Trio Detektif - Misteri Singa Gugup(2)

Bab 11
MENYONGSONG BAHAYA
Bunyi mendenging tinggi itu melemah kembali, menjadi seperti suara siulan
bernada rendah.

“Alat pencincang logam?” ulang Jupiter bingung.
Mike menunjuk ke arah depan, ke suatu tempat di balik pepohonan.
“Ya, Jupe,” katanya. “Di balik pagar, di seberang kompleks ‘Jungle Land’. Di sana
ada tempat penimbunan besi tua. Tempat itu penuh dengan mobil rongsokan, serta
bermacam-macam besi tua lainnya.”
“Apa yang dilakukan alat pencincang logam kecuali menakut-nakuti orang?” tanya
Bob.
"Alat itu merupakan sarana daur ulang modern untuk memperoleh logam berharga
yang biasanya tercampak begitu saja,” kata Mike. “Itu merupakan bagian dari
kegiatan pelestarian lingkungan, yang belakangan ini mulai digalakkan. Dulu,
mobil- mobil bekas tidak dipakai lagi hanya dipadatkan saja, lalu dijual sebagai
besi tua. Tapi sekarang ada alat baru ini semacam cakar raksasa, yang kerjanya
dikendalikan dengan komputer. Kerjanya memilih serta memroses. Cakar raksasa
itu merobek-robek badan mobil. Lalu logam dipisahkan dari bahan-bahan lainnya,
sedang logam-logam yang lebih berharga seperti tembaga misalnya dipilih dan
dipisahkan dari besi dan baja."
Pete menghembuskan napas lega.
"Jadi ternyata cuma itu saja?" katanya. "Kalau mendengar bunyinya, kusangka ada
kawanan gorila sedang mengadakan rapat!”
Jupiter mencubit-cubit bibir bawahnya. Ia memandang arlojinya sebentar.
“Setengah sepuluh,” katanya. “Kira-kira waktu beginikah George biasanya mulai
nampak gelisah, Mike?”
“Kadang-kadang sudah lebih dulu, tapi kadang-kadang baru nanti,” jawab Mike
sambil mengangkat bahu. “Aku tidak tahu persis waktunya. Pokoknya, selalu
apabila hari sudah gelap.”
“Selalu malam hari? Tidak pernah sewaktu siang?"
“Tidak pernah,” kata Mike dengan tegas. “Tapi siang ini tidak ikut
kuperhitungkan. Tadi George tidak lagi gelisah tapi sudah galak. Kurasa karena
kakinya yang luka.”
“Apa sebetulnya pikiranmu, Jupe?” tanya Bob. “Kau menduga, bunyi pencincang
logam itu yang membuat George gelisah?”
“Binatang lebih peka terhadap bunyi dibandingkan dengan manusia,” kata Jupiter.
“Mungkin George gelisah karena telinganya menangkap bunyi lengkingan alat
pencincang logam.’
“Tapi kalau begitu Ia seharusnya gelisah terus,” sela Pete, "dan bukan cuma malam
saja."
“Komentarmu itu tepat, Dua,” kata Jupiter. “Apakah alat itu siang hari juga
bekerja, Mike?”
“Kadang-kadang,”jawab Mike. “Aku sudah tidak memperhatikan bunyi itu lagi
sekarang. Di rumah kami, bunyinya tidak begitu terdengar senyaring di sini."
“Hmm,” gumam Jupiter. “Sudab berapa lama alat itu bekerja, Mike?”
“Bisa dibilang baru-baru ini, Jupe,” jawab Mike. “Kalau tempat timbunan besi tua
itu sendiri sudah lama ada di situ. Sudah beberapa tahun. Begitu pula halnya
dengan instalasi penghancurnya. Tapi alat pencincang itu, kurasa baru bulan
terakhir ini mulal bekerja.”
“Jadi baru satu bulan,” kata Jupiter mengulangi. “Dan sudah sejak berapa lama
George nampak gugup dan gelisah?
“Sejak sekitar tiga bulan yang lewat,” kata Mike. “Aku ingat. Ia mulai begitu tidak
lama sebelum awal musim penghujan, ketika Jim memutuskan untuk mengajak
George tinggal di dalam rumah.”
Kening Jupiter berkerut nampaknya bingung.
"Jangan lupa, tidak setiap malam ia gelisah," kata Mike menambahkan. “Kadangkadang
ia begitu, tapi kemudian sudah biasa-biasa lagi. Tapi selama sekitar
sepekan belakangan ini keadaannya semakin gawat. Sejak saat itu, setiap malam Ia
selalu gelisah.
“Jadi Ia sudah gugup sebelum alat pencincang logam itu ada,” kata Bob.
Jupiter berpikir-pikir.
“Kelihatannya George tjdak biasa terkurung dalam rumah saat malam hari.
Barangkali itulah alasan kegugupannya. Sedang alat pencincang logam bisa
merupakan penambah kegugupannya tapi bisa juga tidak. Mungkin saja masih ada
penyebab-penyebab lainnya."
“Mungkin Ia gugup karena harus ikut main film,” kata Pete mengomentari sambil
nyengir. "Para aktor banyak yang gugup sepanjang malam, karena harus
menghapal teks untuk pengambilan film hari berikutnya.”
Jupiter menjentikkan jarinya. -
"Komentarmu itu kaumaksudkan untuk melucu, Pete - - tapi mungkin saja ada
benarnya,” katanya. Kemudian ia berpaling pada Mike. “Sudah berapa lama Jay
Eastland beserta awaknya bekerja di ‘Jungle Land’ sini?”
