Trio Detektif - Misteri Boneka Beringas(1)

Alfred Hitchcock
Misteri Boneka Beringas
Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia Jakarta


Daftar isi
Sepatah Kata Dari Alfred Hitchcock 7
1. Nyaris Celaka! 9
2. Si Peneliti Serangga 17
3. Kisah Aneh 29
4. Wanita Sinting 40
5. Kejutan yang Tidak Menyenangkan 50
6. Ancaman Bahaya 57
7. Kisah Seram 65
8. Gedung Harta 73
9. Pengintai Misterius 82
10. Penyidikan tentang Para Tersangka 92
11. Orang-orangan Itu Menyerang! 106
12. Pengintaian dalam Gelap 114
13. Jupe Tepergok 125
14. Semut-semut Pembunuh 132
15. Kebakaran yang Disengaja 138
16. Kejadian yang Aneh 143
17. Terkurung! 151
18. Perampokan 158
19. Penjelasan Ben Agnier 165
20. Jupiter Menarik Kesimpulan 173
21. Kejadian yang Tak Disangka-sangka 178
22. Lagi-lagi Kejutan 185
23. Laporan pada Mr. Hitchcock 195

Sepatah kata dari Alfred Hitchcock

Halo, Penggemar Misteri,
Sekali lagi aku mendapat kesempatan untuk menyampaikan kata pengantar bagi kisah petualangan terbaru Trio Detektif, ketiga penyelidik remaja yang berani dan selalu merasa tertarik pada hal-hal yang aneh, ajaib, dan luar biasa. Dalam kasus mereka kali ini, ketiga remaja itu berupaya menolong seorang wanita yang mengalami kesulitan. upaya yang patut dipuji-pasti begitulah pendapat kalian. Memang, tapi di pihak lain juga berbahaya, karena dalam melakukannya mereka harus menghadapi suatu boneka-atau tepatnya orang-orangan-yang beringas dan kerjanya gentayangan di ambang petang, serta menghindari gerombolan semut pembunuh yang menyerbu malam-malam.
Kalian yang sudah mengenal Trio Detektif, kupersilakan langsung mulai dengan Bab Satu. Tapi jika masih ada juga yang baru sekali ini akan berjumpa dengan ketiga remaja luar biasa itu,
7
baiklah kukatakan secara singkat di sini bahwa Jupiter Jones, pemimpin mereka, adalah seorang remaja bertubuh montok yang daya ingatnya benar-benar hebat, di samping memiliki bakat gemilang untuk menarik kesimpulan logis. Pete Crenshaw, Penyelidik Dua, adalah remaja yang gesit dan kuat tenaganya; tapi dia ini kadang-kadang ngeri bergaul dengan Jupiter-karena entah kenapa, kawannya yang satu itu selalu saja bisa menemukan hal-hal yang kemudian pasti menimbulkan kesulitan. Anggota yang ketiga. Bob Andrews, berwatak tekun. Ketrampilannya dalam melakukan penelitian sudah sering menyebabkan mereka bertiga akhirnya berhasil membongkar teka-teki yang dihadapi. Ketiga remaja ini tinggal di Rocky Beach, sebuah kota kecil di pesisir California, tidak jauh dari Hollywood.
Nah-sekarang selamat menikmati petualangan mereka!

ALFRED HITCHCOCK
8
Bab 1 nyaris celaka!

"Awas!" teriak Pete Crenshaw. "Celaka kita nanti!"
Truk kecil milik pangkalan barang bekas itu melaju dengan gerakan oleng di jalan yang beralas tanah. Rem dipijak berulang kali. teriring bunyi berdecit-decit. Tapi kendaraan Ku tidak bisa dikendalikan lagi. Terhuyung ke samping, menyeruduk masuk parit dan baru berhenti ketika tertahan sebatang pohon dengan benturan keras yang menyebabkan spatbomya yang sebelah penyok.
"Astaga!" gumam Hans, pengemudinya, ia adalah satu dari kedua pemuda Jerman bersaudara yang bekerja di The Jones Salvage Yard. pangkalan barang bekas milik paman dan bibi Jupiter Jones. Hans masih duduk sesaat sambil termangu-mangu. lalu menarik napas dalam-dalam. Sekali lagi ia mengatakan. "Astaga!"
ia menoleh, memperhatikan ketiga remaja yang ikut dengan dia di truk itu. Jupiter Jones, yang duduk di sampingnya, kelihatannya tidak apa-apa
9
Hanya kaget saja. Pete Crenshaw dan Bob Andrews, yang berada di bak belakang yang terbuka, masih berpegangan kuat-kuat pada dinding samping bak sambil bertahan dengan kaki, karena takut terpelanting.
"Kalian tidak apa-apa?" seru Hans ke belakang.
Bob dan Pete mengangguk, lalu melepaskan dinding bak. Otot-otot mereka terasa pegal, karena berpegangan sekuat tenaga tadi.
Semua turun dari kendaraan dengan gerakan gontai, untuk memeriksa kerusakan. Hans menatap ban yang pecah. Tampangnya kecut. Itulah yang menyebabkan kendaraan tidak bisa dikendalikan lagi saat mereka sedang menuruni jalan pegunungan yang berkelok-kelok, sehingga akhirnya terjerumus ke dalam parit.
"Astaga!" kata Hans untuk ketiga kalinya. "Menurut perasaanku, aku tadi tidak ngebut!"
Kau bisa mengeluarkannya lagi?" tanya Jupiter.
Hans tidak menjawab. Tapi dari air mukanya nampak bahwa ia merasa sangsi, ia naik lagi ke truk dan menyalakan mesin. Terdengar bunyi gigi persneling dimasukkan. Hans menoleh ke belakang, sementara kakinya menginjak pedal gas. Bunyi mesin menderu, tapi roda-roda belakang kendaraan itu hanya berputar saja mengaduk tanah, tanpa menyebabkannya bergerak mundur.
Hans mematikan mesin lagi. lalu turun dari kendaraannya.
"Tidak bisa," katanya. "Jupe, kurasa kita ter-
10
paksa menelepon pamanmu supaya dia kemari dengan truk yang satu lagi, untuk menarik kita keluar dari parit ini. Setelah itu baru aku bisa menukar ban."
"Menelepon, katamu?" seru Pete. "Menelepon dari mana?"
Hans dan ketiga remaja itu memandang berkeliling, mencari-cari. Mereka meninggalkan Rocky Beach dua puluh menit yang lalu, menuju sebuah rumah yang terletak di daerah Pegunungan Santa Monica. Pemilik rumah itu hendak menjual semua harta bendanya, sebelum ia pulang ke kampung halamannya di Indiana
"Orang-orang yang tinggal di daerah situ ada yang memiliki barang-barang yang menarik," kata Paman Titus, setelah ditelepon orang itu. "Jupiter, coba kau pergi bersama Hans atau Konrad naik truk ke sana, untuk melihat apa saja yang hendak dijual orang itu! Jika tempat tidurnya betul dari kuningan seperti dikatakannya tadi, langsung kaubeli saja. Pokoknya, beli semua yang menurut perasaanmu bisa kita jual lagi."
"Tapi kalau yang aneh-aneh, jangan ya, Jupiter," kata Bibi Mathilda menambahkan. Wanita itu selalu kesal apabila Paman Titus pulang dari perjalanan dengan membawa barang-barang belian yang kelihatannya sulit dijual lagi. Tapi kekhawatiran itu sebenarnya tidak beralasan. The Jones Salvage Yard, atau singkatnya Pangkalan Jones, sudah terkenal di kawasan pesisir California. Orang-orang yang hendak berbelanja berda-
11
tangan dari mana-mana ke pangkalan itu untuk mencari barang-barang yang tidak bisa diperoleh di tempat lain. Karenanya, barang yang paling luar biasa pun akhirnya bisa terjual juga.
Jupiter langsung bersemangat, karena selama ini selalu pamannya sendiri yang berbelanja ke mana-mana. ia bergegas menelepon Bob dan Pete, kedua temannya. Setelah itu ia pergi mencari kedua pekerja yang membantu Paman Titus di perusahaannya, yaitu Hans dan saudara laki-lakinya, Konrad. Tidak sampai setengah jam kemudian Hans sudah siap berangkat, dengan truk yang kecil. Pangkalan Jones memiliki dua kendaraan angkutan. Yang satu besar, dan yang lainnya agak kecil. Lebih tepat kalau disebut pick-up.
Perjalanan itu mula-mula mengarah ke utara lewat Jalan Raya Pesisir, lalu membelok masuk ke
haparral Canyon Road. Jalan ini lebar dan beraspal mulus, mendaki pegunungan lalu menuruni lereng pada sisi timurnya, menuju Lembah San Femando. Ketika sudah empat mil menyusur Chaparral Canyon Road, Hans membelokkan truknya ke kanan, memasuki sebuah jalan berjalur tunggal yang tidak diaspal. Mama jalan pegunungan itu Rock Rim Drive. Dan ketika baru beberapa ratus meter meluncur di jalan itulah tiba-tiba ban pecah.
"Kalau begini, kelihatannya aku tidak jadi berbelanja," kata Jupiter sambil mendesah. "Kemungkinannya kita akan terpaksa mencari boncengan untuk bisa kembali ke Rocky Beach."
12
Dengan tampang suram dipandangnya semak belukar yang menyelubungi lereng-lereng di sekitar mereka. Di sebelah kiri nampak sebuah rumah tua yang sudah reyot. Letaknya di lereng bukit, di sisi atas jalan. Kelihatan jelas bahwa bangunan itu tidak didiami lagi. Jendela-jendela di tingkat bawah ditutup semuanya dengan papan, sedang jendela-jendela di tingkat atas banyak yang sudah tidak ada kacanya.
"Di situ sudah pasti tidak ada telepon," kata Pete.
"He!" Bob menunjuk ke lereng bukit yang terletak di sebelah atas rumah tua itu. Dekat ke puncak, di sisi kanan kalau dilihat dari tempat truk terperosok dalam parit, ada segerombol pohon ekaliptus. Dan di atas pepohonan itu nampak tersembul sedikit atap bergenteng merah. "Ada rumah di sana," kata Bob lagi. "Kelihatannya besar, dan menghadap ke Ngarai Chaparral."
"Mungkin kita tidak perlu naik sampai sejauh itu," kata Jupe. "Kalian lihat bangunan tua yang kelihatannya seperti lumbung itu-kira-kira separuh jalan ke sana? Itu, ada kabel telepon menuju ke situ. Mungkin ada orang mendiaminya, dan jika memintas lewat ladang jagung ini-"
Jupiter tertegun, sementara air mukanya menampakkan perasaan heran.
"Ada apa?" tanya Bob.
"Ladang jagung ini," kata Jupiter. ia memandang ladang itu sambil bersandar ke pagar pembatas jalan. "Kalian pernah mendengar, ada
13
ladang jagung di tengah-tengah Pegunungan Santa Monica?"
Tanaman jagung di ladang kecil di tepi jalan itu nampak tinggi menghijau disinari matahari bulan Agustus yang panas. Buahnya sudah besar-besar, dan tanah di sekeliling tanam-tanaman itu nampak lembap. Rupanya ada yang rajin mengairinya. Ladang itu letaknya miring ke atas, dan pada pinggirnya yang sebelah atas ada sebuah boneka berwujud orang-orangan yang ditenggerkan di atas pagar. Mata boneka itu, yang berbentuk segi tiga hitam di tengah muka yang terbuat dari karung goni. seolah-olah menatap keempat orang yang berada di dekat kendaraan mereka di bawah.
Jupiter menggeleng.
"Aneh-di sini ada pertanian," katanya.
"Kau mestinya malah mengucap syukur," kata Bob. "apalagi di situ ada telepon. Yuk, kita ke sana!"
Jangan semuanya," kata Jupe. "Mungkin petaninya nanti marah, kalau melihat kita beramai-ramai berjalan melintasi ladangnya."
Pete langsung duduk menyandar pada salah satu tiang pagar.
"Oke," katanya. "Kuusulkan Jupe saja yang pergi, karena jalannya mendaki terus sampai di sana. Dia perlu banyak bergerak!"
Tampang Jupiter langsung masam. Tubuhnya memang tidak langsing, dan ia tidak suka jika kenyataan itu disebut-sebut.
"Pokoknya, ada yang ke sana," kata Hans dengan cepat, ia kedengarannya khawatir
14
"Ya deh, ya deh," kata Jupiter. ia melangkahi pagar, lalu mulai berjalan di tengah-tengah tanaman jagung yang tingginya hampir mencapai kepalanya, ia melangkah dengan hati-hati, karena sadar bahwa ladang jagung di daerah pegunungan situ merupakan hal yang langka. Tapi perjalanannya melintasi ladang tidak berlangsung. tanpa bunyi Tanaman jagung yang. tersenggol bergerak-gerak menimbulkan bunyi gemeresik, sedang Jupiter sendiri mulai terengah-engah. Lereng yang didaki bertambah terjal, sehingga Jupiter harus berjalan ter-bungkuk-bungkuk
ia memandang ke depan. Orang-orangan yang tadi nampak di sela-sela tanaman jagung. Jaraknya sudah lumayan dekat sekarang, sehingga mukanya nampak jelas. Mulutnya seakan-akan menyeringai-menertawakan Jupiter.
"Beberapa meter lagi," kata Jupiter dalam hati, dan aku akan sampai di tempat yang lapang."
ia meluruskan badannya. Tiba-tiba ada sesuatu yang besar dan gelap menerjang ke arahnya, dari tempat yang lebih tinggi di lereng itu.
"Benda sialan!" Suara itu menjerit dengan sengit. "Kuremukkan kepalamu!"
Napas Jupiter terdengus. ia ditubruk seorang laki-laki bermata liar yang nampak marah sekali, sehingga ia terdorong ke belakang dan jatuh terjengkang menindih tanaman jagung yang ikut roboh terseret tubuhnya.
Jupiter menatap langit biru dan jagung yang
15
hijau-serta seseorang yang bagaikan bayangan hitam menindihnya dengan lutut Orang itu mencekik Jupiter dengan tangannya yang satu, sedang tangannya yang lain terangkat tinggi, menggenggam sebongkah batu yang tajam sisi-sisinya!
16
Bab 2
si peneliti serangga

