalau begitu kan ada kemungkinan mereka harus menunggu berbulan-bulan, sampai ada lowongan di Wisma Radford itu," kata Mr. Hitchcock "Mungkin bahkan bertahun-tahun!"
"Mereka punya pilihan beberapa rumah orang kaya di kawasan sekitar Los Angeles," kata Jupiter. "Burroughs-atau tepatnya, Smith-mempunyai daftar belasan rumah di mana ada koleksi permata atau karya seni yang akan cukup menggiurkan untuk dicuri."
Mr. Hitchcock mendesah.
"Menyimpan daftar seperti itu merupakan perbuatan ceroboh, karena bisa dijadikan bukti yang memberatkan dirinya di pengadilan. Tapi setiap orang tidak lepas dari kemungkinan berbuat ceroboh. Lagi pula, Burroughs sebenarnya termasuk nekat. Kan ada kemungkinan Burroughs yang asli menulis surat dari Florida pada bekas majikannya. Kalau itu terjadi, tidakkah Lord Armiston merasa heran, ketika tahu-tahu ada suatu perusahaan penyalur tenaga kerja di Los Angeles menghubungi dia untuk menanyakan tentang Burroughs."
"Itu memang terjadi," kata Jupiter. "Sehari sebelum peristiwa pencurian terjadi, Lord Armis-
198
ton ternyata menghubungi perusahaan itu yang kemudian dengan segera menelepon Mrs. Chumley untuk memberi tahu agar berhati-hati. karena ada kemungkinan pelayan dan tukang masaknya yang baru sebenarnya bukan Burroughs. Tapi Mrs. Chumley menjawab bahwa ia tidak peduli, karena sejak bertahun-tahun ia tidak punya pembantu sebaik mereka!"
"Kasihan wanita itu." kata Mr. Hitchcock. "Sama sekali tidak berdaya menghadapi kedua penjahat ulung itu."
"Salahnya sendiri, kenapa berpura-pura lumpuh," kata Jupiter. "Tapi Anda benar, mau tidak mau kita merasa kasihan juga padanya. Mrs. Chumley tertangkap oleh polisi di Santa Barbara. Ternyata ia kehabisan bensin dan saat itu hendak menggadaikan cincin untuk membeli bensin lagi ia melarikan diri dengan begitu terburu-buru sehingga tidak membawa surat keterangan apa pun juga sebagai tanda pengenal dirinya. Pemilik rumah gadai merasa curiga karenanya, lalu menghubungi polisi."
"Bagaimana nasibnya sekarang?" tanya Mr. Hitchcock.
"Saya rasa ia takkan sampai harus masuk penjara," kata Jupe. "Usianya kan sudah terlalu tua. Di samping itu, ia belum pernah terlibat dalam kasus kejahatan. Letitia Radford mengusahakan pengacara hukum untuk membela perkaranya di pengadilan nanti. Miss Radford itu
199
memang cepat marah dan bersikap seenaknya saja, tapi ia bukan pendendam."
"Dalam hubungan ini bahkan bisa dibilang murah hati," kata Mr. Hitchcock mengomentari.
"Nampaknya, pengalaman seram dengan orang-orangan itu menyebabkan ia berubah," kata Jupiter. "ia mengatakan bahwa ia tidak akan kembali ke Eropa, melainkan akan tetap tinggal di Chaparral Canyon, di rumahnya sendiri, ia bahkan mengatakan ingin bekerja sebagai tenaga sosial di puskesmas universitas, di UCLA."
"Pendek kata, ia menjadi dewasa sekarang," kata Mr. Hitchcock.
"Tapi ada satu hal yang tidak berubah," kata Pete. "ia masih saja panik dan menjerit-jerit kalau melihat kumbang atau semut. Kelihatannya ia akan tetap takut pada serangga."
"Ngomong-ngomong tentang serangga, bagaimana halnya dengan Charles Woolley?" tanya Mr. Hitchcock.
"Masih ada di sana, sibuk dengan semut-semutnya," kata Jupiter. "Dan Ben Agnier sudah bekerja lagi sebagai pembersih kolam renang."
"Bagus," kata Mr. Hitchcock. "Akhir yang memuaskan dari suatu kasus menarik. Menarik, dan lain dari yang lain!"
"Betul, Sir," kata Pete. "Tidak pernah sebelumnya saya berurusan dengan orang-orangan yang beringas! Mudah-mudahan itu tidak akan pernah terjadi lagi!"
"Bukan itu maksudku," jawab Mr. Hithchcock.
200
"Yang kumaksudkan adalah, jarang kalian menghadapi tersangka yang begini banyak-dan belum pernah kemudian ternyata bahwa banyak dari mereka memang bersalah!"

TAMAT