“Begitulah sekitar dua bulan,” kata Mike. “Tapi waktu selama itu, sebagian besar
dipakai untuk mencek lokasi, mengatur letak kamera, memilih latar belakang yang
cocok, dan sebagainya. Rombongan selengkapnya untuk pembuatan film, baru
datang kira-kira dua minggu yang lalu.”
“Mereka juga bekerja malam hari?” tanya Jupiter.
“Kadang-kadang.”
Kening Jupiter berkerut lagi.
“Katamu, lokasi pengambilan film mereka letaknya sekitar lima menit dari
rumahmu kalau naik mobil. Mungkinkah suara alat pencincang logam tertangkap
oleh alat perekam suara mereka?”
“Itu mungkin saja," kata Mike. “Terus-terang, aku tidak tahu. Yang jelas, Mr.
Eastland selama ini tidak pernah mengeluh tentang itu!”
“Mungkin Ia tidak langsung merekam suara sewaktu mengambil gambar di sini,”
kata Pete, bersandarkan pada pengetahuan yang diperolehnya dari Mr. Crenshaw,
ayahnya. "Kadang-kadang suara baru direkam kemudian termasuk teks para
pemeran. Teknik begitu disebut dubbing.”
Jupiter mengangguk
“Bagaimana dengan para aktor serta awak film? Mereka juga tinggal di sini?” -
"Kebanyakan dari mereka pulang, apabila hari sudah malam,” kata Mike. “Jalan
rayat tidak jauh dari sini, sedang kebanyakan dari mereka tinggal di tempat-tempat
yang termasuk dekat Westwood, Hollywood, Los Angeles. Naik mobil, palingpaling
cuma setengah jam.”
“Bagaimana dengan Mr. Eastland?” tanya Jupiter. “Ia tinggal di sini?”
"Kalau mau, bisa saja! Ia membawa karavan kemari, begitu pula masing-masing
satu lagi untuk kedua pemeran utamanya, Rock Randall dan Sue Stone. Mereka
bisa tinggal di sini kalau mau, karena pamanku menyewakan seluruh ‘Jungle Land’
pada mereka. Pintu gerbang selalu terbuka, jadi mereka bisa keluar-masuk kapan
saja. Aku tidak pernah memeriksa. Jim juga begitu.”
“Jadi mungkin saja mereka malam-malam ada di sini,” kata Jupe berkeras.
“Mereka malam-malam bisa saja menyelinàp dekat rumah kalian, sehingga George
gugup karenanya."
“Tapi untuk apa mereka berbuat begitu, Jupe?” tanya Bob.
“Kalau alasannya, aku juga tidak tahu,” jawab Jupiter. “Aku cuma mengatakan,
kemungkinan itu ada!”
“Yuk, kita terus,” kata Mike mengajak. “Kita ke pagar, lalu setelah itu mengambil
jalan memutar, menuju sisi rumah kami yang satu lagi.”
Bunyi asing yang datang dari tempat penimbunan besi tua mulai terdengar lagi,
sementara anak-anak menghampiri pagar pembatas. Bunyi gemeretak dengan
irama beraturan itu kemudian menghilang, digantikan suara mendenging tinggi.
Kali ini anak-anak sudah tahu bahwa bunyi yang mirip jeritan manusia itu akan
terdengar. Karenanya mereka tetap tenang.
“Selamat mencincang!” teriak Bob, sambil menutup telinga dengan tangan. “Aku
heran, kenapa binatang-binatang kalian belum menjadi gila semuanya karena bunyi
begini, Mike!”
Jupiter memandang pagar yang nampak berkilat kena sinar bulan. Tonggaktonggak
besi terhunjam ke tanah dengan jarak beberapa meter sebagai sandaran
pagar kawat.
“Apakah seluruh kompleks dikelilingi pagar begini, Mike?” tanya Jupiter.
“Ya,” jawab Mike. “Pagar ini terus ke utara, melewati batas kompleks penimbunan
besi tua. Lalu ada parit lebar di belakangnya, yang letaknya sejajar terus. Tinggi
pagar di mana-mana enam kaki - seperti di sini dan cukup kokoh, sehingga
binatang-binatang bisa dibilang tidak mungkin keluar dan kompleks jika mereka
terlepas.”
Anak-anak menyusur tepi pagar, benjalan terus ke arah utara. kemudian membelok
dan mulai mendaki bukit, menyusur di bawah pepohonan dan merintis rumput
tinggi. Tiba-tiba Pete berhenti berjalan.
“Ada apa, Pete?” kata Bob.
Temannya yang jangkung itu menuding dengan tangan gemetar. Arah tudingannya
lurus ke depan.
“Kalian dengar tidak?” bisiknya.
Sélama sesaat suara mesin di tempat penimbunan besi tua berhenti. Anak-anak
membisu. Semua memasang telinga.
“Di mana, Pete?” tanya Jupiter. “Bunyi apa yang kaudengar?”
Pete menuding lagi.
“Di sana!”
Saat itu terdengar bunyi gemerisik di tengah rerumputan tinggi, disusul suara napas
berat.
“Itu!” bisik Pete lagi, dengan suara serak karena
Teman-temannya mengikuti arah telunjuknya. Mereka menatap ke dalam gelap.
kemudian mereka melihat suatu bayangan bergerak.
Keempat remaja itu terpaku di tempat masing-masing. Semua menahan napas.
Ada sesuatu yang muncul dari balik sebatang pohon. Sosok gelap itu melangkah
maju dengan gerakan aneh. Kemudian anak-anak melihat kepala yang bergerakgerak,
di atas bahu tegap dan ditumbuhi bulu.