Jangan!" kata Jupe dengan suara parau karena tercekik.
Orang tak dikenal itu melepaskan cekikannya. "Eh... cuma anak-anak rupanya!" ujarnya kaget Saat itu terdengar langkah orang lari bergede-bak-gedebuk menerobos ladang jagung. Ternyata Hans yang datang! Lega rasanya Jupiter ketika melihat sosok tubuh pemuda Jerman yang tinggi besar itu menjulang di dekatnya.
Kauapakan Jupiter!" sergah Hans. Diangkatnya laki-laki tak dikenal yang masih menindih Jupiter itu lalu dilemparkannya ke samping, sehingga jatuh terguling agak ke bawah. "Kure-mukkan badanmu!" bentak Hans mengancam orang itu.
Jupiter berdiri dengan gerakan gontai. Dilihatnya orang yang menyerangnya tadi mendongak memandang Hans dengan mata terpicing terke-jap-kejap, sementara tangannya meraba-raba di tanah. Rupanya orang itu sangat cadok matanya.
17
"Kaca mataku!" katanya. Suaranya terdengar agak kesal. "Kaca mataku terpental!"
Sementara itu Bob dan Pete yang bergegas naik bersama Hans juga sudah tiba di situ. Bob membungkuk, memungut kaca mata model pilot tapi berlensa tebal yang tergeletak di antara batang-batang jagung yang roboh, lalu menyodorkannya kepada laki-laki bermata cadok itu. Orang itu langsung memakainya, setelah diusapkan ke kemeja drilnya. Setelah itu ia berdiri, lalu dengan tangannya membersihkan celana jeans-nya yang kotor kena tanah.
"Apa-apaan kau ini?" tukas Hans. "Kau sinting, ya-menyerang Jupiter?!"
"Maaf," kata orang itu. ia mengatakannya dengan kikuk, seperti orang yang tidak biasa mengakui kekeliruan. "Sungguh, aku sangat menyesal, tapi kukira kau orang-orangan itu-"
ia tidak melanjutkan kalimatnya, tapi menoleh ke arah orang-orangan pengusir burung yang dengan mulut seperti menyeringai bertengger di atas pagar.
"Maksudku..." kata orang itu lagi, "eh... belakangan ini suka ada orang yang dengan seenaknya saja berkeliaran di sini. Menginjak-injak jagung dan... dan, yah... pokoknya berbuat brengsek, dan... dan kurasa aku tadi langsung marah, begitu kulihat ada orang datang dari bawah."
Orang itu berhenti sebentar. Kepalanya yang botak berkilat kena sinar matahari. Matanya berwarna pucat di balik lensa kaca mata yang
18
tebal. Jupiter melihat bahwa orang itu ternyata tidak besar tubuhnya. Hanya sedikit lebih tinggi daripada dirinya, dan kurus. Tapi berotot dan berkulit coklat kemerahan, seperti orang yang sering berada di luar dan banyak melakukan kegiatan jasmani. Jupiter menaksir bahwa umur orang itu hampir empat puluh tahun.
"Aku tadi hanya hendak menakut-nakuti saja dengan batu itu," kata orang itu lagi kepada Jupe. "Aku tidak berniat memukulmu dengannya. Aku cuma ingin melihat, siapa kau sebenarnya."
"Anda mengira aku orang-orangan itu," kata Jupe.
"Ah, tidak! Mana mungkin! Kau salah dengar, masa kau kusangka orang-orangan! Itu kan lucu! Tapi sekarang coba kaukatakan, mau apa kalian masuk ke ladang jagungku ini?"
Agak kaget juga Jupiter melihat betapa cepat orang itu mengalihkan pembicaraan. Tapi kemudian ia mengangguk, lalu mulai menjelaskan.
"Mobil kami tadi dengan tiba-tiba pecah bannya di jalan sebelah bawah sana, sehingga terperosok ke dalam parit Saya melihat ada kabel telepon terbentang menuju ke bangunan tua yang di atas sana itu, dan saya ingin bertanya ke sana apakah bisa meminjam telepon untuk meminta paman saya datang dan menarik mobil keluar dari parit. Saya hanya mengambil jalan pintas saja lewat ladang jagung ini."
"Kalau begitu maaf saja jika aku tadi menyergapmu," kata laki-laki itu setelah memahami
19
duduk perkaranya. "Ya, kau bisa meminjam telepon."
Orang itu berbalik lalu berjalan mendului, mendaki bukit. Hans dan anak-anak mengikutinya, melalui sebuah pintu di pagar lalu melintasi sebidang tanah berumput, menuju bangunan tua berwarna merah. Sampai di sana laki-laki berkepala botak itu membuka pintu tengah yang besar. Dinyatakannya lampu neon yang ada di atas, lalu dilambaikannya tangan mempersilakan yang lain-lainnya masuk.
Di Amerika, bangunan seperti itu biasanya merupakan lumbung yang sekaligus dipakai sebagai kandang dan tempat menyimpan perkakas pertanian. Tapi tidak nampak binatang peliharaan atau mesin-mesin pertanian di situ. Yang ada malah beberapa meja panjang dengan berbagai peralatan aneh di atasnya, campur aduk tapi nampak disusun rapi. Sebelum Jupiter sempat mengamati dengan lebih teliti, ia sudah dibawa ke sebuah meja yang terdapat di salah satu sisi ruangan lapang itu.
"Di situ teleponnya," kata orang itu sambil menunjuk pesawat telepon yang setengah tertimbun di bawah tumpukan bermacam-macam buku di meja itu.
Sementara Jupiter menelepon ke Pangkalan Jones, Bob, Pete, dan Hans melihat-lihat berkeliling. Di meja panjang yang paling dekat ke pintu nampak sejumlah bingkai dari kayu, berukuran sekitar 30 x 30 cm2. Pada satu sisi bingkai-
20
bingkai itu terbentang kain kelambu yang dipasangkan ke situ dengan paku payung. Sedang sisi lainnya ditutup dengan kaca. Mereka tidak melihat apa-apa dalam kotak-kotak kayu itu. Sebuah kamera terpasang pada kaki tiga, dengan lensa terarah ke salah satu bingkai yang terletak di bawahnya.
Di atas meja lain nampak beberapa stoples besar. Bob membungkuk, memandang ke dalam salah satu stoples itu. Dilihatnya ada sesuatu yang nampak seperti cabikan-cabikan lumut di situ. ia terkejut ketika kemudian menyadari bahwa yang dilihat itu bukan lumut, melainkan semut! Semut-semut coklat berkaki panjang yang saling mema-gut dengan kaki dan sepit, membentuk rantai yang berjalin-jalin. Bob menatap serangga-serangga itu tanpa berkedip, dengan perasaan takjub bercampur agak jijik.
Sementara itu Jupiter sudah selesai menelepon.
"Beres," katanya. "Dalam waktu setengah jam Paman Titus sudah akan ada di bawah."
"Bagus," kata laki-laki berkepala botak itu. lalu bergerak seakan-akan hendak mengantar tamu-tamunya ke luar. Tapi Bob mendului bertanya.
Anda mengoleksi semut?" Terdengar jelas bahwa Bob merasa heran.
"Ya, betul," kata laki-laki itu. untuk pertama talinya terdengar nada ramah dalam suaranya. "Tapi bukan cuma mengoleksi saja. Aku meng-
amati mereka, dan mencatat apa saja yang me-
21
reka lakukan. Kemudian aku mencoba menduga apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Aku terus mengamati selama beberapa waktu, dan lama-kelamaan aku bisa tahu apakah dugaanku benar."
"Rupanya Anda ini ahli entomologi," kata Jupiter.
Laki-laki botak itu tersenyum.
"Anak seumur kalian, tidak banyak yang mengenal kata itu," katanya.
"Jupe ini gemar membaca," kata Pete menjelaskan. "Kami sering tidak mengerti apa yang dibicarakannya. Anda tadi disebutnya apa-ahli ento... etom-?"
"Entomologi," kata laki-laki itu. "Itu sarjana yang meneliti serangga. Dan aku memang ahli serangga, hamaku Woolley, Dr. Charles Woolley. Selama ini aku sudah menulis beberapa buku tentang semut tentara. Sekarang aku sedang sibuk dengan buku yang baru lagi, tapi bagaimana akhirnya belum kuketahui."
Dr. Woolley mengatakannya sambil tersenyum lebar. Orang ini rupanya kalau mau bisa ramah, kata Jupiter dalam hati. Sekaligus terlintas pula dalam pikirannya bahwa kepala sarjana itu terlalu besar kalau dibandingkan dengan tubuhnya yang kurus, dan matanya agak menonjol ke luar di balik lensa kaca matanya yang tebal. Dengan kepalanya yang botak serta muka yang runcing ke bawah, Dr. Woolley mirip semut raksasa. Jupiter menatap kening orang itu. seakan-akan takkan terlalu
22
heran apabila tahu-tahu ada sepasang sungut muncul di situ.
Dr. Woolley meraba keningnya.
"Ada apa?" katanya. "Ada sesuatu di keningku?"
Jupiter terkejut.
"Tidak," jawabnya. "Saya cuma sedang berpikir tentang buku Anda yang baru itu. Jika Anda belum mengetahui akhirnya, maka mestinya Anda belum selesai dengan pengamatan serangga-serangga koleksi Anda di sini. Ini laboratorium Anda?"
"Seluruh lereng bukit ini laboratoriumku," jawab Dr. Woolley. "Di lumbung ini aku melakukan penelitian khusus. Bingkai-bingkai yang kalian lihat ada di meja itu gunanya untuk tempat semut-semut sementara aku memotret mereka. Kamera yang terpasang di atas salah satu bingkai itu diperlengkapi dengan lensa pembesar. Aku juga punya kamar gelap, di sudut sebelah sana. Semut-semut yang ada dalam stoples-stoples itu berasal dari satu koloni yang hidup dalam rumah kaca kecil yang terdapat di belakang lumbung ini. Setidak-tidaknya, di situlah koloni itu sekarang berada. Mungkin sebentar lagi mereka akan pindah ke tempat lain, karena sudah waktunya untuk itu."
"Kalau mereka berpindah nanti, Anda akan tahu bagaimana akhir buku Anda?" tanya Bob. Ke mana mereka akan pindah?" "Kemungkinannya takkan jauh-jauh dari sini,"
23
jawab Dr. Woolley. "Mungkin naik ke atas bukit, ke suatu tempat yang lebih dekat dengan rumah besar yang ada di sana. Semut banyak kemiripannya dengan lebah. Seluruh koloni tergantung dari ratu mereka. Pada saat hampir bertelur, tubuh ratu menjadi besar sekali sehingga tidak mampu bergerak, dan karenanya koloni menetap di satu tempat dan semut-semut pekerja tidak henti-hentinya berkeliaran di luar sarang untuk mencari makanan. Apabila sudah bertelur, tubuh ratu akan menjadi langsing kembali dan karenanya bisa bergerak lagi; dengan begitu seluruh koloni akan bisa berpindah tempat, atau bermigrasi. Selama aku ada di sini, koloni yang di rumah kaca itu sudah beberapa kali bermigrasi. Gerombolan semut tentara yang sedang pindah merupakan pemandangan yang benar-benar mengesankan!"
Tidak saya kira di negeri ini juga ada semut tentara." kata Jupiter. Keningnya berkerut. "Saya pernah membaca cerita-cerita seram tentang semut tentara di Afrika. Bukankah mereka itu yang suka menyerbu desa-desa penduduk asli di sana dan memakan habis apa saja yang ada di depan mereka, bahkan juga binatang yang besar-besar""
Woolley mengangguk dengan wajah riang.
"Ya, betul, semuanya mereka makan habis," ujarnya. "Kebanyakan semut adalah makhluk pemakan tumbuh-tumbuhan, tapi semut tentara memakan daging. Mereka itu serangga pengembara yang memakan binatang lain, jadi tergolong
24
buas. Penduduk asli Afrika menamakan mereka tamu, dan mereka pasti lari kalau tahu ada koloni semut jenis itu bergerak ke arah mereka. Soalnya, semut-semut itu bisa saja memakan manusia-dan itu memang sudah pernah terjadi!"
Pete bergidik mendengarnya. Tapi Woolley terus bercerita dengan bersemangat.
"Tapi mereka ada juga gunanya. Mereka memakan tikus-tikus besar, lipan, dan apa saja yang mereka temukan. Apabila penduduk pribumi Afrika kembali ke desa mereka setelah serbuan semut tentara berlalu, mereka menjumpai pondok-pondok mereka dalam keadaan bersih dari binatang-binatang perusak dan pengganggu.
Semut tentara yang hidup di benua kita ini tidak seganas semut sejenis yang ada di Afrika. Mereka juga memakan binatang-binatang kecil, tapi umumnya yang dijadikan mangsa adalah serangga-serangga lain. Kalian pasti tidak menduga bahwa semut tentara tersebar luas di benua ini. Satu jenis tertentu dapat dijumpai di seluruh kawasan Panama dan Meksiko. Jenis lainnya hidup di Amerika Serikat sini. Mereka itu bisa dijumpai di mana-mana. di sebelah selatan garis lintang utara empat puluh lima derajat Itu berarti sampai sejauh negara bagian Oregon dan Maine di utara.
Lalu ada pula koloni semut yang hidup di sisi bukit ini. Mereka bukan jenis yang lazim ditemukan di sini. Kaki mereka lebih panjang daripada jenis yang sebelumnya ada di daerah ini, dan kulit pembalut tubuh mereka lebih tebal."
25
Woolley berhenti sebentar, lalu menyambung lagi,
"Kalian mau melihat sesuatu yang menakjubkan?"
ia mengatakannya dengan wajah berseri-seri. Tanpa menunggu jawaban lagi ia langsung membuka pintu dan melangkah ke luar. Hans dan anak-anak mengikutinya, mendaki bukit.
"Tanah ini milik Chester Radford," kata sarjana ahli serangga itu. "Kalian mungkin pernah mendengar tentang dia. Orangnya sangat kaya dan dermawan. Banyak kegiatan ilmiah yang didukung olehnya. Ketika aku sedang melakukan olahraga jalan kaki di dekat sini musim panas yang lalu, aku melihat semut-semut tentara yang tidak biasa ditemukan di sini. Setelah kuteliti ternyata bahwa semut-semut itu memang bukan dari jenis yang lazim, dan koloni mereka terdapat di tanah milik Chester Radford. Tempat tinggal Mr. Radford tidak di sini, melainkan di luar negeri. Tapi aku berhasil menghubunginya. Aku diizinkannya tinggal di tanahnya ini dan memanfaatkan lumbung, yang kemudian kujadikan tempat kerja, ia juga mengusahakan uang bantuan dari Dana Radford untuk Pengembangan Pengetahuan Ilmiah, agar aku bisa melanjutkan penelitianku."
Di depan sebuah rumah kaca berukuran kecil, Woolley berhenti. Bangunan itu nampak tidak terawat. Pintunya berderik ketika sarjana itu membukanya.
"Nah, beginilah rupanya koloni Semut tentara!"
26
Charles Woolley berjongkok, ia menunjuk ke arah sesuatu yang besar dan berwarna gelap, menggantung di sisi bawah sebuah meja. Benda itu bergerak-gerak sedikit kena angin yang masuk lewat pintu yang terbuka. Gerakannya mengingatkan Jupe pada bulu binatang yang ditiup. Tapi yang menggantung itu bukan bulu, melainkan koloni besar semut-semut yang saling berpa-gutan.
"Ih!" kata Pete. ia merasa jijik.
"Sangat menarik, ya?" kata Woolley. "Mereka ini agak lain dari jenis-jenis semut tentara yang pernah kuamati sampai sekarang. Mungkin mutan, jadi salah satu kelompok jenis lama yang sedikit demi sedikit mengalami perubahan fisik sehingga menjadi jenis baru. Sudah berapa lama koloni ini ada di sini? Dari mana mereka datang? Dan akan ke mana mereka dari sini? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang ingin kuketahui jawabannya."
Hans memandang koloni semut yang tidak henti-hentinya bergerak itu.
"Kurasa lebih baik kita kembali saja ke bawah sekarang," katanya agak gelisah. "Sebentar lagi Mr. Jones pasti sudah tiba." ia pergi ke luar, disusul semenit kemudian oleh Jupe dan kedua temannya. Dalam perjalanan menuruni bukit mereka tidak lagi memintas lewat ladang jagung, melainkan merintis semak belukar. Sambil berjalan, sekali Jupiter menoleh ke belakang. Dilihatnya Woolley berdiri dekat pagar
27
ladang jagung, memandang ke arah mereka. Orang-orangan yang bertengger di atas pagar nampak seakan-akan memperhatikan mereka pula, dengan sepasang matanya yang berbentuk segi tiga dan cengiran yang kelihatan agak mengancam.
"Orang aneh," kata Pete, "benar-benar keranjingan semut!"
"Bukan itu yang aneh," kata Jupe. "Yang aneh adalah, masa aku ini oleh seorang sarjana yang serius dikira orang-orangan!"
28
Bab 3 kisah aneh