Menurut Jim Hall, situasi sebenarnya tidak berbahaya. Kini mereka tidak yakin
lagi - sementara gorila itu semakin mendekat. Bunyi napasnya yang berat terdengar
jelas!
Bab 12
BERBAGAI BUNYI DALAM KEGELAPAN MALAM
JUPITER yang paling dulu menyadari bahaya itu.
"Lari!" serunya.
Ketiga anggota Trio Detektif berbalik, lalu lari. Mike ragu-ragu, antara keinginan
lari atau melakukan tugas. Sesaat ditatapnya gorila yang datang. Dilihatnya
sepasang mata berpinggiran merah memandangnya dari bawah kening berbulu
yang menjorok ke depan.
Sambil lari, Jupiter menoleh sebentar ke belakang. la berteriak, “Lari, Mike!
Mungkin saat ini ia berbahaya!”
Makhluk hutan itu mengangkat lengannya yang panjang, sambil memamerkan
sepasang taring yang panjang. Napas Mike tersentak. Tekadnya goyah. Akhirnya
rasa takutnya menang. Ia lari, menyusul yang lain-lain.
Gorila itu memukul-mukul dadanya, lalu berbelok dan menghilang ke tengah
rumput tinggi.
"Ke mana dia?" seru Bob.
“Masuk ke tengah rumput. Kurasa Ia takut melihat kita!” balas Mike sambil
berseru pula. “Yuk — kurasa sebaiknya kita langsung pulang saja sekarang."
Dengan sikap waspada, mereka mengambil jalan mengitari tempat berbahaya itu.
Jantung mereka berdebar keras. Ketika sudah hampir mencapai puncak lereng,
tahu-tahu rumput di depan mereka tersibak. Mereka melihat makhluk berbulu tebal
tadi keluar dari situ. Mereka hendak lari tapi sudah terlambat!
Keempat remaja itu terpaku ketakutan. Makhluk bertubuh tegap itu mengangkat
kedua lengannya. Mulutnya ternganga lebar. Anak-anak mendengar suara aneh
keluar dari kerongkongannya.
Tiba-tiba terdengar seseorang berseru dengan suara keras.
“Tiarap!”
Seketika itu juga anàk-anak menjatuhkan diri ke samping. Mereka mendengar
bunyi mantap, lalu menoleh ke arah asal bunyi itu. Mereka melihat Jim Hall
bersama dokter hewan yang berdiri dengan senapan terangkat.
Gorila itu goyah. Mukanya yang hitam menampakkan keheranan. Kemudian
binatang itu mengerang, lalu roboh berdebam ke tanah.
“Kalian tidak apa-apa?” tanya Jim Hall. Keempat remaja itu hanya bisa
mengangguk, karena masih tercekam rasa ngeri.
“Tembakan Anda jitu, Doc,” kata paman Mike.
Dokter hewan itu mengangguk dengan air muka datar. Ia melangkah maju dengan
cepat. Ia berdiri memandang gorila yang tengeletak di tanah. Lengan dan kaki
binatang itu bengerak-gerak lemah.
“Ia tidak cedera,” kata dokter hewan itu pada anak-anak yang datang
mengerubung. “Obat bius baru akan benar-benar bekerja dalam beberapa detik
lagi. Setelah itu gorila ini akan tertidur. Ia akan cukup lama pulas, sehingga kita
bisa mengangkutnya dengan aman kembali ke kandangnya."
“Ternyata tepat pada waktunya kami kembali,” kata Jim Hall dengan wajah suram.
"Kepergian kami ke ngarai ternyata sia-sia saja. Rupanya ada orang yang sengaja
menyesatkan! Kemungkinannya, selama ini gorila itu bersembunyi terus dalam
hutan di sekitar sini.”
“Siapa yang mengatakan bahwa ia ada dalam ngarai?” tanya Jupiter.
“Jay Eastland,” jawab Jim Hall singkat.
Doc Dawson membungkuk, memperhatikan gorila yang sementara itu sudah
tergeletak tanpa bergerak-gerak lagi.
“Ia sudah tidak sadarkan diri lagi, Jim,” katanya. “Tolong aku menggotongnya ke
mobil.”
Jim Hall membungkuk. Dengan cekatan diikatnya gorila itu. Kemudian
digotongnya binatang yang pingsan itu pergi bersama Doc Dawson. Anak-anak
mengikuti dari belakang, sementara kedua orang dewasa ini menjunjung gorila ke
bagian belakang jip.
“Akan Anda angkut ke mana sekarang, Mr. Hall?” tanya Jupiter.
“Kembali ke kandangnya. Mudah-mudahan saja Ia tidak lepas lagi.”
“Paman Jim,” sela Mike, “Jupiter tadi melihat bahwa salah satu jeruji kandang itu
tidak ada lagi. Sedang dua jeruji di sisi kiri-kanannya bengkok. karena itulah Ia
bisa terlepas.”
Jim Hall menatap Jupiter dengan tajam.
"Memang begitulah kejadiannya,” kata pengelola Jungle Land itu. "Nampaknya
ada orang yang hendak menyabot kita!”
“Kelihatannya memang begitu, Sir,” kata Jupiter. “Tapi yang saya pikirkan
sekarang, kalau gorila ini dimasukkan kembali ke kandangnya, apakah Ia akan
tetap tinggal di situ?”