Pokoknya, aku cuma tahu bahwa dari sini ke belokan di Rock Rim Drive itu lebih dari lima mil jauhnya," kata Pete, "dan boleh dibilang menanjak terus. Nah, kenapa aku harus setengah mati menggenjot sepeda pada saat hari sedang panas-panasnya begini, padahal di sana hanya akan sekali lagi melihat orang-orangan itu?"
Saat itu beberapa jam setelah ketiga remaja itu mengalami petualangan di lereng bukit yang merupakan tanah milik Radford. Pete, Jupe, dan Bob duduk makan es krim di sebuah restoran, Sea view Cafe, di Rocky Beach, sambil bercakap-cakap tentang kejadian-kejadian yang mereka alami pagi itu. Jupiter baru saja menceritakan bahwa ia sudah minta izin agar tidak usah pergi mendatangi rumah yang terletak di Pegunungan Santa Monica, yang pemiliknya hendak menjual segala harta bendanya. Paman Titus sendiri yang akan ke sana, karena Jupe ingin kembali ke ladang jagung yang baginya menimbulkan berba-
29
gai tanda tanya. Tapi Pete dan Bob tidak bisa dibilang gembira dengan perubahan rencana itu.
"Kau tidak punya perasaan ingin tahu, ya?" tukas Jupe kepada Pete. "Kau tidak ingin menyelidiki orang-orangan aneh itu?"
"Apanya yang aneh?" balas Pete menukas. "Kan cuma orang-orangan biasa yang dibungkus pakaian bekas!"
"Baiklah-tapi kalau begitu kenapa Charles Woolley menyerang aku tadi?" tanya Jupe. "Kenapa aku dikiranya orang-orangan yang hidup?"
"Kurasa kau ini membesar-besarkan persoalan sepele," kata Bob. "Itu terjadi karena kegugupan Woolley saja."
Jupiter menggeleng.
"Tidak, bukan cuma itu saja." katanya. "Reaksinya tadi terlalu gugup! Berapa banyak orang yang begitu beringas seperti dia tadi, menghadapi orang tak dikenal yang masuk tanpa minta izin? Woolley tadi menggenggam batu. Jika aku dipukulnya dengan batu itu, kurasa tulang kepalaku bisa retak karenanya.
"Padahal, menurutku ia sebenarnya berwatak lembut. Begitu menyadari siapa aku, ia langsung bersikap biasa, ia marah sekali, hanya karena mengira aku bukan manusia. Ingat, aku disebutnya "Benda sialan!" Itu kan aneh. Kalau aku tadi dikatakannya penjahat atau semacam itu, aku takkan merasa heran. Tapi aku disebutnya Benda!" Kemudian, ketika minta maaf, ia mengatakan bahwa aku disangkanya orang-orangan."
30
Pete terkekeh.
"Mana mungkin! Badanmu terlalu gendut," katanya.
Seorang pria yang masih muda, berkemeja lengan pendek dan bercelana warna gelap, berdiri sambil minum kopi di meja panjang yang terdapat pada salah satu sisi restoran itu. ia berpaling, memandang Jupe.
"Kau memang terlalu gempal, tidak mungkin kau orang-orangan itu," katanya. "Dan terlalu pendek."
Ketiga remaja jtu menoleh ke arahnya sambil melongo. Orang itu mengambil cangkir kopinya, lalu mendatangi meja mereka. Pete menggeser duduknya sedikit, memberi tempat bagi orang itu.
"Mudah-mudahan saja kalian memang sedang bicara tentang orang-orangan yang di Chaparral Canyon Road," kata orang itu. "Yang gentayangan di tanah milik Radford. Kalau ternyata ada lebih dari satu orang-orangan yang suka gentayangan di bumi ini-wah, gawat!"
"Maksud Anda, orang-orangan itu memang benar bisa berjalan?" kata Jupe.
Orang itu mengangguk. Nampak bahwa ia senang melihat tanggapan anak-anak terhadap kata-katanya tadi.
"Aku pernah melihatnya," katanya. "Namaku Conklin, Larry Conklin. Aku bekerja untuk perusahaan Safe-T-System. Perusahaanku membuat peralatan pengaman terhadap pencuri, dan sekaligus memasang serta membetulkan kalau ada
31
yang rusak. Sistem pengaman Museum Mosby di Chaparral Canyon, itu kami yang membuat."
"Aku kenal tempat itu," kata Jupe sambil mengangguk.
"Hebat, ya?" kata Larry Conklin. "Kudengar jutawan tua Mosby yang membangunnya, menginginkan rumahnya itu lebih kokoh daripada benteng. Tapi itu memang perlu, karena tempat itu penuh dengan lukisan-lukisan hebat dari segala penjuru dunia. Kami memperlengkapinya dengan sistem pengaman yang benar-benar jempolan. Dan kami memeriksanya paling sedikit seminggu sekali, untuk memastikan bahwa semuanya beres."
"Tapi bagaimana dengan orang-orangan yang Anda katakan tadi?" kata Jupiter.
"O ya. Nah, pada suatu malam-kurang lebih seminggu yang lalu-aku kebetulan bertugas ke museum itu. Ketika aku sudah selesai dengan tugasku di situ dan hendak masuk ke mobil, tahu-tahu kulihat orang-orangan itu melintas di samping rumah Radford. Rumah itu terletak tepat di seberang jalan. Hanya sekejap saja orang-orangan itu kulihat, karena kemudian lari menghilang ke arah sebelah bawah bukit."
Larry Conklin berhenti sebentar untuk meminum kopinya.
"Lalu, setelah itu?" desak Jupiter
"Sesudah itu ya sudah, tidak ada apa-apa lagi," jawab Conklin. "Kusangka aku saja yang salah lihat, karena saat itu sudah mulai gelap. Aku
32
berdiri seperti terpaku, sementara membayangkan lagi dalam pikiranku apa yang waktu itu baru saja kulihat. Dan gambaran yang nampak jelas sekali! Aku tidak salah lihat, yang nampak memang orang-orangan itu. Tapi karenanya aku tidak lantas kembali ke museum dan melaporkan •bahwa ada orang-orangan gentayangan di sekitar situ. Kalau itu kulakukan, pasti aku disangka gila!"
"Ya, itu sudah pasti!" kata Pete.
"Karenanya lega hatiku mendengar pembica-raan kalian tadi," kata Conklin. Ditatapnya Jupiter. Jadi ada orang yang mengira kau orang-orangan itu? Padahal sama sekali tidak mirip."
"Saat itu aku berjalan melintas lewat ladang jagung," kata Jupiter menjelaskan. "Orang yang salah sangka itu tidak bisa melihat aku dengan jelas."
"Itu rupanya sebabnya," kata Conklin lagi. "Seperti apa rupanya orang-orangan itu?" tanya Bob.
Larry Conklin mengerutkan keningnya, mengingat-ingat.
"Tingginya sedang. Begitulah, sekitar satu meter tujuh puluh," katanya. "Kurus, memakai topi hitam dan jaket berwarna terang. Mukanya tidak kulihat jelas. Tapi aku tahu bahwa yang kulihat itu orang-orangan pengusir burung, karena jerami yang bersembulan keluar dari lengan kemejanya."
Conklin meneguk kopinya sampai habis, lalu berdiri.
"Aku tidak mencampuri hal-hal yang bukan
33
urusanku," katanya, "dan kurasa sebaiknya kalian juga bersikap begitu. Menurutku, orang-orangan itu ada hubungannya dengan sesuatu yang sangat tidak menyenangkan. Kenapa tidak kalian lupakan saja urusan itu?"
Ketiga remaja itu tidak mengatakan apa-apa. Kemudian Conklin keluar, meninggalkan restoran.
Jupiter melirik ke arah Bob dan Pete.
"Kalian mau melupakan urusan itu?" katanya.
"Mau saja, tapi kau pasti akan tetap berkeras," jawab Pete. "Karena itu kita berangkat saja sekarang. Ladang jagung itu kan lumayan jauhnya dari sini."
Ketiga remaja itu mengambil sepeda mereka dari tempat penyimpanan di luar restoran, dan tidak lama kemudian sudah meluncur di jalan besar yang menyusur pesisir, menuju ke utara. Kemudian membelok ke Chaparral Canyon mendaki daerah berbukit-bukit.
Ketika sampai di persimpangan dengan Rock Rim Drive yang menuju ke kanan. Pete berhenti. Ditunggunya Bob dan Jupe yang agak tertinggal di belakang.
"Kita ke sana melintasi ladang jagung, seperti tadi pagi?" katanya ketika kedua temannya itu sudah tiba.
"Aku tidak kepingin membuat Dr. Woolley kesal lagi," kata Jupiter. "Lihatlah ke depan! Bukankah itu jalan tanah yang memotong lewat tanah milik keluarga Radford lalu menuruni bukit, menuju ke ladang jagung itu?"
34
"Kurasa, kalau kita mengambil jalan lewat situ pun sarjana itu tetap saja akan kaget dan gugup karenanya," kata Bob.
"Tapi setidak-tidaknya kita takkan seolah-olah hendak sembunyi-sembunyi," balas Jupiter. ia mendului mendaki jalan menuju lintasan tak beraspal yang memotong tanah milik Radford. Sesampai di sana, ketiga remaja itu bisa melihat bangunan bekas lumbung tempat Dr. Woolley melakukan penelitiannya. Bangunan itu terletak agak jauh di sebelah bawah tempat mereka berada. Di sebelah kiri dan sedikit di atasnya terdapat rumah kaca tempat koloni semut. Dan di belakang rumah kaca itu ada sederetan pohon ekaliptus yang berjejer-jejer sepanjang lereng. Jalan tak beraspal itu berakhir di bawah pepohonan itu.
Jupiter memandang ke depan, menyusur Chaparral Canyon. Dilihatnya sebuah rumah putih anggun beratap genting merah. Susunan bangunannya membentuk huruf L. Dan di sudut yang dibentuk oleh kedua bagian bangunan itu ada kolam renang. Pekarangan sekeliling rumah itu ditumbuhi rumput yang terpelihara rapi, kelihatannya seperti permadani beludru hijau.
Di seberang jalan, berhadap-hadapan dengan tempat kediaman yang anggun itu, ada sebuah bangunan berbentuk aneh. Keseluruhannya terbuat dari beton, dan tanpa jendela. "Itu Wisma Mosby," kata Pete mengomentari. Bangunannya aneh! Sebagai museum juga
35
aneh, karena-masa membuat museum di tengah-tengah pegunungan!"
"Itu dulu tempat kediaman Mosby, ketika ia masih hidup," kata Jupiter. "Orang-orang kaya banyak yang tinggal di sekitar sini. Bangunan itu setidak-tidaknya sesuai dengan kegunaannya. Tidak adanya jendela malah menguntungkan, karena di dalamnya terdapat koleksi karya seni yang sangat berharga. Dengan begitu aman dari gangguan pencuri."
"Tapi tetap saja jelek kelihatannya," kata Bob. "Keluarga Radford pasti marah-marah ketika gedung itu dibangun!"
Ketiga remaja itu memasuki lintasan beralas tanah, mendorong sepeda mereka menuju pohon-pohon ekaliptus. Mereka tidak bercakap-cakap lagi sekarang. Perasaan mereka tegang, terbayang penampilan Charles Woolley yang marah-marah dan bersikap mengancam pagi itu, ketika mereka melihatnya untuk pertama kali.
Ketika Jupiter beserta kedua temannya sampai di keteduhan pepohonan, nampak ladang jagung terbentang di bawah, serta orang-orangan pengusir burung yang terpancang pada pagar pembatas. Mereka mendatangi pagar, lalu mengamat-amati orang-orangan itu.
Boneka itu tidak berkaki. Badannya terpancang pada sebatang tongkat yang dipakukan ke pagar. Sebatang tongkat lagi yang dipasang pada tongkat pertama membentuk kedua lengannya. Orang-orangan itu memakai topi berwarna hitam.
36
jaket dari bahan korduroi yang sudah lusuh serta sepasang sarung tangan kerja berwarna kelabu yang sudah tua. Lengan jaketnya menggelembung karena diisi jerami. Kepalanya terbuat dari karung goni berisi jerami. Bagian lehernya diikat dengan tali. Matanya sepasang segi tiga hitam yang digambar pada kain karung, sementara sebuah garis hitam memanjang membentuk mulut.
"Orang-orangan ini tidak mungkin bisa berjalan," kata Jupe mengomentari.
Tiba-tiba terdengar bunyi napas tersentak. Ketiga remaja itu menoleh. Mereka melihat seorang wanita berdiri di sebuah jalan setapak yang menyusur di bawah pohon-pohon ekaliptus. Dilihat sepintas lalu, wanita itu kelihatannya seperti model iklan yang menawarkan barang mahal. Raut mukanya kurus dan anggun, seperti wajah wanita bangsawan, ia memakai setelan celana panjang biru dan kemeja luar berkembang-kembang, kedua-duanya dari bahan sutra. Walau bergaya santai, tapi nampaknya anggun.
Namun ketika anak-anak memperhatikan dengan lebih teliti, baru mereka lihat bahwa wajah wanita itu nampak tegang. Matanya cekung, sedang rambutnya yang pirang tidak kelihatan segar.
Wanita itu menatap anak-anak. "Apa katamu tadi?" tanyanya pada Jupiter. "Saya mengatakan-" Jupiter tidak melanjut-kan kalimatnya, karena konyol rasanya meng-
37
ulangi ucapannya bahwa orang-orangan itu tidak bisa berjalan. Dan Jupiter paling tidak suka terdengar seperti orang konyol.
"Kau mengatakan, dia tidak bisa berjalan," ujar wanita itu. Suaranya meninggi dan agak tajam, seakan-akan ia nyaris tidak bisa mengendalikan perasaannya lagi. "Apa yang kauketahui tentang orang-orangan ini?"
"Terus terang saja, tidak tahu apa-apa," kata Jupiter. "Kami tadi berjumpa dengan seorang laki-laki, di kota. Orang itu mengatakan, ia melihat ada orang-orangan berkeliaran di sekitar sini. Kedengarannya aneh, dan karena itu kami lantas kemari, untuk melihatnya sendiri."
"Ada orang melihat orang-orangan itu?" Wanita itu menanyakannya dengan wajah berharap. "Siapa dia? Di mana dia sekarang?"
Jupiter ragu-ragu. Larry Conklin bekerja pada perusahaan yang menangani sistem keamanan Museum Mosby. Bagaimana tanggapan para atasannya nanti jika mereka mendengar bahwa Conklin menceritakan kisah aneh tentang orang-orangan yang dilihatnya berlari pada waktu senja?
"Nah?" kata wanita itu dengan nada mendesak.
"Dia cuma kebetulan lewat saja," kata Jupe. "Kami tidak mengenal dia. Katanya, ia melihat orang-orangan itu di atas bukit, dekat rumah Chester Radford."
"Dari semula sudah kusangka!" seru wanita itu, lalu tertawa histeris. "Ternyata memang benar ada
38
orang-orangan yang bisa berjalan. Ada orang lain yang melihatnya juga!"
ia menutupi mukanya dengan kedua belah tangan, lalu menangis tersedu-sedu.
39
Bab 4 wanita sinting

Anak-anak hanya bisa melongo saja menatap wanita yang menangis itu. Mereka bingung, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Untungnya wanita itu dengan cepat sudah bisa tenang kembali, ia memandang anak-anak dengan sikap kikuk.
"Maaf," katanya, "kalian pasti menyangka aku ini sudah gila. Orang-orang semuanya memang beranggapan bahwa aku gila. Tapi aku tidak gila, kan? Orang-orangan itu memang gentayangan!"
Jupiter memandang boneka tak berkaki yang terpancang di atas pagar itu dengan sikap sangsi.
"Yah-tentu saja yang gentayangan itu bukan dia," kata wanita itu lagi. "Mungkin yang lain, tapi mirip dengan dia."
Jupiter tersenyum ragu.
"Maksud Anda, orang-orangan ini mungkin ada kembarannya?"
"Entah, tentang itu aku tidak mau tahu!" tukas wanita itu. "Pokoknya, ada orang lain melihat orang-orangan gentayangan di sekitar sini! Ku-
40
minta kalian agar mengatakan pada Mrs. Chumley bahwa aku tidak mengada-ada. Bukan cuma ada dalam khayalanku saja!"
"Tidak banyak yang bisa kami ceritakan pada siapa pun juga," kata Jupiter.
"Kalau begitu pergi dari sini!" bentak wanita itu. "Mau apa kalian di sini? Ini bukan urusan kalian!"
"Memang," balas Jupiter dengan tenang. "Tapi ada orang-orangan yang bisa berjalan, itu teka-teki yang menarik. Sedang kami ini menyukai teka-teki."
Jupiter membuka dompetnya, mengambil selembar kartu nama dan menyodorkannya kepada wanita itu yang langsung membaca tulisan yang tertera di situ.

TRIO DETEKTIF Kami Menyelidiki Apa Saja" ? ? ?

Penyelidik Satu ...Jupiter Jones
Penyelidik Dua ...Pete Crenshaw
Data dan Riset ...Bob Andrews