“Itu soal gampang,” kata Jim Hall menanggapi. “Saat ini seorang pekerja sudah
kusuruh mengqanti jeruji yang hilang,serta meluruskan batang-batang yang
bengkok. "
Jip bergerak menyusur jalan setapak, diikuti oleh Jupiter serta kawan-kawannya
yang berlari-lari kecil. Ketika mereka sampai di rumah, nampak beberapa orang
pekerja sedang sibuk membetulkan kandang gorila.
Seorang laki-laki dengan rambut dipotong sangat pendek berpaling menatap
mereka. Lengan orang itu kekar. Satu di antaranya dihiasi gambar tato. Ia
menggenggam palu bertangkai panjang.
“Sudah beres lagi,” kata orang itu pada Jim Hall. Kemudian Ia menoleh ke arah
Doc Dawson. “Sudah ketemu? Cepat sekali, Doc!”
Jim Hall menghampiri kandang yang sudah dibetulkan. Para pekerjanya yang
bertubuh kekar meluangkan jalan untuknya. Jim Hall menggenggam jeruji-jeruji
yang baru dibetulkan, lalu menarik-narik serta mengguncang-guncangnya, sambil
menggerak-gerakkan tubuhnya menyamping.
“Oke! Kurasa Ia takkan bisa keluar lagi, Bo. Terima kasih.” Ia berpaling, kembali
ke jip. “Coba tolong kami menggotong Kong ke kandangnya."
“Baik!” Laki-laki berlengan kekar tadi mencampakkan palu besarnya ke tanah.
“Nanti dulu!” kata Doc Dawson. “Sebelumnya, aku ingin memeriksa kandang itu
dulu. Aku tidak ingin berkeliaran lagi sepanjang hari sampai malam, mencari-cari
binatang yang lepas. Masih ada kesibukanku yang lain."
Pembantu Jim Hall mengangkat bahu dengan sikap tidak peduli.
“Silakan, Doc,” katanya sambil nyengir. “Anda ingin kami kurung di dalam untuk
melihat apakah Anda bisa keluar lagi?”
“Sangat lucu, Jenkins,” kata Dawson dengan nada membentak.
Dokter hewan itu maju, lalu mengambil palu besar yang tergeletak di tanah.
Dengan alat pemukul itu diketuk-ketuknya tiap-tiap jeruji kandang yang belum
berisi gorila. Ia melakukannya sambil mendekatkan kepala dengan penuh minat,
seakan-akan meneliti kalau-kalau terdengar bunyi yang menunjukkan adanya cacat
pada logam jeruji. Kemudian dipegangnya jeruji-jeruji itu dengan tangannya yang
nampak kekar dan dimakan cuaca. Tiap-tiap jeruji ditarik-tarik dan disentakkan,
didorong-dorong dan berbagai sudut.
“Puas?” tanya Bo Jenkins.
“Kelihatannya beres,” kata Dnc Dawson dengan suara menggerutu. “Jeruji-jeruji
ini kuat menahan tenagaku tapi aku tidak sekuat gorila.” Ia menatap Bo Jenkins
dengan pandangan dingin. “Dan kau juga tidak! Tapi jika kau hendak
menggantikan kedudukan Hank Morton di sini, kau sedikit pun tidak boleh
melakukan kesalahan!”
“Kemampuan Bo cukup baik, Doc,” kata Jim Hall sambil menandang Doc
Dawson. “Andalah yang mengatakan Ia bisa menggantikan Hank Morton serta bisa
bekerja dengan baik. Sampai sekarang aku cukup puas dengannya. Kenapa Anda
merongrongnya?”
“Aku cuma ingin ia selalu siaga! Cuma karena itu saja," tukas Dawson. "Kita
harus menghindarkan terjadinya insiden lagi di sini.” Ia melangkah mundur.
Dipandangnya kandang yang masih kosong itu sekali lagi, lalu menggelenggeleng.
“Aku tidak mengerti, bagaimana jeruji itu bisa sampai dilepaskan.
Sebaiknya kandang macan tutul kuperiksa juga sebentar.”
Dengan cepat dihampirinya kandang yang terletak di sebenang sambil membawa
palu. Kucing besar berbulu hitam legam itu meloncat bangkit dengan cepat,
mendesis dan menyembur-nyembur. Doc Dawson mengelilingi kandang sambil
memukul-mukulkan palu ke tiap-tiap jeruji.
“Ia kelihatannya mencari-cari cacat pada logam jeruji,” kata Jupiter pacla temantemannya.
“Aku pernah mendengar tentang kemungkinan itu, yang istilahnya
kelelahan pada logam. Pesawat terbang biasa diuji secara berkala untuk
menghindari kecelakaan yang disebabkan karena kelelahan logam."
"Dengan palu?" tanya Bob.
"Mungkin Doc Dawson mempunyai metodenya sendiri,” kata Jupiter sambil
mengangkat bahu. "Bagaimanapun juga, Ia sudah cukup berpengalaman dengan
binatang-binatang yang dipelihara dalam kandang."
Akhirnya Doc Dawson kembali. Ia menganggukkan kepala, kelihatannya Ia merasa
puas.
“Oke, Jim,” katanya. “Sejauh yang bisa kusimpulkan, jeruji-jeruji kandang itu
cukup kokoh. Tidak ada yang retak, dan semuanya terpasang kokoh di tempat
masing-masing. Kurasa gorila itu bisa kita masukkan sekarang.
Jim Hall memberi isyarat pada para pekerja. Mereka menjunjung gorila yang
masih pulas, lalu memasukkannya ke dalam kandang. Jim Hall melepaskan tali
pengikatnya, lalu dengan cepat menutup dan menggembok pintu.
Doc Dawson naik ke kendaraannya.
"Kurasa semuanya sudah beres lagi sekarang, Jim,” katanya dari belakang kemudi
jip. "Aku rnasih punya pekerjaan lain, mengurus kuda-kuda di kandang. Kalau aku
kauperlukan lagi, tinggal panggil saja!”
“Mudah-mudahan sementara ini tidak perlu lagi, Doc,” jawab Jim Hall. “Sekali
lagi terima kasih atas pertolongan Anda.”
“Catat saja pada rekenjng” seru Dawson dari mobilnya. Ia melambai, lalu pergi.
Bob menyikut Jupiter.
“Akan ada keramaian lagi,” bisiknya. “Jay Eastland datang!”
Mobil station wagon yang panjang datang dengan laju. Kendaraan itu dihentikan
dengan mengejut. Sutradara yang berkepala botak itu meloncat ke luar. Bibir Jim
Hall menipis ketika melihatnya.
Eastland datang menghampiri dengan bergegas-gegas. Ia membungkukkan kepala,
memandang ke dalam kandang gorila.
“Akhirnya berhasil juga kau menangkapnya kembali, ya?” tukas sutradara itu.
“Agak lama waktu yang kauperlukan untuknya, Hall! Para pekerjaku sudah
setengah mati ketakutan karenanya!”
“Ya, Ia sudah kami tangkap kembali,” kata Jim Hall lambat-lambat. “Sebetulnya
itu bisa lebih segera kami lakukan - tapi ada orang yang memberi petunjuk yang
keliru. Ia ternyata tidak ada di kawasan ngarai, melainkan di sekitar sini - dekat
pagar.”
Jay Eastland mengangkat bahu.
“Yah pokoknya aku mendengar bahwa Ia terlihat dekat ngarai, lalu kuteruskan
kabar itu padamu." Nada suaranya meninggi. "Bagaimana aku bisa membuat film,
jika kau tidak mampu mengurus agar binatang-binatangmu tidak ada yang
terlepas? Para aktorku sudah gelisah sekali membayangkan kemungkinan setiap
saat diserang salah satu binatangmu lagi yang terlepas!”
“Aku sendiri juga menyesal atas kejadian-kejadian itu, Eastland,” kata Jim Hall
dengan suara tenang. “Memang telah terjadi beberapa insiden, tapi urusan itu tidak
sampai membahayakan siapa-siapa. Dan kini semuanya sudah bisa kami
kendalikan lagi. Katakan pada aktor-aktor Anda, mereka tidak perlu khawatir.
Kembalilah membuat film Anda, jangan ganggu kami. Kedatangan Anda hanya
membuat binatang-binatangku gelisah.”
Air muka Eastland menjadi merah-padam. Ia mundur beberapa langkah, lalu
mengacung-acungkan kepalan tinjunya. “Jangan coba-coba mendikteku, Hall!”
bentaknya. “Aku menyewa tempat ini, dan —“
Tiba-tiba terdengar semburan nyaring di belakang sutradara itu. Eastland terkejut,
lalu membalikkan tubuh dengan cepat. Macan tutul yang ada dalam kandang
menerjang maju. Eastland menjerit ketakutan, sementara kucing besar berbulu
hitam itu menubruk jeruji kandangnya. Macan tutul itu mundur sambil mendesisdesis.
Tampang sutradara itu pucat lesi. Matanya berputar-putar. Kemudian dilihatnya
Jupiter serta teman-temannya, yang memperhatikan kejadian itu.
“Kenapa anak-anak ini ada di sini?” bentaknya.
“Mereka ada di sini atas undanganku, Eastland,” kata Jim Hall. “Mereka sedang
melakukan sesuatu untukku di sini. Sekarang, masih ada lagi yang kaurasakan
mengganggu?”
Eastlahd mendelikkan matanya. Dadanya kembang-kempis.
“Pokoknya, jaga agar jangan ada lagi binatangmu yang lepas!” tukasnya. “Kalau
itu terjadi lagi, pasti kau akan menyesal nanti!”
Setelah itu Ia pergi, dengan kepala tertunduk seperti hendak menyeruduk.
Jupiter memperhatikan station wagon yang melesat pergi. Ia merasa bingung.
“Orang itu tingkah-lakunya sama sekali tidak seperti suiradara film, Pete," katanya
mengomentari, “Ia yah, tingkah-lakunya sangat emosional!”
Pete tersenyum.
“Dia itu dalam bisnis perfilman dijuluki sutradara borongan, Jupe,” katanya.
“Mereka hanya berminat menghasilkan produksi mereka dengan cepat dan
mengeruk keuntungan dengan lebih cepat lagi. Menurutku, Mr. Eastland sedang
terlibat kesulitan keuangan. Karena itulah Ia marah-marah terus! Keberisikannya
itu merupakan pelampiasan perasaannya.”
"Ngomong-ngomong tentang berisik,” kata Jupe, “sudah agak lama juga bunyi alat
pencincang logam tidak kedengaran lagi. Yuk, kita kembali sebentar ke pagar. Aku
ingin melihat-lihat sebentar di sana sebelum kita pergi.”
“Aku sebetulnya mau saja ikut dengan kalian, Jupe tapi di sini masih banyak tugas
menunggu,” kata Mike. “Jadi kita berpisah di sini saja."
Jupiter memandang arlojinya sebentar.
“Kami cuma akan sebentar saja melihat-lihat,” katanya. “kami akan berusaha
datang lagi besok untuk melanjutkan penyidikan.”