"Aku tidak mengerti," kata wanita itu. Kami ini detektif swasta," kata Jupiter menjelaskan.
"Tidak mungkin!" kata wanita itu.
"Tapi itu kenyataannya," kata Jupiter tegas, dengan gaya seriusnya. "Seperti dilambangkan ketiga tanda tanya itu, kami merasa tertarik pada
41
hal-hal yang tidak lazim. Dan kami tidak pernah langsung beranggapan bahwa pendapat orang lain tidak masuk akal sebelum kami menyelidikinya. Itulah sebabnya kenapa kami cukup sering berhasil menangani kasus-kasus yang membingungkan penyelidik-penyelidik lainnya yang bekerja dengan cara yang lazim."
"Kurasa kalian tidak main-main," kata wanita itu. "Baiklah, kusewa tenaga kalian. Sekarang ikutlah ke rumah dan katakan pada Mrs. Chumley bahwa orang-orangan itu bisa berjalan-nanti kuberi imbalan yang layak."
Jupiter memandang kedua temannya lalu bertanya,
"Kita kan tidak mau menerima bayaran, hanya untuk mengulangi cerita orang?"
"Tidak." kata Bob, "untuk itu kita tidak perlu dibayar."
"Baiklah, kalau begitu ikut aku." kata wanita itu.
ia berjalan mendului menuju ke rumah, diiringi oleh ketiga anggota Trio Detektif.
"Siapakah Mrs. Chumley itu?" tanya Pete sambil berjalan.
"Dia dulu sekretaris pribadi ibuku, dan sekarang mengurus rumah tangga kami," kata wanita itu. "O ya, aku Letitia Radford. Aku tinggal di sini. Kadang-kadang, jika tidak sedang berada di tempat lain."
"Dan Anda melihat orang-orangan itu berjalan?" tanya Jupiter memancing.
"Ya, bahkan beberapa kali." kata wanita itu.
42
"Kurasa dia... kurasa dia datang mencari aku. Pada saat senja. Selalu kalau hari sudah senja."
Sementara itu mereka sudah keluar dari bawah pepohonan, dan kini melintasi pekarangan yang ditumbuhi rumput
"Kecuali aku, tidak ada lagi yang pernah melihat dia," kata wanita itu melanjutkan. "Mereka beranggapan aku ini sudah gila! Menurut mereka, orang-orangan itu hanya ada dalam khayalanku saja!"
ia berhenti melangkah. Di wajahnya terbayang rasa takut bercampur jijik.
"Aku benci pada orang-orangan. Dan serangga! Aku jijik melihat serangga!"
ia bergidik, lalu meneruskan,
"Tapi sudahlah, pokoknya kalian katakan saja nanti pada Mrs. Chumley, apa yang kalian ceritakan tadi padaku. Karena desakannya, aku sekarang ditangani seorang ahli penyakit jiwa di Beverly Hills. ia merasa pasti, aku ini sudah gila."
Wanita yang bernama Miss Radford itu berjalan menyeberangi halaman rumput, lalu menaiki sejumlah anak tangga dari batu bata yang membatasi teras di sisi Wisma Radford. Anak-anak yang mengikutinya, dengan perasaan kagum memandang kolam renang luas yang sebelumnya sudah mereka lihat dari arah jalan. Sebuah meja terdapat di samping kolam itu. Di atasnya nampak telah ditata perlengkapan makan untuk dua orang. Seorang pria langsing berambut pirang mengarah ke putih dan memakai jas putih yang
43
biasa dipakai pelayan yang bekerja pada keluarga kaya berjalan mondar-mandir di dekat meja. Kelihatannya seperti sedang memeriksa apakah semua sudah beres.
"Burroughs, mana Mrs. Chumley?" tanya Letitia Radford.
"Di kamarnya, Miss," jawab pria itu dengan logat orang Inggris. "Istri saya sudah ke sana untuk membantunya. Katanya-"
"Cukup, itu dia. sudah datang."
Seorang wanita mengenakan pakaian seragam hitam dan celemek putih mendorong sebuah kursi roda lewat ambang sebuah pintu dan keluar ke teras. Di kursi itu duduk seorang wanita yang nampaknya berumur enam puluhan. Rambutnya yang sudah putih dikeriting, sedang pipinya yang pucat dilapisi bahan pewarna merah. Kakinya tidak nampak, karena terbungkus selimut wol berpola kotak-kotak.
"Ah, kau sudah ada di sini rupanya, Letitia," katanya. Matanya yang berwarna gelap dan kemilau terarah pada Jupiter serta kedua temannya. "Dan siapa anak-anak muda ini?" tanyanya.
"Mereka ini Trio Detektif, Mrs. Chumley," kata Letitia Radford. Dipandangnya kartu yang tadi diberikan Jupiter kepadanya, lalu ditatapnya remaja itu sekilas. "Kurasa kaulah yang bernama Jupiter Jones, Penyelidik Satu," katanya.
"Betul," kata Jupiter.
"Dan remaja yang kekar itu mestinya Pete Crenshaw." sambung Miss Radford. "karena yang
44
memakai kaca mata itu pasti Bob Andrews, yang menangani urusan riset."
"Dugaan Anda tepat," sambut Bob sambil nyengir.
"Aku tadi menjumpai mereka ini sedang memeriksa orang-orangan yang dipasang Woolley sinting itu di pinggir ladang jagungnya," kata Letitia Radford pada wanita yang duduk di kursi roda, "dan coba tebak apa yang mereka katakan padaku!"
"Apa kata mereka?" kata wanita di kursi roda itu.
"Mereka ingin tahu, karena seorang laki-laki yang berjumpa dengan mereka di kota mengatakan bahwa ia melihat ada orang-orangan gentayangan di sekitar sini!"
Letitia mengatakannya dengan nada puas. Tapi Mrs. Chumley menanggapinya dengan sikap biasa saja.
"O ya?" katanya berbasa-basi. "Bagaimana jika mereka menceritakannya sambil ikut minum teh dengan kita?" ia berpaling pada pria yang berjas putih. "Tolong tambah tiga tempat lagi, Burroughs."
"Baik," kata pria itu, lalu masuk ke rumah bersama istrinya, sementara Mrs. Chumley menggerakkan kursi rodanya menghampiri meja.
"Jadi kalian berjumpa dengan seseorang yang melihat ada orang-orangan berkeliaran di sini," katanya pada anak-anak. "Ajaib! Ayo, duduklah, dan ceritakan pada kami."
45
Jupiter memilih tempat duduk di sebelah Mrs. Chumley.
"Kejadiannya memang aneh." katanya, ia tidak sempat mengatakan apa-apa lagi. karena saat itu Charles Woolley datang dari arah halaman berumput. Matanya yang terlindung di balik lensa kaca matanya yang tebal ditatapkan ke arah anak-anak dengan sikap menuduh.
"Ada apa di sini?" tanya sarjana berkepala botak itu dengan ketus.
"Kami baru saja hendak minum teh, Dr. Woolley," kata Letitia Radford dengan nada tidak ramah. "Ada perlu apa?"
Dr. Woolley datang menghampiri dengan langkah kaku.
"Kalian bohong! Mengaku mobil kalian mogok!" tukasnya pada anak-anak. "Kalian cuma mencari alasan saja agar bisa masuk ke laboratoriumku dan... dan..."
Sarjana itu tertegun, kelihatannya seperti bimbang.
"Masuk ke laboratorium Anda lalu melakukan apa?" tanya Jupe. "Kami tadi kan cuma menelepon saja di situ. Tapi ajaibnya, kemudian kami berjumpa dengan seorang pria yang mengaku melihat ada orang-orangan berkeliaran di sekitar sini. Dan kami dengar, Miss Radford ternyata juga melihatnya. Katanya, ia satu-satunya di sini yang melihatnya. Betulkah itu, Dr. Woolley?"
Charles Woolley tidak menjawab. Tapi air mukanya berubah, nampak menjadi merah.
46
"Anda juga melihatnya!" seru Letitia Radford sambil berdiri dengan cepat. "Benar, kan? Anda juga melihatnya!"
"Yah, terus terang, saya memang melihat sesuatu," kata Charles Woolley mengaku, ia mengatakannya dengan segan-segan. "Pada malam saya menelepon polisi-ketika ada orang memasuki laboratorium saya. Saya melihat sekilas sesuatu yang kelihatannya seperti orang-orangan pengusir burung."
Tapi waktu itu Anda mengatakan, orang yang hendak mencuri!" kata Miss Radford.
"Saya tidak ingin menyebabkan Anda cemas," kata Woolley. "Kecuali itu, saya sudah cukup repot dengan polisi. Maksud saya, waktu itu Chief Reynolds datang dari Rocky Beach bersama polisi yang menerima telepon saya. Sayang Anda tidak melihat air mukanya sewaktu saya katakan padanya bahwa ada orang-orangan masuk ke laboratorium saya dan mencuri sebuah botol yang penuh berisi semut, setelah kepala saya dipukul olehnya!"
Letitia Radford tertawa.
"Pasti Chief Reynolds mengira Anda sudah sinting!" serunya. "Tapi kenapa Anda tidak bercerita apa-apa pada saya? Orang-orang di rumah ini, semua beranggapan bahwa saya ini sudah sinting. Kenapa kejadian itu tidak Anda katakan pada saya? Sampai hati Anda, bersikap begitu kejam!"
"Saya kan harus menjaga nama saya selaku ilmuwan," balas Woolley dengan marah. "Saya
47
harus menjaga diri, jangan sampai terlibat dengan urusan yang aneh-aneh. Saya kan sedang sibuk dengan penelitian yang penting!"
"Uhh, Anda ini benar-benar menyebalkan!" seru Letitia Radford. ia berbalik, lalu bergegas masuk ke rumah. Mrs. Chumley memperhatikan dia lari dengan pandangan prihatin.
Woolley mendesah.
"Minta ampun aku, kalau harus menghadapi wanita yang histeris," katanya, lalu berpaling pada anak-anak. "Tapi kalian belum memberi penjelasan, apa yang kalian lakukan di sini."
"Kami tadi kembali kemari untuk memeriksa orang-orangan itu," kata Jupiter. "Kami rasa itu perlu dilakukan, setelah Anda keliru tadi pagi, menyangka bahwa saya ini dia."
"Tadi pagi kalian memasuki tanah milik orang tanpa izin," kata Woolley dengan nada menuduh, "dan sekarang kalian mengintip-intip."
"Jika Anda mencurigai kami, kenapa tidak Anda telepon saja Chief Reynolds?" kata Bob. "ia kenal kami."
"Itu akan kulakukan," kata Woolley, lalu berseru, "Burroughs! Tolong bawakan telepon kemari!"
Sesaat kemudian pelayan itu sudah muncul. Dimasukkannya ujung kabel pesawat telepon yang dibawanya ke lubang sambungan yang terdapat di samping pintu, lalu ia masuk kembali ke rumah setelah menyerahkan pesawat itu kepada Dr. Woolley. Sarjana itu memutar nomor
48
kantor pusat kepolisian kota Rocky Beach, dan minta bicara dengan Chief Reynolds.
"Di sini Dr. Charles Woolley! Saya menelepon dari rumah keluarga Radford." katanya dengan gaya tegas. "Ada tiga anak remaja berkeliaran keluar-masuk sepanjang hari di sini dan memeriksa orang-orangan kami. Saya ingin tahu..."
ia berhenti sebentar untuk mendengarkan.
"Ya, betul, seorang di antaranya agak gemuk," katanya kemudian, ia mendengarkan lagi, lalu memandang Jupe. "Namamu Jupiter Jones?"
Jupe mengangguk.
Charles Woolley berbicara lagi lewat telepon.
"Ya, katanya dia Jupiter Jones."
Sarjana itu mendengarkan lagi, lalu mengucapkan terima kasih dan meletakkan gagang pesawat ke tempatnya.
"Chief Reynolds minta padaku untuk memberi tahu kalian, jangan cari-cari kesulitan," katanya. "Katanya, kalian tidak apa-apa, bahkan bisa diandalkan. Malah aku yang agak disangsikannya."
Saat itu terdengar suara orang menjerit. Datangnya dari dalam rumah. Bunyinya melengking tinggi, dan berulang-ulang.
"Astaga!" seru Mrs. Chumley. "Itu suara Letitia! Apa lagi yang terjadi sekarang?!"
49
Bab 5
kejutan yang tidak menyenangkan

Woolley dan Trio Detektif berlari masuk ke dalam rumah. Mereka menjumpai Letitia Radford meringkuk sambil merapat ke dinding di serambi tangga tingkat atas.
"Ada semut!" jeritnya, ia menuding ke arah sebuah pintu. "Di dalam situ! Berjuta-juta!"
"Astaga!" kata Woolley. Dibukanya pintu, dan bersama ketiga remaja yang menyertainya ia masuk ke dalam sebuah ruang duduk berukuran kecil tapi nampak apik. Di belakangnya nampak kamar tidur yang besar dan berbentuk persegi empat. Di dalamnya ada tempat tidur besar berlangit-langit yang terpasang pada empat tiang di sudut-sudutnya. Dan di tempat tidur itu nampak ratusan semut berkeliaran!
Woolley tertegun, ia hanya menatap saja dengan mata terbelalak, seakan-akan bingung.
"Mrs. Burroughs!" teriak Letitia dari ujung atas tangga. "Ambilkan alat penyemprot serangga, Mrs. Burroughs! Cepat!"
50
"Mungkinkah itu semut-semut Anda yang hilang?" kata Jupe.
Woolley menghampiri tempat tidur, lalu mendekatkan kepala untuk memperhatikan semut-semut yang berkeliaran di situ. "Kelihatannya memang begitu."
"Nah, nah, ada apa ini?" kata seseorang bersuara besar di belakang mereka.
Anak-anak berpaling.
Mereka melihat Mrs. Burroughs berdiri di ambang pintu. Wanita itu membawa kaleng obat penyemprot serangga. Dekat sekali di belakangnya nampak Letitia Radford yang memandang ke dalam dengan perasaan ngeri bercampur jijik.
"Coba kalian minggir dulu," kata Mrs. Burroughs. "Akan kubereskan binatang-binatang jelek itu!"
Penampilan wanita itu riang dan tegas, sementara gaya bicaranya kentara sekali berlogat asli London, ia bergegas masuk lalu menyemproti semut-semut itu.
"Jangan takut, Miss," katanya pada Letitia Radford. "Akan kita singkirkan binatang-binatang menjijikkan ini. lalu akan kutukar seprainya supaya semua bersih dan nyaman kembali, seperti semula."
Letitia memandang Woolley dengan mata melotot.
"Ini semuanya karena Anda!" tuduhnya. "Selama ini belum pernah ada serangga masuk ke dalam rumah, sampai Anda muncul dengan
51
segala kamera, botol, tabung-tabung plastik, dan..."
"Nanti dulu, Letitia," kata Woolley memotong, "sebelum aku datang pun sudah ada semut-semut itu di bukit-bukit sekitar sini. Sedang tentang mereka masuk ke dalam rumah-"
"Mereka bukan masuk sendiri, tapi dibawa masuk," kata Jupe.
ia membungkuk untuk memungut sebuah botol yang tersembul sedikit dari bawah tempat tidur Rupanya jatuh ke situ. Di dalamnya ada beberapa ekor semut
"Milik Anda?" tanyanya pada Woolley.
Sarjana itu mengangguk.
"Kelihatannya seperti yang diambil orang-orangan itu," katanya.
"Orang-orangan yang mencuri!" kata Jupe sambil nyengir. Kelihatannya senang. "Bertambah asyik saja urusan ini!"
"Kau kedengarannya malah senang!" teriak Letitia Radford dengan marah. Pipinya yang pucat kini nampak semu merah. "Ayo keluar!" ia berpaling pada Woolley. "Anda juga! Keluar, dan bawa semut-semut Anda yang menjijikkan itu! Akan kutelepon abangku malam ini juga. Besok, Anda pasti sudah harus pergi dari sini!"
"Nah, nah," kata Mrs. Burroughs dengan nada seperti sedang berbicara dengan anak yang sedang ngambek. Diletakkannya kaleng obat penyemprot serangga, lalu dibungkusnya semut-semut yang mati dengan seprai.
52
"Sekarang pergilah dulu dan bawa ini," kata wanita itu sambil menyodorkan seprai pembungkus semut-semut pada Dr. Woolley. "Tentang siapa yang melakukannya, nanti bisa kita selesaikan."
Woolley menerima bungkusan itu tanpa mengatakan apa-apa, lalu pergi ke luar. Jupiter dan kedua temannya mengikutinya turun ke bawah.
Sesampai di serambi dalam di tingkat bawah, sarjana itu berhenti sebentar. Dipandangnya ketiga remaja yang mengikutinya.
"Nampaknya kalian baru saja kehilangan pekerjaan," katanya dengan nada menyesal. "Mudah-mudahan saja aku tidak sampai harus menghentikan penelitianku. Letitia itu memang selalu begitu, suka mengusir orang karena ini atau itu. Tapi cukup sering ia lupa lagi, begitu sudah tenang kembali. Kita lihat saja apakah ia benar-benar menelepon abangnya nanti malam."
Dr. Woolley mengangkat bahu dengan sikap pasrah, lalu keluar lewat pintu depan dengan menjinjing seprai yang dijadikan pembungkus semut-semut mati. Sedang anak-anak melintasi ruang tamu dan keluar ke teras. Mrs. Chumley masih ada di situ. ia menghirup tehnya dengan tenang, seakan-akan serbuan semut besar merupakan kejadian sehari-hari. Anak-anak memberi tahu bahwa mereka ternyata tidak bisa ikut minum teh di situ. Mrs. Chumley menanggapi pemberitahuan itu dengan penyesalan yang terasa jelas merupakan basa-basi belaka.
53
Anak-anak masih pada waktunya tiba kembali di Rocky Beach untuk makan malam. Mereka tidak sempat lagi membicarakan kejadian-kejadian aneh yang dialami hari itu. Mereka baru bisa melakukannya keesokan paginya, di bengkel kerja Jupiter.
Bengkel itu terletak di salah satu sudut pekarangan Pangkalan Jones yang dipisahkan dari tempat selebihnya oleh tumpukan barang-barang bekas yang diatur rapi. Hujan dan angin tidak bisa mengganggu, karena dinaungi atap yang terdapat di sepanjang tepi sebelah dalam pagar pekarangan untuk melindungi barang-barang dagangan yang berharga. Di bengkel itu ada mesin cetak yang diperbaiki sendiri oleh Jupiter dengan berbagai suku cadang yang diperolehnya di pangkalan itu. Selain itu ada pula di situ sebuah mesin bubut, sebuah gergaji, sebuah mesin bor, begitu pula sebuah kursi putar dan bangku kerja.
Ketika Pete dan Bob tiba di situ, Jupe sedang duduk di kursi putar sambil menatap kosong ke depan.
"Sedang memikirkan orang-orangan itu?" tanya Bob.
"Kalian tidak?" balas Jupiter.
"Tentu saja! Dan juga tentang semut-semut itu. Siapa sih yang begitu iseng, mencuri segerombolan semut lalu menaruh mereka di ranjang seorang wanita?"
"Seseorang yang tidak suka pada wanita itu," kata Pete. "Mungkin saja orang tidak gampang
54
bisa suka pada Miss Letitia Radford. Orangnya cepat marah, sih!"
Perhatiannya beralih ke mesin cetak. Lampu yang tergantung di atas mesin itu berkelip-kelip, tanda bahwa pesawat telepon di kantor mereka berdering.
Kantor ketiga detektif remaja itu sebuah karavan tua yang tidak jauh dari bengkel kerja Jupiter. Letaknya tersembunyi di balik tumpukan bermacam-macam barang bekas yang boleh dibilang tidak ada peminatnya. Karavan itu pemberian Paman Titus untuk dijadikan tempat berkumpul. Ternyata paman Jupiter itu kemudian melupakannya. Dan anak-anak juga tidak pernah mengingatkan.
"Aha!" ujar Jupe, ketika melihat lampu berkelip-kelip. "Sudah kusangka akan ada yang menelepon kita pagi ini."
Pete pegi ke belakang mesin cetak, lalu menggeser terali besi yang menutupi lubang sebuah pipa besi yang lumayan besar ukuran garis tengahnya, ia merangkak masuk ke dalam pipa itu yang sisi dalamnya dilapisi dengan potongan-potongan permadani, diikuti kedua temannya. Itulah yang mereka namakan Lorong Dua, salah satu jalan rahasia untuk masuk ke kantor mereka yang tersembunyi. Lorong yang mereka lewati itu menyuruk lewat sebelah bawah sejumlah balok besi yang sudah berkarat, menuju sebuah lubang yang terdapat di lantai karavan. Pintu penutup lubang itu didorong oleh Pete ke atas, lalu ia merangkak masuk ke kantor Trio Detektif.
55
Telepon masih berdering-dering. Pete mengangkat gagangnya dan mendekatkannya ke telinga, mendengarkan sebentar, lalu nyengir.
"Bukan, ini Pete." katanya. "Tapi Jupe ada di sini. Bob juga ada."
ia mendengarkan lagi. Kemudian ia mengatakan, "Sebentar." lalu menutupi bagian mulut dari alat penelepon dengan tangannya.
"Coba tebak, siapa yang menelepon ini," katanya.
"Letitia Radford," kata Jupe. "ia meminta kita menyelidiki siapa yang merongrong dirinya dengan menyamar sebagai orang-orangan pengusir burung, serta yang menyebarkan semut-semut di tempat tidurnya."
"Jenius pun, sekali-sekali bisa keliru," kata Pete dengan perasaan senang. "Yang menelepon ini Charles Woolley, dan ia meminta kita agar menyelidiki siapa yang selalu mengganggu Letitia Radford serta menyebarkan semut-semut di tempat tidurnya, ia meminta kita datang ke tempatnya. Nomor telepon kita diperolehnya dari Chief Reynolds."
"Wah, ternyata ada juga tugas untuk kita!" kata Jupiter. "Aku bisa pergi. Kau bagaimana, Bob?" Bob mengangguk.
"Sekarang juga kita datang!" kata Pete pada Dr. Woolley, lewat telepon.
56
Bab 6 ancaman bahaya