Setelah itu Ia pergi, menuju ke tempat gelap. Bob
dan Pete hanya bisa mengangkat bahu, lalu menyusul teman mereka itu.
“Nah sekarang kita akan menguji tembok suara itu lagi,” kata Bob. “Lain kali
tolong ingatkan aku, ya agar jangan lupa membawa penutup telinga.”
“Lain kali tolong ingatkan, bahwa aku lebih baik tidak ikut saja kemari,” kata Pete
menggerutu. “Aku sudah cukup mengalami ketegangan malam ini, diuber-uber
gorila tadi."
Mereka menuruni lereng. Dengan segera Jupiter sudah tersusul. Teman mereka itu
sedang merunduk di balik sebatang pohon dekat kaki lereng.
“Kenapa “ kata Pete. Tapi Ia langsung berhenti, karena melihat Jupiter mengangkat
tangannya.
Sambil menempelkan jari ke bibir, Jupiter memberi isyarat agar kedua temannya
mendekat. Keduanya bergegas menghampiri sambil membungkuk-bungkuk.
Mesin pencincang logam tidak terdengar suaranya. Tapi ketiga remaja itu
mendengar bunyi lain. Bunyi berat, disusul dentangan, lalu bunyi gemerisik.
“Di tempat penimbunan," bisik Jupiter. “Ada orang di sana. Coba kalian
perhatikan - pernahkah kita melihat orang itu?”
Pete dan Bob menajamkan mata, memandang dengan tekun ke balik pagar. Mereka
mengamat-amati tempat penimbunan besi tua, yang saat itu diterangi cahaya bulan.
Tiba-tiba nampak nyata terang. Orang yang ada di situ menyalakan rokok.
Wajahnya nampak jelas selama rokok dinyalakan.
“Muka Kapak!” bisik Pete. “Orang yang datang ke pangkalan!”
"Ya, betul itu memang dia,” kata Bob berbisik-bisik pula. “Ia mengaku bernama
Olsen, kan? Apa yang sedang dilakukannya di sini?”
“Ssst dengar!” kata Jupe pelan.
Mereka mendengar suara gemerisik . Laki-laki dengan potongan wajah lancip itu
membungkuk. Di tangannya ada sesuatu yang nampak berkilat. Bibirnya bergerakgerak.
Kemudian terdengar lagi bunyi gemerisik seperti tadi.
“Walkie-talkie,” kata Jupe. “Muka Kapak mengirim berita dengan radio.”
Bab 13
DIUBER!
"YUK,” ajak Jupiter sambil berbisik. “Aku harus ikut mendengarnya.”
Ia menuding miring ke depan, ke arah kerumunan pohon ekaliptus yang tumbuh
persis bersebelahan dengan pagar. Dahan-dahan pepohonan itu menjulur rendah,
sehingga anak-anak bisa bersembunyi di situ asal mereka bisa mendatangi tempat
itu tanpa ketahuan. Dengan berhati-hati Jupiter merayap maju, diikuti oleh Bob dan
Pete. Tidak lama kemudian ketiga remaja itu sudah sampai dengan selamat di
bawah pohon-pohon yang dituju, terselubung di bawah dedaunan ekaliptus yang
berminyak dan berbau seperti obat. Mereka mengintip ke luar, ke balik pagar.
Mereka melihat Olsen. Orang itu berdiri tidak sampai tujuh meter dan tempat
mereka mengintip.
Dari walkie-talkie yang dipegang orang itu terdengar bunyi gemerisik. Olsen
membungkukkan kepala, lalu berbicara. Kini anak-anak dapat mendengar katakatanya
dengan jelas.
“Datanglah kemari,” kata Muka kapak Walkie-talkie di tangannya gemerisik.
"Oke," jawab teman bicaranya.
Sesosok tubuh gelap nampak berjalan lambat lambat, melintasi tempat penimbunan
besi tua yang berserakan. Orang itu juga memegang walkie-talkie, yang antenanya
terjulur tinggi ke atas.
Olsen, atau Muka kapak, menyapanya.
“Sudah ada hasil yang kaucapai, Dobbsie?”
Orang yang datang menggeleng. Ia terus berjalan sambil meneliti besi tua yang
berserakan di tanah.
“Belum." katanya. Suaranya terdengar lewat walkie-talkie yang ada di tangan
Olsen.
“Kalau begitu cari terus.” kata Muka kapak. “Mungkin juga tertimbun.”
Ia membungkuk. Dilemparkannya sebuah bumper mobil ke samping. Terdengar
bunyi berdentang ketika bumper itu jatuh. Olsen mengulangi perbuatannya dengan
sebuah bumper lagi, lalu sebuah tutup radiator. Tempat di sekelilingnya diamatamatinya
dengan tekun. Kemudian Ia menggeleng.
Sementara itu orang yang satu lagi sudah dekat. Ia pun mengangkat berbagai benda
yang dijumpai, Iaiu dicampakkan kembali ke tanah. Akhirnya kedua laki-laki itu
sudah saling berdekatan. Orang yang datang berpakaian serupa seperti Olsen, yang
mengenakan setelan rapi berwarna gelap.
Keduanya memasukkan antena walkie-talkie masing-masing.
“Rasanya seperti mencari jarum di tengah tumpukan jerami,” keluh orang yang
baru datang. Suaranya terdengar capek.
"Ya, aku tahu,” sahut Olsen. “Tapi kita tidak bisa mengambil risiko kehilangan
lagi. Jumlah yang terlibat terlalu tinggi, tidak bisa kita lepaskan saja.”
"Bagaimana dengan tempat yang satu lagi?"
“Maksudmu, pangkalan yang berjual-beli barang-barang bekas? Kelihatannya
bersih — tapi kita perlu memperhatikannya terus. Anak gendut yang ada di sana,
mungkin mengetahui sesuatu. Dia perlu kita tangani lagi nanti!”
Jupiter berpandang-pandangan dengan kedua rekannya. Ketiga remaja Itu tahu,
hanya Jupiter saja anak gendut yang ada hubungannya dengan pangkalan barang
bekas. Jupiter meneguk ludah. Ia tidak senang disebut gendut. Tapi Ia lebih-lebih
merasa tidak enak mendengar nada mengancam dalam kata-kata terakhir yang
diucapkan oieh Olsen.
Laki-laki yang satu lagi tertawa meringis. Mukanya pucat, berbentuk persegi,
dengan hidung melesak ke dalam, serta sepasang mata kecil yang menatap tajam.
“Bagaimana dengan dua yang baru saja datang di tempat Hall? Tidakkah itu juga
perlu kita ambil?”
Olsen menggeleng. Ia merogoh kantungnya. Dikeluarkannya secarik kertas, lalu
diamat- amatinya dengan tekun.
“Jangan sekarang,” katanya. “Risikonya terlalu besar, dan nanti burung-burung
kita terbang. Ia mengetuk-ngetukkan jarinya ke kertas yang sedang dipegang.
Informasi yang kita petik dari pemberitahuan Dora, memberikan petunjuk pada
kita. DOX ROX NOX EX REX BOX. Enam 'X', berturut-turut. Itu bisa berarti
sandi kawat. Atau kalau tidak, mereka berbicara tentang enam ratus K. Itu nilainya
sekitar setengah juta dollar, Dobbsie. Lumayan, kan. Tidak sedikit batu sejumlah
itu.”
Temannya yang bermata kecil dan tajam mengangkat bahu.
“Memang dan jika kita masih lama lagi menunggu, jangan-jangan kita nanti
terlambat. Kenapa tidak kita sergap saja orang itu?"
Muka kapak memasukkan kertas yang dipegangnya ke dalam kantung.
"Kita menunggu," ujarnya mantap. "Nanti ia pasti melakukan sesuatu, yang
memberikan peluang pada kita. Malam ini ada yang ceroboh. Jika batu-batu itu
bisa lebih dulu kita temukan, kemudian keduanya kita ringkus.”
“Baiklah. Kau yang menentukan."
“Memang!” kata Olsen dengan tegas. “Sekarang aku akan menyelidiki, apakah
Eastland ada sangkut-pautnya dengan urusan ini. Saat ini Ia sedang perlu uang, dan
mungkin gorila itu dilepaskannya dengan alasan tertentu. Jangan lupa, Ia akan bisa
menagih pembayaran lima puluh ribu dari Hall apabila terjadi sesuatu.”
Temannya tertawa nyengir, lalu memukulkan kepalan tinjunya ke telapak tangan
yang satu lagi.
“Aku kepingin sekali melakukan pembalasan terhadap orang itu. Bayangkan, aku
diusirnya
seperti anjing!”
Muka Kapak tertawa.
“Ah kalau aku, soal begitu takkan kupedulikan!” katanya. “Oke, Dobbsie, besok
pada waktu yang sama kita memeriksa lagi.”
Olsen melambaikan tangannya. Setelah itu Ia berpaling dengan cepat, lalu pergi.
Temannya berjalan ke arah berlawanan, melintasi tempat penimbunan besi tua.
Pete menyikut Jupe, untuk memberi isyarat. Setelah itu Ia menunjuk ke arah pagar
yang sedang dituju oleh Olsen. Kawat pagar di situ, yang semula tegak, kini
nampak kendur.
Ketiga remaja yang mengintip memperhatikan laki-laki berbentuk muka lancip ke
bawah itu melangkahi pagar kawat yang sudah terbongkar. Setelah menyeberang,
orang itu menghampiri sebuah tonggak yang condong. Tonggak itu ditegakkannya,
sehingga pagar kawat terentang kembali. Olsen berbalik, menepuk-nepukkan
tangan sebentar, lalu mulai mendaki lereng. Ia berjalan ke arah rumah tempat
tinggal Jim Hall serta keponakannya. Dengan segera ia sudah lenyap dalam
kegelapan rimba. Bunyi langkahnya masih bisa terdengar selama beberapa saat
lebih lama. Tapi kemudian lenyap.
Trio Detektif menunggu sebentar di tempat persembunyian mereka. Kemudian
mereka bangkit lambat-lambat. Tempat penimbunan besi tua nampak sunyi.
Rupanya malam itu tidak bekerja. Laki-laki bermata kecil juga sudah tidak
kelihatan lagi di sana. Jupiter dan kedua rekannya melangkah, kembali mendaki
bukit.
Tiba-tiba Jupiter mendesis. Ketiga remaja itu langsung berdiri seperti patung.
Mereka mendengar bunyi menyelinap di tengah rumput. Denyut nadi mereka
melaju. Kemudian terdengar langkah lembut. Mereka mundur dengan sikap ragu,
sementara perhatian mereka terarah ke dalam rimba yang gelap.
Sesosok tubuh besar dan gelap muncul dari balik sebatang pohon, lalu datang
menghampiri. Ketiga remaja itu langsung memutar tubuh, lalu lari. Tapi tahu-tahu
kaki Jupiter tersangkut akar pohon. Ia jatuh terjerembab. Tangannya menyentuh
sesuatu yang terasa dingin dan keras. Di belakangnya terdengar suara menggeram.