Tidak sampai satu jam kemudian, ketiga remaja itu sudah sampai di bangunan besar berwarna merah yang dulunya merupakan lumbung di tanah milik Radford.
"Letitia ternyata tidak menelepon abangnya kemarin malam," kata Dr. Woolley dengan nada lega. ia duduk di sebuah bangku yang tinggi sambil bertelekan siku pada sebuah meja. Di atas meja itu terdapat sejumlah sendok pipih serta alat-alat penjepit yang ditata rapi. "Kalau ia menelepon pun belum tentu keluhannya ditanggapi Chester Radford. Tapi meski begitu setelah kupikir-pikir, kurasa aku tidak bisa lebih lama bersikap tak peduli terhadap urusan orang-orangan itu. Itu bukan cuma urusan Letitia sendiri saja lagi, tapi juga menjadi urusanku. Ada orang yang kini memakai semut-semutku untuk merongrong dia. Aku tidak bisa membiarkan soal itu menyebabkan proyek risetku terancam kegagalan.
"Tadi aku sudah menelepon Chief Reynolds,"
57
kata sarjana peneliti itu meneruskan. "Kulaporkan padanya kejadian kemarin, dengan semut-semut itu. Kukatakan juga padanya, bahwa Letitia sudah beberapa kali melihat orang-orangan itu berkeliaran. Tapi Chief Reynolds kedengarannya tidak menanggapinya dengan serius. Menurut pendapatnya, itu barangkali cuma seorang anak dari sekitar sini yang iseng. Katanya, ini kasus yang sangat cocok untuk kalian tangani."
"Pendapat Anda sendiri bagaimana?" tanya Jupiter. "Mungkinkah memang cuma seorang anak saja yang iseng, hendak mempermainkan kalian?"
"Di sekitar sini tidak ada anak-anak," kata Woolley. "Rumah-rumah di lingkungan seluas beberapa mil dari sini, cuma Wisma Radford dan Museum Mosby saja. Kalian sudah berjumpa dengan semua yang tinggal di Wisma Radford. Sedang yang ada di Museum Mosby cuma Gerhart Malz, pengurus museum itu, serta beberapa penjaga yang merangkap petugas pemeliharaan tempat itu. Mereka selalu pulang ke rumah masing-masing, sekitar pukul lima sore. Malz bertempat tinggal di sana, tapi ia bukan jenis orang yang suka iseng."
"Begitu, ya," kata Jupiter. "Baiklah! Jika Anda menghendaki Trio Detektif menangani kasus ini, mungkin ada baiknya jika Anda mulai dari awal. Tolong ceritakan semua yang Anda ketahui mengenainya. Jawaban tentang siapa sebenarnya orang-orangan itu, mungkin gampang saja.
58
Mungkin orang luar bisa menemukan jawabannya. Orang yang tidak terlibat di dalamnya."
Bob mengeluarkan pena dan buku catatan dari kantungnya, siap untuk mencatat.
"Yah, orang-orangan itu sebenarnya merupakan tanggung jawabku," kata Woolley. "Maksudku, aku yang memasangnya di atas pagar itu. Aku membuatnya dari beberapa potong pakaian usang yang ditemukan Mrs. Burroughs di gudang Wisma Radford. Aku pula yang menanam jagung di ladang, dengan maksud agar semut-semut yang hidup di sini tidak sampai kekurangan makanan. Kalian pasti tidak bisa membayangkan, berapa banyak serangga yang tertarik kemari dengan adanya ladang jagung itu.
"Seperti sementara ini sudah kalian ketahui, aku datang kemari karena semut-semut itu. Bisa dibilang, serangga itu satu-satunya minatku. Aku tidak sering datang ke Wisma Radford, jadi karenanya tidak begitu tahu tentang kehidupan mereka yang tinggal di sana. Di samping dana penunjang proyekku yang diusahakan pengadaannya oleh Chester Radford, aku juga diizinkannya memakai bekas lumbung ini untuk kujadikan laboratorium. Aku tinggal di pavilyun yang ada di tanah ini. tanpa perlu membayar sewa."
"Pavilyun?" kata Jupe. "Di mana letaknya?"
"Bangunannya tidak besar, agak jauh di belakang rumah Radford," kata Woolley. "Di balik bukit ini. Kalian tidak melihatnya kemarin, karena terlindung di balik sejumlah pohon ek."
59
"Asyik juga Anda ini," kata Jupe mengomentari. "Saya bisa mengerti, kenapa Anda enggan meninggalkan tempat ini."
"Itu sudah pasti takkan kulakukan," kata Woolley. "Saat ini aku minta cuti dari tugasku sebagai tenaga pengajar di universitas. Jadi kan repot, jika aku sampai terpaksa menghentikan kegiatan penelitianku di sini. Di samping itu, aku juga tidak mau! Semuanya berjalan dengan baik-sampai tahu-tahu Letitia pulang."
Bob yang sedang sibuk mencatat, menoleh sebentar.
"Jadi ia tidak ada ketika Anda memulai kegiatan Anda di sini?" tanyanya.
"Betul," jawab Woolley. "Saya kemari bulan Mei, sedang Letitia baru muncul bulan Juni. Kalian mungkin tidak tahu, Letitia itu hidupnya benar-benar bergaya jet-set. ia bisa dibilang selalu berkeliaran di tempat-tempat mewah di Eropa. Tapi setiap kali mengalami masalah pria, ia buru-buru pulang kemari."
"ia mengalami apa?" tanya Pete.
Dr. Woolley tersenyum.
"Letitia itu termasyhur karena kegemarannya berpacaran. Bahkan sudah sering sampai bertunangan, tapi tidak pernah berakhir dengan pernikahan. Selalu saja putus, entah kenapa. Nah, kalau pertunangannya putus, ia selalu kembali ke daerah pegunungan Santa Monica sini untuk beristirahat melipur lara. Saat ini ia mencoba melupakan kepedihan hatinya setelah pertunang-
60
annya dengan salah seorang bangsawan asal Hongaria putus. Yah, rupanya memang begitulah gaya hidup yang dibilang tinggi." Woolley menggeleng-geleng, lalu meneruskan, "Letitia tidak suka serangga. Kalian sementara ini tentunya juga sudah mengetahuinya. Karena itu ia langsung tidak senang ketika menjumpai aku, di tanah milik abangnya ini, melakukan penelitian terhadap semut. Dan ketika ia kemudian melihat ada orang-orangan gentayangan, ia menghubungkannya dengan aku. Itu pasti karena akulah yang membuat orang-orangan pengusir burung yang terpancang di pagar itu."
"Seringkah ia melihatnya?" tanya Jupiter.
"Lima kali, kalau tidak salah ia benar-benar panik karenanya. Sekali orang-orangan itu melemparkan sejumlah serangga ke arahnya. Mrs. Chumley sampai mengira ia sudah gila waktu itu. Tak seorang pun mau percaya bahwa Letitia benar-benar melihat orang-orangan yang gentayangan. Mrs. Chumley mendesaknya agar pergi ke ahli penyakit jiwa di Beverly Hills. Tapi ahli itu tidak bisa berbuat apa-apa, karena orang-orangan itu memang ada."
"Coba Anda ceritakan sedikit tentang Mrs. Chumley," kata Jupe. "Wanita itu bersikap seakan-akan-"
"Seakan-akan dialah yang menentukan segala-galanya di rumah itu," kata Woolley. "Memang begitulah sikapnya. Dia itu dulu sekretaris pribadi Mrs. Harrison Radford, ibu Letitia. Mrs. Radford
61
meninggal dunia beberapa tahun yang lalu, agak lama juga setelah suaminya. Dan sekitar waktu itu Mrs. Chumley mengalami kecelakaan, jatuh ke dalam kolam renang yang tidak ada airnya karena sedang diperbaiki. Kedua tulang pinggulnya patah dan tidak bisa sepenuhnya pulih kembali, sehingga sejak itu jika hendak ke mana-mana harus dengan kursi roda."
"Bagaimana dengan Burroughs suami-istri itu?" tanya Jupiter.
"Mereka bisa dibilang orang baru di sini. Mrs. Chumley yang mempekerjakan mereka, sejak bulan Februari yang lalu. Ya, cuma mereka itulah yang ada di sini. Sebenarnya masih ada beberapa tukang kebun, tapi mereka"hanya datang dua kali seminggu. Begitu pula halnya dengan tukang yang membersihkan kolam. Gerhart Malz cukup sering juga datang dari seberang jalan untuk main catur dengan Mrs. Chumley, tapi menurut perasaanku dia itu tidak terlibat dalam urusan ini. Ada seseorang yang merongrong Letitia Radford, dan aku tidak tahu apa penyebabnya. Letitia menuduh bahwa akulah yang melakukannya, dan jika ia berhasil membuat aku diusir dari sini-yah, dia akan menyesal sendiri nanti."
"Menyesal, Dr. Woolley?" kata Jupe. "Kenapa begitu?"
"Maksudku, sejauh ini belum begitu banyak yang berhasil kuketahui tentang semut-semut yang berkoloni di sini. Apakah mereka itu jenis baru? Tapi satu hal sudah jelas, mereka itu semut
62
tentara, dan semut tentara memakan segala-galanya, termasuk makhluk hidup.
"Koloni-koloni yang ada di bukit ini kemudian akan memecah," kata Dr. Woolley melanjutkan. "Ratu-ratu semut yang muda akan meninggalkan koloni yang lama dengan membawa semut-semut pekerja, untuk membentuk koloni-koloni baru. Aku ingin ada di sini pada saat hal itu terjadi. Aku ingin melihat berapa banyak koloni baru yang akan terbentuk, begitu pula sampai seberapa besar pertumbuhannya-dan dalam waktu berapa lama. Sampai sejauh manakah mereka akan pindah nanti? Kalian pasti belum pernah melihat semut tentara yang sedang pindah. Bayangkan banjir semut yang bergerak dalam barisan yang lebarnya lebih dari satu meter, bergerak seperti gelombang sambil memakan habis segala-galanya yang mereka jumpai! Bisa jadi mereka bahkan akan menyerbu masuk ke rumah-rumah."
"Maksud Anda..." Pete menelan ludah, "mereka itu berbahaya?"
"Itu mungkin saja," jawab Woolley. "Semut-semut ini sudah pernah memakan beberapa ekor binatang kecil. Tikus ladang dan tikus mondok. Aku menemukan binatang-binatang mangsa mereka tinggal kerangkanya saja, sementara semut-semut itu masih berkeliaran di sekitarnya."
"Dengan kata lain. Anda hendak mengatakan bahwa di sini ada ancaman bahaya," kata Jupiter menyimpulkan. "Bahaya berwujud semut-semut tentara!"
63
"Tepat," kata Woolley.
Saat itu terdengar bunyi napas tersentak. Datangnya dari arah ambang pintu laboratorium yang terbuka. Anak-anak menoleh ke sana. Mereka melihat Letitia Radford berdiri di situ. Kelihatannya anggun dengan gaun dari bahan linen putih. Tapi matanya terbelalak ketakutan.
"Semut-semut pembunuh, di rumahku!" katanya dengan suara gemetar. "Aku tidak sanggup lagi!"
Letitia Radford menangis.
64
Bab 7 kisah seram

"Aduh, Letitia-coba sekali-sekali kau berusaha menahan diri, tidak langsung histeris begitu," kata Charles Woolley. Dipapahnya wanita itu dan disuruhnya duduk di salah satu bangku yang ada dekat meja penelitian, lalu disodorinya sebuah kotak berisi tisue. "Sudah, tenanglah, dan keringkan air matamu," katanya. "Aku berjanji, takkan terjadi sesuatu dengan dirimu sehubungan dengan semut-semut itu. selama aku ada di sini untuk mengawasi. Nah, anak-anak ini akan membantu kita menyelidiki urusan orang-orangan itu."
Letitia Radford mengambil selembar kertas tisue dan mengeringkan air matanya.
"Apa maksud Anda, membantu kita?" tanyanya dengan ketus. "Siapa itu, kita? Saya dan Anda?"
"Ya, tentu saja. Kan kita yang dirongrong," kata Woolley menjelaskan. "Orang-orangan itu saban kali muncul dengan tiba-tiba untuk mengejutkan Anda, sementara kepalaku dipukul olehnya lalu
65
dicurinya sebuah botol berisi semut. Menurutku, kita harus berbuat sesuatu mengenainya."
Letitia Radford terceguk.
"Baiklah," katanya. "Tapi anak-anak ini... mereka kan masih anak-anak!"
"Anda lebih suka menghubungi detektif swasta yang biasa dan mengatakan padanya bahwa ada orang-orangan mengganggu Anda?" tanya Woolley. "ia pasti mau menerima uang yang Anda bayarkan padanya-jika ia detektif yang begitu sifatnya-tapi apakah ia akan berbuat sesuatu?"
"Kemungkinannya, tidak," kata Letitia mengakui, "ia pasti beranggapan, aku ini gila."
"Tapi aku tahu Anda tidak gila, Letitia," kata Woolley lagi. "Jangan lupa, aku juga diserang orang-orangan itu!"
Miss Radford bergidik.
"Ih, orang-orangan!" katanya. "Menyeramkan! Kotor, penuh labah-labah!"
"Labah-labah!" kata Jupiter menanggapi dengan heran. "Kalau membayangkan orang-orangan, umumnya orang membayangkannya berisi jerami!"
"Ya, tentu saja juga berisi jerami," kata Letitia Radford. "Tapi dalam jerami banyak labah-labah. Itu akan kauketahui, apabila pernah ada orang-orangan jatuh menimpamu. Itu pernah kualami, ketika aku masih kecil. Waktu itu aku ikut orang tuaku ke suatu tanah pertanian di lembah, untuk membeli labu. Di pagar tempat itu ada sebuah orang-orangan pengusir burung, seperti yang ada
66
di sini. Aku ingin melihatnya dari dekat. Ketika kupanjat pagar, orang-orangan itu... dia... dia..."
"Jatuh menimpa Anda?" kata Jupe.
Letitia Radford mengangguk.
"Aku menjerit! Orang-orangan itu begitu kotor. Pasti sudah lama sekali terpancang di pagar itu, karena langsung rusak begitu jatuh. Di dalamnya banyak sekali labah-labah, berkeliaran meninggalkan sarang-sarang mereka, merayap di mukaku dan menyusup masuk ke rambutku. Ih! Sekarang pun aku masih merinding, kalau mengingatnya."
"Hmmm." gumam Jupiter. "Jadi Anda ini takut sekali pada orang-orangan-dan labah-labah!"
"Pokoknya, segala jenis serangga! Aku berci pada binatang-binatang itu," kata Letitia. ia memandang berkeliling dengan jijik. Rupanya baru sadar bahwa ia berada di dalam laboratorium Dr. Woolley.
"Aku bisa mengerti sekarang, kenapa kau tidak senang aku ada di sini," kata Woolley. Tapi percayalah, aku takkan berbuat apa-apa yang bisa membuatmu terganggu. Gntuk apa? Apa untungnya bagiku?"
"Apa untungnya bagi siapa pun juga?" balas Letitia bertanya. "Aku kan tidak mengganggu siapa-siapa. Aku cuma ingin hidup tenang di sini, di rumah yang benar-benar rumahku-tapi tidak bisa! Lama-lama aku bisa gila, karena ada orang-orangan merongrongku!"
Melihat gelagat bahwa wanita itu akan menangis lagi, Jupiter buru-buru membuka mulut.
67
"Kita berpikir yang logis sajalah, Miss Radford," katanya. "Siapa pun yang merongrong Anda, dia pasti tahu bahwa Anda sangat takut pada orang-orangan. Berapa orang yang mengetahui hal itu?"
Letitia berpikir sebentar sambil meraba anting-antingnya yang terbuat dari emas.
"Itu tidak kurahasiakan," katanya, "jadi siapa pun juga mungkin saja mengetahuinya. Mrs. Chumley tahu, tentu saja, karena ia bersama kami hari itu, ketika... ketika benda itu jatuh menimpaku, ia melihat kawanan labah-labah yang merayapi muka dan rambutku. Tapi mustahil bahwa dia orang-orangan itu! Mrs. Chumley selalu baik hati terhadapku. Lagi pula, katakanlah ia ingin menakut-nakuti aku, ia takkan mungkin bisa melakukannya. Sudah lima tahun ini ia tidak pernah meninggalkan kursi rodanya, kecuali pada waktu hendak pergi tidur. Itu pun harus ada yang membantu."
"Bagaimana dengan Burroughs serta istrinya?" tanya Jupiter. Sudah tahukah mereka, sebelum mulai terjadi rongrongan terhadap Anda?"
"Aku... kurasa kemungkinan itu ada. Ketika aku baru saja pulang, pada suatu malam aku sedang nonton TV bersama Mrs. Chumley di ruang duduk. Aku tidak tahu bahwa kemudian diputar film Penyihir dan Oz. Begitu film itu muncul, aku cepat-cepat memindahkan saluran. Aku tidak berani melihat film kuno itu, meski tahu bahwa orang-orangan yang tampil dalam ceritanya dimainkan oleh Ray Bolger. Aku ingat, ketika film
68
itu muncul Burroughs juga ada di ruang duduk. Aku mengatakan pada Mrs. Chumley bahwa aku masih saja takut melihat orang-orangan. Mungkin saja ia kemudian bercerita pada Burroughs tentang apa yang kualami ketika aku masih kecil."
"Padaku ia bercerita," kata Woolley. "Katanya, masa wanita yang sudah dewasa masih saja takut melihat film Penyihir dari Oz."
"Waktu itu Gerhart Malz juga ada di sana," kata Letitia menambahkan. "Aku ingat lagi sekarang, ia sering datang untuk menemani Mrs. Chumley. Jadi bisa saja ia juga tahu tentang ketakutanku."
"Dan yang Anda ceritakan ini terjadi sebelum Anda untuk pertama kalinya melihat orang-orangan itu?" tanya Jupe.
"Betul! Waktu itu aku baru seminggu pulang. Padahal aku cuma ingin istirahat, menenangkan pikiran. Soalnya, waktu itu aku baru saja ditimpa masalah, di Eropa."
Wanita itu terdiam, dan Jupe langsung teringat pada cerita Dr. Woolley tentang putusnya pertunangan Letitia Radford. ia mencoba menduga, berapa sebenarnya umur wanita itu. Matanya nampak kuyu, sedang pipinya tidak nampak kencang. Miss Radford sudah tidak bisa lagi dibilang muda, dan kenyataan itu dipertegas oleh perasaannya yang sering murung.
"Beberapa hari setelah kejadian dengan film di TV itu, pada suatu malam aku bermaksud hendak makan angin naik mobil, menyusur pantai," kata wanita itu melanjutkan. "Ketika aku masuk ke
69
mobilku, kulihat dia... kulihat orang-orangan itu ada di jok belakang. Kudengar ia tertawa. Menyeramkan bunyinya, seperti air menggelegak. Lalu ia berdiri. Kap mobilku bisa dibuka dan saat itu dalam keadaan terbuka. Lalu orang-orangan itu membentangkan lengannya, lalu... lalu tahu-tahu rambut dan pangkuanku penuh serangga. Bukan semut. Kalian tahu kan-itu, yang suka bersembunyi di bawah batu! Warnanya hitam, panjang tubuhnya sekitar dua senti dan beruas-ruas. Kulitnya keras seperti perisai.
"Aku menjerit" kata Miss Radford meneruskan cerita, "dan orang-orangan itu dengan cepat meloncat dari mobilku. Burroughs dan istrinya muncul berlari-lari ke teras, tapi makhluk seram itu sudah menghilang!"
"Ih, menyeramkan!" kata Pete.
"Memang."
"Jadi orang-orangan itu rupanya tahu bahwa di samping takut melihat wujud seperti dia, Anda juga takut serangga," kata Jupiter. "Itu bisa diketahuinya dari salah seorang teman serumah Anda. Atau mungkin juga dari Gerhart Malz. Ada yang Anda ketahui tentang orang itu?"
"Tidak banyak yang bisa diceritakan," kata Miss Radford sambil mengangkat bahu. "Dia sudah lama sekali bekerja di museum itu, mengurus koleksi lukisan yang ada di sana. ia sudah ada sebelum mendiang Mr. Mosby meninggal dunia, dan sekarang ia bertempat tinggal di Wisma
70
Mosby. Dan... yah, cuma itu saja yang bisa kuceritakan mengenai dia."
"Memang tidak banyak," kata Bob, yang selama ini sibuk mencatat
Jupiter memandang Woolley dengan sikap bertanya. Tapi sarjana peneliti itu menggeleng.
"Jangan tanya aku," katanya. "Aku boleh dibilang sama sekali tidak memperhatikan dia."
Letitia Radford mengerutkan keningnya, berusaha mengingat-ingat.
"Tapi memang tidak banyak yang bisa diketahui tentang Gerry-maksudku, tentang Gerhart Malz itu," katanya. "Begitu tamat dari Institut Kesenian Graham di Los Angeles, ia langsung diterima sebagai pegawai museum oleh Mr. Mosby. Tinggalnya di Wisma Mosby, sedang kerjanya sebagai kepala para pegawai yang bekerja di situ pada siang hari. Di samping itu ia juga bertugas sebagai pemandu tamu-tamu museum yang ingin melihat koleksi yang ada di situ. Tapi mereka sebelumnya harus menelepon dulu untuk membuat janji, supaya ia tidak repot Lalu kalau ada lukisan atau salah satu benda seni rusak atau cacat, ia juga yang membetulkan. Pokoknya, kerjanya santai."
"ia sudah berkeluarga?" tanya Jupe.
"Tidak, ia tidak berkeluarga," kata Letitia. "Belum pernah kudengar ia bercerita tentang siapa pun juga."
"Rupanya ia orang yang suka hidup me-
71
nyendiri," kata Jupiter mengomentari. "Lalu apa saja kesibukannya pada waktu senggang?"
"Tidak banyak. Paling-paling, main catur dengan Mrs. Chumley," kata Letitia, lalu menyambung, "Ngomong-ngomong, hari ini ia akan makan siang bersama kami, lalu sesudah itu main catur dengan Mrs. Chumley. Kalian ingin bertemu dengan dia? Sekalian saja ikut makan siang bersama kami."
"Terima kasih." kata Jupiter sambil mengangguk. "Kami ingin sekali berkenalan dengan dia. Saya rasa kami perlu kenal semuanya yang kerap berjumpa dengan Anda. Soalnya, kemungkinan besar yang merongrong Anda itu orang yang Anda kenal!"
72
Bab 8 gedung harta

Hidangan makan siang disajikan di ruang makan Wisma Radford. Mrs. Chumley tetap duduk di kursi rodanya, pada bagian kepala meja makan yang panjang, sementara Letitia Radford mengambil tempat duduk di ujung seberang. Gerhart Malz duduk di sisi kanan Mrs. Chumley. ia bercerita dengan asyik tentang Museum Mosby.
"Kami punya sebuah lukisan Vermeer yang benar-benar hebat" katanya pada Jupe serta kedua temannya. Pria itu memakai kaca mata berbingkai emas. Matanya biru cerah, sedang rambut pirangnya yang dipangkas pendek begitu muda warnanya sehingga bisa dibilang putih. Warna kulitnya segar kemerah-merahan, dan urat-urat darah membayang kebiruan pada bagian pipi dan batang hidungnya. "Vermeer itu pelukis yang luar biasa," sambungnya. "Salah satu pelukis Belanda yang terhebat. Mrs. Chumley sangat mengaguminya. Ya kan, Mrs. Chumley?"
Wanita itu mengangguk.
73
"Mrs. Chumley memiliki sebuah copy lukisan Vermeer yang ada dalam koleksi kami," kata Malz lagi. "Judulnya, Wanita dengan Bunga Mawar. Copy yang dimilikinya itu dibuat oleh seorang mahasiswa seni rupa. Orang-orang yang ingin mempelajari teknik-teknik para pelukis besar zaman dulu kami izinkan datang dan membuat tiruan lukisan-lukisan terkenal. Tapi tentu saja sebelumnya mereka harus izin dulu. Selain itu, lukisan copy yang dibuat tidak boleh sama ukurannya dengan yang asli."
"Copy yang kumiliki lebih besar dari aslinya," kata Mrs. Chumley. "Coba kalau sama, tidak bisa dibedakan mana yang asli dan mana yang tiruan."
Sementara itu ia sudah selesai makan, ia meletakkan serbetnya di atas meja, lalu berkata lagi,
"Kalian mau melihat lukisan itu?"
Gerhart Malz tidak menunggu anak-anak menjawab ia langsung berdiri, lalu mendorong kursi roda Mrs. Chumley pergi dari situ. Letitia, begitu pula Jupe dan kedua temannya mengikutinya ke sebuah ruang duduk berukuran kecil yang terdapat di seberang serambi dalam. Di ruang duduk itu ada jendela-jendela yang menghadap ke pekarangan belakang yang ditumbuhi rumput Lewat sebuah pintu yang terbuka anak-anak melihat bahwa di sebelah ruangan itu ada kamar tidur.
"Kamar-kamar ini dulu khusus untuk ibuku," kata Letitia. "Aku senang di sini, karena nyaman di musim dingin apabila perapian dinyalakan."
74
"Kalau kau menghendakinya, aku tidak harus tinggal di kamar-kamar ini, Letitia," kata Mrs. Chumley. "Di bagian rumah tempat para pelayan masih ada satu kamar tidur yang kosong. Aku bisa pindah ke sana."
"Jangan begitu, Mrs. Chumley," kata Letitia. "Anda sama sekali tidak perlu pindah dari sini."
Setelah itu ia menunjuk ke sebuah lukisan yang tergantung di atas perapian.
"Itu dia copy lukisan Vermeer yang diceritakan tadi," katanya.
Anak-anak memandang lukisan itu tanpa mengatakan apa-apa. Lukisan itu menggambarkan seorang wanita muda dengan ukuran sama besar seperti manusia. Wanita itu memakai gaun berwarna biru, sedang kepalanya ditutupi semacam tudung yang terbuat dari kain renda, ia berdiri di depan sebuah jendela sambil memandang ke luar. Tangannya memegang bunga mawar berwarna kuning.
"Indah sekali, kan?" kata Malz.
Mrs. Chumley memutar letak kursi rodanya, menghadap Malz.
"Siang ini Anda tidak akan kedatangan tamu yang ingin melihat-lihat koleksi Mosby." katanya pada pria itu. "Kenapa tidak Anda ajak saja anak-anak ini ke seberang, supaya mereka bisa melihat lukisan yang asli? Sambil melihat karya-karya seni yang lainnya juga."
"Saya mau saja," kata Malz, "tapi kita kan sudah janji akan main catur?"
75
"Nanti kan masih bisa," jawab Mrs. Chumley.
"Baiklah, kalau begitu," kata Malz, lalu menoleh ke arah anak-anak. "Kalian mau melihat-lihat harta yang disimpan di sana?"
"Tentu saja!" jawab Jupiter. "Paman dan bibi saya pernah ke sana beberapa tahun yang lalu, ketika mendiang Mr. Mosby masih hidup. Sampai sekarang Bibi masih suka bercerita mengenainya."
Malz menoleh sebentar ke arah Letitia Radford.
"Anda mau ikut juga?" tanyanya.
"Terima kasih, tapi tidak usah," jawab Letitia "Mungkin sudah jutaan kali aku ke sana."
"Kalau begitu kami pergi sebentar," kata Malz tanpa mempedulikan jawaban Letitia yang ketus. Diajaknya anak-anak ke seberang jalan, menuju bangunan tanpa jendela tempat penyimpanan karya-karya seni koleksi Mosby.
"Banyak bilik besi di bank-bank yang kalah aman jika dibandingkan dengan gedung ini," kata Malz sambil menekan bel di pintu. Seorang penjaga datang membukakan. Di dalam ada sebuah serambi berbentuk persegi empat Tidak ada apa-apa di situ kecuali beberapa lemari pajangan dan sehelai permadani dinding kuno dengan gambar seorang gadis yang sedang membaca di lapangan yang penuh dengan bunga.
"Segala-galanya dari bangunan ini sengaja dibuat demi pengamanan karya-karya seni yang ada di dalamnya," kata Malz. "Kalian sudah me-
76
lihat, di sini sama sekali tidak ada jendela. Sistem tanda bahaya dirancang khusus untuk bangunan ini. Para penjaga hanya ada pada siang hari, karena hanya pada waktu itu saja museum ini dibuka untuk pengunjung. Letak lampu-lampu diatur sedemikian rupa sehingga tempat ini sama terangnya seperti di luar. Tapi sama sekali tidak ada bayangan. Dan juga tidak menimbulkan hawa panas seperti sinar matahari, karena itu akan menyebabkan permukaan lukisan-lukisan kuno bisa retak-retak. Kelembapan di sini diatur, sedang suhu juga tetap sama sepanjang hari. Tempat ini merupakan idam-idaman setiap kurator. Senang rasanya mengurus museum yang begini sempurna."
Setelah itu Malz mengajak anak-anak berkeliling bangunan yang kelihatan aneh itu. Di tingkat bawah mereka melihat ruangan-ruangan yang dinding-dindingnya dilapisi papan-papan panil yang berasal dari kastil-kastil di Eropa. Ada pula di situ lemari-lemari pajangan berisi barang-barang antik dari perak, gelas-gelas kuno yang langka, serta buku-buku yang serba indah ilustrasinya.
"Tapi mana lukisan-lukisan termasyhul-itu?" tanya Jupiter setelah beberapa waktu.
"Tempatnya di tingkat atas," kata Gerhart Malz. Diajaknya anak-anak menaiki tangga pilin yang terpasang di sebelah sebuah dinding yang mencong letaknya. Pada tangga itu ada dua landasan. Satu di antaranya terdapat sebuah jam besar yang masih jalan.
77
Sejumlah meja marmer diletakkan menempel ke dinding serambi tingkat atas. Di atas masing-masing meja itu ada benda yang aneh, atau indah.
"Kalian harus melihat ini," kata Malz. ia berhenti di sisi salah satu meja itu. "Sekarang sudah hampir pukul dua. Perhatikan kaca-kaca kristal berbentuk prisma yang tergantung pada kandil ini."
Anak-anak menatap kandil besar dari perak yang terdapat di atas meja itu. Jam besar di tangga berdentang-dan prisma-prisma yang tergantung pada kandil nampak bergetar.
"Aku senang sekali melihatnya," kata Gerhart Malz mengomentari. "Prisma-prisma itu begitu sempurna buatannya, sehingga bergetar apabila jam besar yang di bawah itu berbunyi. Kalau disentil, bunyi yang terdengar senada dengan bunyi jam itu. Kandil ini barang baru. Aku yang membelinya, tahun lalu. Tentu saja dengan seizin dewan direktur.
ia berjalan lagi diikuti oleh anak-anak, memasuki sebuah ruangan. Di situ ada sebuah meja kecil terbuat dari kayu berwarna terang, sebuah kursi yang halus sekali buatannya serta sebuah lukisan. "Wah!" desah Pete
Lukisan itu karya asli yang tiruannya mereka lihat tergantung di ruang duduk Mrs. Chumley.
"Sama, tapi toh lain," kata Bob sambil mengamat-amati lukisan yang menampakkan wanita yang sedang memegang bunga mawar itu.
78
"Perbedaannya tentu saja adalah bahwa yang ini dilukis oleh Vermeer," kata Malz. "Copy yang dimiliki Mrs. Chumley bagus sekali-tapi tetap saja tiruan. Padanya tidak ada kesan agung yang hanya tampil pada lukisan yang asli."
Anak-anak memandang sambil membisu selama beberapa menit. Kemudian Bob mengomentari dengan nada heran. "Tapi kelihatannya masih baru. Vermeer itu, bukankah ia hidup pada zaman dulu?"
"Lebih dari tiga abad yang lalu," kata Malz. "Lukisan ini diperkirakan dibuat olehnya sekitar tahun 1660. Ketika dibeli oleh Mr. Mosby, permukaannya tertutup beberapa lapisan pernis yang sudah tua, sehingga warnanya semua coklat Kemudian kusingkirkan lapisan-lapisan pernis itu, dan tampillah warna-warna indah dan segar ini."
"Sulitkah melakukannya?" tanya Pete.
"Membersihkan lukisan merupakan suatu seni tersendiri," kata Malz. "Tapi memuaskan, kalau berhasil. Kami punya beberapa lukisan Rem-brandt di ruang sebelah. Semuanya dulu warnanya serba coklat dan kuning pudar, dengan bayang-bayang hitam legam. Padahal "bukan begitu kebiasaan Rembrandt melukis. Lukisan-lukisan itu kutangani, dan sebagai hasilnya kini semuanya berwarna semarak. Lukisan-lukisan itu menjadi hidup Mari, kutunjukkan sebentar!"
Ketika mereka kembali berada di serambi tingkat atas, Jupiter mengendus-endus.
"Bau minyak," katanya. "Apakah itu berasal dari
79
salah satu bahan yang Anda pakai dalam pekerjaan Anda?"
"Kau mencium bau minyak cat, atau mungkin juga salah satu larutan yang kupakai untuk membersihkan lukisan," kata Malz. "Tempat kerjaku terletak di tingkat tiga. Tempat itu tidak boleh dimasuki orang luar, termasuk tamu-tamu istimewa seperti kalian ini. Aku juga tinggal di situ."
Bob memandang berkeliling.
"Sunyi sekali tempat ini. Anda tentunya pernah merasa kesepian di sini," katanya.
"Kadang-kadang," kata Malz. "Aku masih punya tempat kediaman lain, sebuah apartemen di Santa Monica Aku ke sana jika merasa bosan seorang diri di sini. Tapi pada umumnya aku senang hidup menyendiri."
Malz berjalan dengan cepat menuju sebuah ruangan yang bersebelahan letaknya dengan ruangan tempat lukisan Vermeer dipajang. Di situ anak-anak melihat lukisan-lukisan Rembrandt yang telah dipulihkan keadaannya oleh Malz. Lukisan pemandangan alam dan sebuah lukisan wanita tua.
Mereka berjalan dari ruangan yang satu pindah ke ruangan berikutnya. Mereka melihat lukisan-lukisan karya Rubens, Van Dyck, serta sejumlah pelukis besar lainnya-dan begitu pula banyak yang merupakan hasil karya pelukis-pelukis yang tidak begitu ternama.
Acara melihat-lihat koleksi Mosby itu berakhir ketika anak-anak sudah lebih dari setengah jam
80
berkeliling gedung. Gerhart Malz mengantarkan mereka sampai pintu depan. Penjaga yang tadi membukakan pintu sudah tidak ada lagi di serambi depan. Karenanya ketika semua sudah keluar, Malz mengunci pintu yang berat itu dari luar. Lalu diaktifkannya sistem tanda bahaya, dengan kunci lain. Setelah itu mereka beramai-ramai menyeberangi jalan, menuju Wisma Radford.
Mereka berada di tengah-tengah jalan yang diseberangi ketika tiba-tiba terdengar suara orang menjerit. Bunyinya melengking tinggi, memecah kesunyian siang musim panas itu.
"Gawat!" seru Pete, lalu mempercepat langkah, ia berlari.
81
Bab 9
pengintai misterius

Pete dan Bob lari melintasi pekarangan berumput lalu bergegas menaiki jenjang menuju ke teras.
Lagi-lagi Letitia," kata Malz dengan suara lesu, sementara ia menyusul dengan langkah lebih lambat bersama Jupiter.
Letitia Radford berdiri di samping kolam, berbaju renang dan tanpa alas kaki. ia menjerit-jerit sambil mendekap selembar handuk berukuran besar.
"Jangan berteriak terus. Letitia!" seru Mrs. Chumley.
Jupiter melongo. Sejauh penglihatannya, tidak ada apa-apa di situ. Tapi Letitia Radford masih saja menjerit-jerit
Mrs. Burroughs muncul dengan langkah-langkah bergegas dari dalam rumah. Dipegangnya bahu Letitia lalu diguncang-guncangnya.
Seketika itu juga jeritan wanita itu terhenti. Kini ia menangis. Mrs. Burroughs merangkulnya.
82
"Sudah, jangan menangis, Miss," katanya. "Sudahlah, tenangkan hati."
Sambil membujuk-bujuk, Mrs. Burroughs membimbing Letitia masuk ke rumah lalu naik ke tingkat atas.
"Ada apa tadi?" tanya Gerhart Malz.
Sebelum Mrs. Chumley sempat menjawab pertanyaan itu, Charles Woolley muncul di tangga batu bata yang berbatasan dengan pekarangan rumput
"Aku mendengar jeritan," katanya sambil datang menghampiri. "Letitia lagi, ya?"
Saat itu Burroughs muncul di teras dengan sikap tenang, seakan-akan tidak terjadi apa-apa.
"Sudah saya singkirkan binatang itu," katanya.
Kening Charles Woolley berkerut
"Binatang? Binatang apa?"
Mrs. Chumley mendesah.
"Letitia tadi berenang," katanya, "dan ketika kemudian keluar dari kolam, ada seekor labah-labah besar dan berbulu lari di teras lalu lewat di atas kakinya. Tentu saja ia menjerit karenanya!"
"Saya rasa labah-labah itu dari jenis yang disebut tarantula," kata Burroughs. "Saya berhasil menangkapnya dengan handuk, lalu saya buang ke tong sampah. Sudah mati! Handuknya saya buang sekaligus."
"Ya, tak apalah, Burroughs," kata Mrs. Chumley.
"Tarantula!" kata Woolley. "Pantas Letitia panik. Aku pun pasti ngeri kalau ada tarantula menggunakan kakiku sebagai jembatan. Padahal aku suka labah-labah."
83
"Letitia nanti pasti mengatakan, kejadian tadi tentu disengaja untuk membuatnya panik," kata Malz. "Menurut perasaannya, segala-galanya merupakan bagian dari rencana jahat untuk merongrong dirinya."
Mrs. Chumley kelihatan capek
"Tidak baik baginya terlalu lama di sini tanpa kesibukan apa-apa," katanya. "Menurutku, lebih baik jika ia kembali saja ke Eropa. Atau setidak-tidaknya pergi dari rumah ini untuk beberapa waktu. Nanti kalau ia sudah agak tenang, kurasa sebaiknya kuusulkan saja padanya untuk pergi ke Beverly Hills dan tinggal di sana selama beberapa hari. ia bisa menginap di rumah kawan-kawan lamanya, berbelanja, dan tentu saja juga pergi ke Dr. Wimple. Sebaiknya kutelepon saja ahli penyakit jiwa itu, karena ia perlu tahu tentang kejadian yang terakhir ini."
"Tanpa Anda beri tahu pun ia pasti akan tahu juga," kata Malz. "Letitia pasti akan melaporkan bahwa ada tambahan satu lagi makhluk yang menyiksa jiwanya, yaitu seekor tarantula."
"Anda mengatakannya seolah-olah semuanya itu hanya ada dalam pikirannya saja," kata Jupe. Tarantula tadi benar-benar ada. Bukan makhluk khayal, karena bukankah Burroughs membunuhnya lalu membuangnya ke dalam tong sampah."
"Memang itu bukan khayalan. Bukan begitu maksudku," kata Malz dengan cepat "Tapi di pihak lain, juga tidak sengaja terjadi. Secara kebetulan saja tarantula itu muncul di teras han ini."
84
"Ya, kelihatannya memang begitu," kata Jupe. Malz menatapnya.
"Caramu mengatakan itu, seolah-olah segala yang menyebabkan Letitia panik mungkin merupakan perbuatan yang disengaja."
"Itu mungkin saja," kata Jupe. Diliriknya arlojinya. "Sudah pukul tiga lewat Kami harus pulang, agar tidak terlambat sampai di rumah."
"Kapan-kapan main lagi kemari," kata Mrs. Chumley.
"Terima kasih," kata Jupiter. "Dan harap sampaikan ucapan terima kasih kami pada Miss Radford atas ajakannya makan siang tadi."
Charles Woolley tidak ikut pergi, ia berjanji kapan-kapan akan menghubungi mereka lagi.
"Rumah tangga aneh," kata Jupiter, sementara ia bersama kedua temannya menuruni bukit menuju bangunan bekas lumbung di mana sepeda-sepeda mereka tadi ditaruh. "Satu-satunya orang yang kelihatannya dianggap sebagai pengganggu di situ adalah Letitia Radford, padahal itu rumahnya. Yang lain-lainnya bersikap seakan-akan dia itu anak nakal yang tahu-tahu muncul padahal kehadirannya di situ tidak disukai. Meski kelihatannya ia tidak mengada-ada saja-tarantula tadi jelas ada, dan begitu pula orang-orangan yang gentayangan-teman-teman serumahnya bersikap seolah-olah dia itu anak kecil yang mengatakan melihat hantu."
"Mungkin itu karena salahnya sendiri," kata Pete mengomentari. "Sejak pertama kali kita
85
berjumpa dengan dia, sudah berapa kali saja ia menjerit-jent histeris."
"Ya, memang," kata Jupe. "Kelihatannya dia bukan orang yang biasa menahan perasaan."
"Menurutmu, mungkinkah ada yang dengan sengaja menaruh tarantula tadi di sana. seperti halnya semut-semut itu?" tanya Bob.
"Mungkin ya, tapi mungkin juga tidak," jawab Jupe sambil mengangkat bahu. "Tarantula tidak umum ditemukan di daerah sini. Dan karena juga serangga, tepatnya labah-labah, bisa jadi itu juga merupakan bagian dari rongrongan terhadap Miss Radford."
Tiba-tiba Jupiter berhenti berjalan, lalu mendengarkan baik-baik. Ada bunyi gemeresik di sebelah kiri jalan setapak itu.
"Ada orang di ladang jagung," katanya dengan suara lirih.
"Cepat, kita sergap!" kata Pete, lalu berlari menuju ladang itu.
Bunyi pelan tadi berubah menjadi gedebak-gedebuk langkah orang lari merambah tanaman jagung di tengah-tengah ladang. Anak-anak berusaha mengejar. Tapi ketika baru sampai di tengah ladang, terdengar bunyi mesin mobil dihidupkan di jalan, di sebelah bawah rumah keluarga Radford. Ketika akhirnya mereka sampai di pinggir ladang, mereka hanya bisa melihat sebuah truk tua ngebut meninggalkan jalan itu. menuju Chaparral Canyon.
"Sialan!" seru Pete mengumpat diri sendiri.
86
Bob berusaha mengenali nomor truk itu, tapi tidak berhasil karena larinya terlalu kencang dan terlalu banyak debu beterbangan di belakangnya.
"Urusannya bertambah ramai!" seru Jupe sambil berlari-lari menghampiri kedua temannya. Mukanya merah padam, tapi suaranya bersemangat.
"Ini menambah kerumitan teka-teki yang kita hadapi," katanya. "Aku tadi cenderung berpendapat bahwa salah seorang penghuni rumah Rad-ford-lah yang dengan diam-diam melakukan rongrongan terhadap Letitia Radford. Tapi kini kelihatannya ada orang lain yang juga menaruh perhatian pada hal-hal yang terjadi di sana."
"Menurut perkiraanmu, mungkinkah yang lari tadi orang-orangan itu?" tanya Bob.
"Aku tidak tahu, tapi yang jelas, tingkah lakunya mencurigakan," jawab Jupiter. "Sebab, kenapa ia lari ketika hendak kita datangi?"
"Tapi mungkin juga dia cuma anak-anak iseng yang sedang main-main di sini," kata Pete.
"Mustahil," kata Jupiter membantah, "dia kan naik mobil."
Jupiter memandang ke arah rumah tua tanpa penghuni yang terdapat di sebelah tanah milik Radford. Pekarangan depannya penuh semak belukar. Tulisan "DIJUAL" di papan yang terpasang di jalan masuk ke rumah itu sudah pudar dimakan cuaca.
"Truk itu tadi mestinya diparkir di sana," kata Jupe sambil menunjuk ke jalan masuk ke rumah
87
kosong itu. "Jalanan di bawah terlalu sempit, kurasa tidak mungkin mobil itu ditinggal begitu saja di situ karena pasti akan menghalangi kendaraan lain yang lewat."
Dipanjatnya pagar pembatas ladang jagung, lalu berjalan menuju rumah kosong itu. Bob dan Pete mengikutinya.
Di jalan masuk yang miring ke rumah yang tak terurus itu nampak ada bekas minyak tercecer. Kelihatannya masih baru. Jupiter memandang ke atas bukit, ke arah Wisma Radford. Tempatnya berada saat itu cukup jauh di sampingnya sehingga gedung itu tidak lagi terlindung oleh pohon-pohon ekaliptus yang tumbuh di lereng bukit. Tapi kini bangunan bekas lumbung yang menutupinya sebagian.
"Jika aku hendak mengintai tempat kediaman keluarga Radford," kata Jupiter, "aku akan lebih mendekat seperti yang dilakukan orang tadi, atau kudaki bukit ini lebih jauh ke atas."
Bob menuding ke arah rumah kosong, yang jendela-jendela tingkat atasnya tidak ditutupi papan pengaman.
"Ke sana?" katanya.
"Ya, tentu saja," jawab Jupiter.
Dengan segera anak-anak mendatangi rumah itu. Ternyata pintu belakangnya tidak dikunci. Mereka menyelinap masuk, lewat kamar-kamar yang kosong dan gelap di lantai bawah, lalu menaiki tangga yang berderak-derak.
Mereka terkejut setengah mati ketika tiba-tiba terdengar samar bunyi sesuatu yang lari menjauh.
"Tikus!" kata Pete. Ketegangannya lenyap, ia meneruskan langkah menaiki tangga sambil mengentak-entakkan kaki, seakan-akan hendak mengusir apa pun juga yang mungkin ada di rumah tua itu.
Di tingkat dua, di sebelah belakang ada sebuah kamar yang jendelanya lebar-lebar. Jendela-jendela itu tidak ada kacanya.
"Dari sini rumah keluarga Radford nampak jelas," kata Pete. "Bisa dilihat jendela-jendela sebelah belakang, beberapa jendela samping, serta sebagian teras dan halaman rumput Dan itulah yang dilihat orang yang datang kemari sebelum kita." Pete menunjuk ke lantai, di mana nampak beberapa puntung rokok berserakan.
"Pengintai misterius," kata Jupe. "Apakah dia tadi melihat reaksi Letitia Radford sewaktu ada tarantula tahu-tahu muncul di teras, lalu ketika ketahuan oleh kita ia hendak datang ke sana? Atau ia ada di rumah Letitia ketika tarantula itu muncul? Saat ini kita hanya bisa menduga-duga saja."
Jupe mengatakannya dengan nada riang, seperti kebiasaannya jika dalam menangani suatu kasus tiba-tiba ada sesuatu yang tidak terduga-duga sebelumnya.
"Saat ini tersangka kita ada beberapa orang, yang semuanya memiliki peluang untuk menakut-nakuti Letitia Radford."
"Dan juga memukul Woolley," kata Pete menambahkan. "Jangan lupakan Woolley. Dia kan klien kita."
88
"Ya, ia memang meminta kita agar menangani kasus ini," kata Jupe. "Kita memang jangan sampai melupakan dia, karena dia pun termasuk para tersangka. Apa sebenarnya yang kita ketahui tentang dia? Hanya apa yang diceritakannya pada kita. Betulkah dia itu sarjana ahli entomologi, ilmuwan peneliti serangga? Atau barangkali ia berada di tanah milik Radford karena alasan lain?"
"Alasan apa?" tanya Pete.
"Itu tidak kita ketahui. Apa alasan siapa pun juga untuk menyiksa batin Letitia Radford? Apakah wanita itu pernah mengancam, atau menyakiti hati seseorang? Kurasa sebaiknya kita melakukan penyidikan lebih jauh tentang orang-orang yang termasuk daftar para tersangka. Orang-orangan misterius itu tidak mungkin Mrs. Chumley, karena ia kan lumpuh kakinya. Tapi Burroughs perlu kita selidiki lebih jauh, begitu pula istrinya. Dan juga Gerhart Malz. Dia itu bukan potongan orang yang mungkin mencuri serangga, tapi siapa tahu. Tidak ada kata mustahil di sini! Lalu Woolley. Dialah yang memasang orang-orangan pengusir burung di atas pagar ladang jagung, dan dia pula yang memelihara semut-semut dalam botol yang kemudian-karena perbuatan seseorang-berkeliaran di tempat tidur Letitia Radford. Mungkin lebih banyak yang diketahuinya daripada yang diceritakannya pada kita. Atau mungkin juga gangguan-gangguan terhadap Letitia sebenarnya dimaksudkan untuk merongrong Woolley.
90
"Kita harus menemukan alasan yang masuk akal tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di sini. Jika sudah lebih banyak yang kita ketahui tentang orang-orang yang terlibat, ada kemungkinan kita akan menemukan salah satu motif. Besok kita akan langsung mulai dengan penyidikan kita!"
91

Edit by: zhe (zheraf.wapamp.com)
http://www.zheraf.net

Bab 10 penyidikan tentang para tersangka

Keesokan harinya, pukul sepuluh pagi Pete tiba di perpustakaan riset University of California Los Angeles (UCLA) di Los Angeles, dan langsung mendatangi meja tempat peminjaman buku-buku referensi. Sebelumnya, Dr. Barrister, seorang mahaguru di Universitas Ruxton, telah menelepon perpustakaan itu untuk memberitahukan kedatangan Pete, Dr. Barrister pernah terlibat dalam suatu kasus yang berhasil diselesaikan oleh Trio Detektif, dan sejak itu ia menjadi sahabat baik mereka, ia sering membantu jika mereka memerlukan keterangan tentang hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
Gadis yang bertugas di meja tempat peminjaman tidak jauh lebih tua umurnya dari Pete. ia tertawa lebar ketika Pete menyebut namanya serta mengatakan bahwa Dr. Barrister pasti sudah menelepon untuk kedatangannya itu.
"Jadi kaulah yang sedang melakukan penelitian tentang semut, untuk paper-mu," katanya, ia
92
mengambil dua buah buku dari rak di belakang meja. "Ini dia buku-buku yang ditulis oleh Dr. Woolley tentang penelitiannya di Panama. Betul ini kan yang kauperlukan?"
"Betul," jawab Pete, meski sebetulnya ia tidak tahu pasti, ia merasa kikuk, karena harus berlagak seolah-olah ia siswa yang sedang melakukan penelitian. Bagaimana kalau nanti ada yang menanyakan sesuatu padanya, dan ia tidak bisa menjawab? Pete bukan kutu buku. Minatnya lebih banyak pada bidang olahraga. Tapi Jupiter menolak ketika ia menyatakan keengganannya melakukan tugas itu. Jupe mengatakan bahwa penyelidik yang bermutu harus bisa bergerak di berbagai bidang. Dibantunya Pete mengarang-ngarang cerita tentang siapa dirinya jika ada yang bertanya, lalu dikatakannya agar Pete santai-santai saja. Jangan tegang!
Pete pergi membawa buku-buku karangan Dr. Woolley ke sebuah meja panjang yang diapit kursi-kursi berwarna cerah, ia duduk di situ. membuka salah satu buku yang dibawa, lalu mulai membaca.
Setengah jam kemudian digesernya kedua buku itu ke samping. Pengetahuannya tentang semut tentara tidak banyak bertambah daripada ketika ia tiba di perpustakaan itu. Uraiannya sangat ilmiah, sarat dengan istilah-istilah yang asing baginya. Tapi buku-buku itu bisa dibilang masih baru dan kertas sampul luarnya masih ada pada sampul luar kedua buku itu ada foto Charles
93
Woolley serta riwayat hidupnya secara singkat. Ternyata ia memang sarjana ahli entomologi!
Pete sibuk menulis di buku catatannya. Charles Woolley meraih gelar sarjana muda di UCLA, lalu gelar sarjana di Universitas Stanford. Setelah itu ia kembali ke UCLA, di mana ia kemudian mendapat gelar doktor di bidang entomologi. Ekspedisinya ke Panama dilakukan olehnya tiga tahun yang lalu. Di samping keterangan tentang perolehan gelar dan ekspedisinya, dalam riwayat hidup itu juga dikatakan bahwa ia belum menikah, dan bekerja sebagai asisten guru besar di UCLA.
Pete membawa buku-buku itu kembali ke meja tempat peminjaman.
"Berhasil kautemukan apa yang kaucari?" tanya gadis yang tadi menyerahkan buku-buku itu padanya.
"O ya," jawab Pete dengan gaya yakin.
"Kalau tidak malah aneh," kata gadis itu. "Aku pernah mengikuti kuliah Dr. Woolley. Kalau ada sesuatu yang tidak diketahuinya tentang semut, maka itu pasti tidak penting. Waktu itu kusangka, dengan mengikuti kuliahnya aku bisa dengan gampang mendapat tiga kredit untuk mata kuliah ilmu pengetahuan alam. Dugaanku keliru, karena manusia serangga itu ternyata dosen killer."
"Manusia serangga?" kata Pete mengulangi. "Begitu kalian menjulukinya?"
Gadis itu tertawa. Tapi kemudian air mukanya menjadi serius.
"Dia kenalanmu?" tanyanya.
94
"Kenal sih kenal, tapi hanya begitu saja," jawab Pete. "Aku berjumpa dengan dia beberapa waktu yang lalu, di pegunungan. Maksudku, di pegunungan Santa Monica. ia sedang melakukan penelitian di sana. Tapi tampangnya memang mirip-mirip serangga!"
"Ya, betul," kata gadis itu. "Selain itu, ia juga tidak begitu suka bergaul. Dengan manusia, maksudku-tahunya cuma semut saja. Aku heran, dia mau bicara denganmu."
"ia menceritakan sedikit tentang penyelidikannya," kata Pete, lalu diceritakannya hal-hal yang dikarangnya bersama Jupiter. "Aku tertarik mendengarnya. Dan karena semester ini aku harus membuat paper untuk pelajaran biologi, aku lantas memutuskan untuk mengadakan penelitian tentang semut tentara. Tahu tidak kau, di California sini ada semut jenis itu?"
"Kalau tidak salah, aku juga pernah mendengarnya," kata gadis itu. "Jadi enak buat Dr. Woolley, ya-tidak usah saban kali pergi ke Panama."
Pete menunggu sebentar, karena barangkali saja gadis itu masih hendak mengatakan apa-apa lagi tentang Charles Woolley. Tapi ternyata tidak Buku-buku yang dikembalikan Pete diletakkannya ke atas rak, lalu ia sendiri kembali menekuni buku catatannya.
Pete melangkah keluar, dengan buku catatannya sendiri di dalam kantung, ia merasa puas dengan hasil pekerjaannya. Tapi aneh, di pihak
95
lain ia juga kecewa, ia tidak menemukan sesuatu yang baru tentang Charles Woolley, kecuali bahwa orang itu sudah pasti bukan sarjana gadungan, ia memang Dr. Woolley, asisten profesor di UCLA Dan ia memang pernah mengarang dua buku tentang semut tentara. Sebagai bukti ada fotonya di sampul kedua buku itu.
Sementara Pete sedang berpikir-pikir begitu, Jupiter Jones bergegas-gegas menyusur sebuah jalan yang namanya Doheny Drive, di kawasan Beverly Hills. Sebelumnya, pagi itu ia menelepon Letitia Radford dan menanyakan nama perusahaan penyalur tenaga kerja yang biasa dihubungi Mrs. Chumley jika ia memerlukan pelayan baru. "Kalau tidak salah, Barker-Phillips Agency," jawab Letitia. "Perusahaan itu bisa diandalkan, dan mendiang ibuku suka berurusan dengan mereka. Kurasa Mrs. Chumley juga selalu menghubungi mereka jika memerlukan orang. Bagaimana jika kutanyakan saja padanya?"
"Jangan," kata Jupiter. "Jangan katakan apa-apa padanya tentang urusan ini."
Setelah itu Jupiter berganti pakaian. Dikenakannya celana panjang dan jaketnya yang paling bagus, lalu ia pergi naik bis ke Beverly Hills.
Perusahaan penyalur tenaga kerja yang bernama Barker-Phillips Agency ternyata berkantor di dua ruangan berperabot apik, di lantai dua sebuah gedung perkantoran yang kecil di Doheny Drive. Di kantor sebelah luar duduk seorang wanita berumur agak lanjut. Rambutnya putih kebiru-
96
biruan, sedang kulitnya nampak segar dan halus sekali.
"Ya?" kata wanita itu, begitu Jupiter masuk.
"Nama saya Jupiter Jones," kata Jupe. "Saya mencari lowongan pekerjaan, dan..."
"Wah-" kata wanita itu.
"Ya, saya tahu, saya memang masih sangat muda," kata Jupe cepat-cepat. "Tapi saya cepat mengerti, dan mau bekerja keras. Tenaga saya banyak gunanya kalau bisa bekerja di rumah yang besar. Saya bisa membersihkan barang-barang dan membetulkan kalau ada sesuatu yang perlu diperbaiki, dan jika di rumah itu ada anjing yang perlu diajak jalan-jalan..."
Wanita itu tertawa.
"Hebat, remaja yang begini muda memiliki bakat bekerja yang bermacam-macam," katanya. Tapi orang yang rumah tangganya besar, biasanya mencari pelayan yang sudah dewasa. Kenapa kau tidak menjadi pengantar koran saja? atau pergi melamar ke salah satu pasar swalayan. Siapa tahu, mungkin di sana ada lowongan untuk pekerjaan mengemas barang-barang belanjaan."
Jupiter menarik air muka kecewa.
"Saya sebenarnya mengharapkan pekerjaan yang lebih baik daripada yang begitu," katanya. Burroughs mengatakan pada saya, perusahaan Anda ini hebat"
"Burroughs?" kata wanita itu.
"Ya, pelayan di Wisma Radford," kata Jupe.
Wanita itu memutar kursinya, membuka laci
97
sebuah lemari arsip, lalu mengeluarkan sebuah map. Dibukanya map itu, lalu tersenyum.
"Ya, ini dia! Burroughs. Dulu pelayan Lord Armiston. Memang kami yang menyalurkan dia bersama istrinya, ketika Mrs. Chumley mencari pelayan dan menghubungi kami. Tenaga yang sangat bermutu."
"Saya punya surat-surat rekomendasi," kata Jupe bersemangat "Kata Burroughs, Anda selalu menanyakan surat-surat keterangan dari majikan di mana orang yang melamar pernah bekerja."
"Itu sudah jelas," kata wanita itu. "Kami takkan bisa lama bertahan dalam bisnis ini, jika tenaga kerja yang kami salurkan ternyata tidak bisa diandalkan. Burroughs misalnya, waktu itu kami mengirim telegram ke Inggris, meminta informasi tentang dia pada bekas majikannya. Ketika Lord Armiston membalas dengan telegram pula bahwa Burroughs benar-benar bisa diandalkan kemampuannya dan istrinya pintar memasak, mereka berdua langsung bisa kami salurkan. Tapi kalau kau, rekomendasi tidak ada gunanya. Kami tidak punya lowongan untuk kaum remaja."
"O," kata Jupiter.
"Aku heran, kenapa Burroughs sampai bisa menyarankan padamu untuk datang kemari." kata wanita itu lagi.
"Sebetulnya bukan menyarankan," kata Jupiter. "Saya sendiri yang mendapat gagasan itu, ketika ia bercerita bahwa ia disalurkan oleh perusahaan Anda."
98
"Ah, kalau begitu lain persoalannya," kata wanita itu. "Yah, begini sajalah-kau kembali saja kemari beberapa tahun lagi. Mungkin nanti kami bisa menyalurkan, kalau kau sudah dewasa."
Jupiter mengucapkan terima kasih, lalu meninggalkan kantor itu. ia berpikir-pikir. Ternyata Burroughs memang pelayan, dan bahkan pernah bekerja pada seorang bangsawan Inggris. Rasanya tidak mungkin dia itu orang-orangan yang suka iseng, seperti menaruh kawanan semut di tempat tidur orang.
Sementara Jupe naik ke bis yang menuju ke barat untuk kembali ke Rocky Beach, Bob sibuk menunaikan tugasnya di kawasan yang letaknya lebih ke timur lagi. Sewaktu berangkat ia satu bis dengan Jupiter. Tapi ia kemudian terus, sampai bis itu berhenti di depan sebuah gedung besar berbentuk persegi empat-gedung Institut Kesenian Graham. Bob tahu sedikit-sedikit tentang sekolah itu, yang sudah banyak menghasilkan seniman bermutu. Dinaikinya jenjang depan yang lebar, lalu dibukanya pintu depan gedung itu, yang berlapis tembaga.
ia melangkah ke dalam, dan sampai di sebuah lorong yang panjang dan lebar. Di sisi kiri-kanannya nampak pintu berjejer-jejer. Bau di situ mengingatkannya pada Museum Mosby. Bau minyak cat
"Cari apa?" tanya seorang pemuda bercelana blue jeans. Pemuda itu muncul dari ruangan di balik salah satu pintu itu, dengan membawa tangga.
99
"Aku... aku mencari sepupuku," jawab Bob agak tergagap. Diumpatinya dirinya dalam hati. Jupiter pasti takkan tergagap atau ragu-ragu menghadapi situasi seperti itu. Jupiter pasti bersikap yakin.
Bob menarik napas dalam-dalam. Diluruskannya bahunya.
"Sepupuku itu pernah mengatakan, ia mahasiswa di sini," katanya pada pemuda itu. "Alamatnya yang sekarang tidak kuketahui. Karenanya aku kemari, karena siapa tahu mungkin di sini ada catatan alamatnya."
Nah! Begitu kan lebih baik, kata Bob dalam hati.
"O ya," jawab pemuda itu. "Mereka di sini selalu berusaha memelihara hubungan dengan mereka-mereka yang pernah belajar di sini. Kantor administrasi letaknya di lantai dua. di bagian depan. Tanya saja pada salah seorang yang ada di situ."
Bob mengucapkan terima kasih pada pemuda itu, lalu menaiki tangga di ujung lorong itu menuju ke lantai dua. Sesampai di sana, dengan cepat ditemukannya kantor administrasi yang terdiri dari beberapa bilik berdinding kaca. Hanya ada satu orang saja di situ. Seorang pria berjanggut, yang sedang meneliti sejumlah kartu arsip.
"Ya, ada perlu apa?" tanya orang itu, ketika melihat Bob mendatanginya.
"Saudara sepupu saya pernah menjadi mahasiswa di sini," kata Bob. "Namanya Gerhart Malz. Saya sedang melancong ke kota Los Angeles, dan
100
ibu saya berpesan agar saya menjenguknya. Tapi saya tidak menemukan namanya di buku telepon."
"Malz?" kata pria berjanggut itu. "Ya, dia memang pernah menjadi muridku, tapi itu sudah lama sekali. Sekarang ia bekerja sebagai pengurus Museum Mosby"
Bob bersikap seolah-olah belum pernah mendengar nama museum itu.
"Museum itu letaknya jauh dari sini, di pegunungan sebelah atas Rocky Beach," kata pria itu lagi, "jadi janganlah coba pergi ke sana sendiri, karena nanti tersesat. Museum itu tercatat dalam buku telepon. Sebaiknya kautelepon saja sepupumu itu. Kudengar bahwa Gerry sangat membanggakan museum tempatnya bekerja itu, seperti dialah pemiliknya. Minta padanya agar menjemputmu dan mengajakmu melihat-lihat museum itu. Mudah-mudahan saja kau menyukai pelukis-pelukis hebat zaman dulu."
"Maksud Anda. lukisan mereka?" kata Bob.
"Betul. Hasil karya pelukis-pelukis zaman dulu yang hebat-hebat, seperti Rembrandt, Van Dyck, Vermeer. Banyak sekali lukisan-lukisan mereka di Museum Mosby."
"Yah... eh... ya, rasanya mau juga saya melihatnya," kata Bob. "Pengurus museum itu merupakan pekerjaan penting, ya? Maksud saya... saya rasa Ibu pasti senang jika mendengar bahwa Gerry sekarang sudah jadi orang penting."
Air muka pria berjanggut itu agak berubah.
101
"Kedudukan sepupumu baik dan aman," katanya tanpa nada gembira. "Jika itu yang disukai ibumu, ia pasti akan merasa senang."
"Yah, itu kan mendingan daripada tidak punya pekerjaan yang baik," kata Bob.
"Tergantung," kata pria itu. Nada suaranya kini terdengar agak ketus. "Seniman, kadang-kadang lain penilaiannya."
"Lain bagaimana?"
"Yah, di kalangan kami ada yang berpendapat bahwa seseorang yang berbakat seperti Gerry lebih baik menggunakan bakatnya itu sebagai pelukis, dan bukannya merawat lukisan karya orang lain," kata pria itu. "Kau boleh bilang padanya, bahwa aku mengatakan begitu. Namaku Edward Anson. Tapi sepupumu itu takkan ambil pusing, karena bukan baru sekali ini ia mendengarnya. Walau begitu, kalau kupikirkan bakat yang begitu baik disia-siakan... yah, aku tidak bisa bersikap masa bodoh."
"Anda sungguh-sungguh menginginkan saya mengatakan itu padanya?" kata Bob. "Saya... Anda perlu tahu, saya sebenarnya tidak kenal sepupu saya itu. Maksud saya, kami belum pernah berjumpa. Hubungan kekeluargaan antara kami berdua tidak begitu dekat Jangan-jangan ia nanti tersinggung! Bahkan mungkin pula ia tidak senang, jika saya tahu-tahu muncul. Apakah dia itu... maksud saya... yah, apakah Gerry itu peraman?"
"Aku tidak bermaksud mengecilkan hatimu,"
102
kata Edward Anson dengan nada agak menyesal. "Gerry sebenarnya cukup ramah dalam kehidupan sehari-hari. Yang jelas, ia takkan marah jika kau mendatanginya. Mungkin ia akan mengambil cuti satu hari, lalu mengajakmu berpesiar ke Disneyland, atau ke Magic Mountain. Itu memang bukan gagasan yang bisa dibilang orisinil. Tapi dia sendiri memang tidak berwatak orisinil. Kau tahu bahwa ia bisa menirukan gaya melukis dari hampir setiap pelukis?"
Pria itu berhenti sebentar, lalu berkata lagi, "Mana mungkin kau mengetahuinya, karena katamu tadi. kau kan belum kenal Gerry. Sudahlah, jangan terlalu kauperhatikan ocehanku. Aku ini cuma orang tua idealis yang berkeyakinan bahwa bagi seniman-seniman muda lebih baik hidup serba kurang daripada berkecukupan, karena itu bisa merangsang kreativitas." Anson tersenyum. "Sekarang kautelepon saja Gerry. Nanti kalau berjumpa dengan dia, sampaikan salamku padanya. Suruh dia kapan-kapan main kemari."
"Baiklah," kata Bob.
ia berpaling hendak meninggalkan tempat itu, ketika pria berjanggut itu berkata lagi, sekali ini pada dirinya sendiri, "Sepupu Gerry. Aneh, selama ini tidak kuketahui bahwa Gerry itu punya keluarga, ia tidak pernah bercerita tentang dirinya. Wataknya begitu tertutup."
Bob tersenyum.
103
"Setiap orang, pasti punya keluarga," katanya mengomentari.
"Betul," kata Edward Anson. "Sampai sekarang belum ada pabrik yang bisa menghasilkan manusia. Tapi kadang-kadang ada orang yang sulit dibayangkan punya ayah, ibu. kakak, dan adik. Nah, sana, pergilah menelepon Gerry. Selamat pesiar di Los Angeles. Jangan lupa salamku pada Gerry, dan bilang padanya aku menunggunya. Aku ingin mengobrol dengan dia tentang pekerjaannya."
"Baik," kata Bob. "Terima kasih, Sir."
Bob turun dan langsung keluar lewat pintu depan. Saat itu ada bis datang, ia berlari-lari ke halte, lalu naik ke kendaraan umum yang menuju ke barat itu, ke arah Rocky Beach. Sambil duduk dekat jendela, direnungkannya kembali pembicaraannya tadi dengan Edward Anson, pria berjanggut yang pernah menjadi guru Gerhart Malz. Dari pria itu ia mengetahui bahwa Malz berbakat sebagai pelukis, berwatak tertutup, dan nampaknya lebih mementingkan kedudukan mantap daripada mengembangkan bakat seninya. Hal-hal itu memperlengkap pengetahuan tentang diri Malz, tapi tidak menyebabkan gambaran tentang dia berubah, ia ternyata memang pengurus museum yang cakap.
Bob mendesah. Penyidikannya tidak berhasil menemukan sesuatu yang mencurigakan, ia bertanya-tanya dalam hati, apakah Jupe dan Pete
104
lebih berhasil dengan penyidikan mereka. Jika sama saja dengan dia, maka itu berarti bahwa Trio Detektif harus mencari jalan lain. Pokoknya, mereka harus berhasil mengetahui siapa sebenarnya orang yang merongrong Letitia Radford!
105