Dengan cepat Jupiter menggenggam benda yang tersentuh, lalu bangun dengan
cepat. Benda yang ditemukannya itu ternyata sepotong pipa logam.
Pete menyambar lengan Jupiter, lalu menariknya agar ikut lari. Dari tempat gelap
terdengar suara orang berteriak dengan marah. Tahu-tahu mata ketiga remaja itu
disilaukan sinar senter.
Terdengar langkah berat bergegas-gegas merintis belukar. Jupiter lari, ditarik oleh
Pete. Jupiter masih tetap menggenggam pipa yang ditemukannya tadi. Bob lari di
depan mereka. Larinya laju melintasi lereng. Tahu-tahu ia terjatuh. Pete dan Jupiter
yang ada di belakangnya, langsung mengangkat teman mereka itu, lalu
menyeretnya sambil lari terus.
Sorotan senter menyinari mereka lagi. Mereka mendengar suara keras berteriak
menyuruh berhenti. Tapi ketiga remaja itu malah mempercepat lari mereka.
Mereka lari melintasi bukit, dengan napas memburu. Mereka mengikuti Pete, yang
tidak pernah salah arah. Beberapa saat kemudian mereka muncul dari dalam hutan,
memasuki jalan yang menuju ke rumah Jim Hall. Mobil Rolls-Royce tampak tidak
jauh di depan. Ketiga remaja itu lari menghampiri kendaraan yang diparkir dengan
lampu dinyalakan.
Begitu sampai, Jupiter langsung membuka pintu dengan cepat, lalu menjatuhkan
diri ke jok belakang.
“Kita pergi, Worthington! Cepat!” serunya.
Bob dan Pete menyusul masuk dengan cepat, sementara supir berkebangsaan
Inggris yang duduk di belakang kemudi menjawab dengan tenang, "Baik, Master
Jones."
Dengan segera mesin mobil sudah dihidupkan. Worthington memutar kendaraan
besar itu.
Sementara mobil meluncur ke arah pintu gerbang, mereka melihat seorang laki-laki
muncul dari dalam rimba. Orang itu menerpa ke arah mobil. Rupanya ia hendak
mencegat. Tapi Worthington cukup sigap. Seketika itu juga ia membanting
kemudi. Sekilas nampak muka orang yang hendak mencegat itu. Sambil
menyeringai marah, orang itu mengejar sambil mengacung-acungkan tinju.
“Huhh!” Pete menghembuskan napas lega. “Itu tadi Bo Jenkins, pekerja yang baru
dijadikan pengurus binatang."
Anak-anak menoleh, memandang lewat kaca belakang. Mereka melihat Bo
Jenkins, yang sementara itu tidak mengejar lagi. Orang itu menggerak-gerakkan
kepalan tinjunya yang besar dengan sikap mengancam. Anak-anak langsung
merunduk, walau mereka sebenarnya sudah tidak mungkin dikejar lagi.
Ketika menghampiri pintu gerbang, Pete bergegas meloncat ke luar, sementara
Worthington memperlambat jalan mobil. Pete membukakan pintu gerbang, lalu
menutupnya kembali begitu mobil sudah lewat. Setelah itu Ia bergegas masuk lagi.
Ia duduk bersandar sambil menggelengkan kepala lambat-lambat.
“Kenapa itu tadi?” katanya.
Jupiter tidak bisa menjawab. Keningnya berkerut sementara tangannya masih
menggenggam batang pipa yang hendak dijadikan senjata tadi.
Pete, Bob, dan Jupiter berdiri dekat gerbang utama Jones Salvage Yard.
Worthington sudah pergi lagi dengan Rolls-Royce yang dikemudikannya. Anakanak
sudah diantarnya sampai ke tempat itu, dan mereka pun sudah mengucapkan
terima kasih sebelum berpisah.
“Saat ini sebenarnya sudah agak larut,” kata Jupiter, “tapi kurasa kita masih perlu
berembuk sebentar. Kita harus mengupas pembicaraan Muka Kapak Olsen,
maksudku dengan laki-laki yang satu lagi, yang disapa dengan sebutan Dobbsie.
Mungkin dari pembicaraan itu kita nanti bisa mendapat petunjuk yang diperlukan
guna membongkar misteri ini.”
Ia bergegas mendului ke Markas. Pipa logam yang ditemukannya di dekat pagan
‘Jungle Land’ dicampakkannya ke meja kerja di bengkelnya. Setelah itu Ia
membungkuk, menyusup masuk ke Lorong Dua. Sesampai di Markas, ketiga
remaja itu langsung berkerumun menghadapi meja tulis. Bob mengeluarkan buku
catatannya.
“Kurasa kejadian kita dikejar Bo Jenkins tadi bisa kita kesampingkan,” kata Bob.
“Sama sekali tidak ada yang misterius mengenainya karena orang itu sudah jelas
sinting.”
“Untuk sementara, kita kesampingkan dulu urusan Bo Jenkins,” kata Jupiter
sependapat. “Kurasa Ia tadi cuma sedang berpatroli, menjaga keamanan kompleks.
Mungkin Ia memang berhak mengusir orang-orang yang ada di dalam tanpa izin,
karena bisa menyebabkan binatang-binatang terganggu."
“Aku tidak begitu yakin tentang hal itu,” kata Pete membantah. “Kita kan bukan
orang yang tidak dikenal di tempat itu. Bo Jenkins sudah melihat kita sewaktu Mr.
Hall dan Doc Dawson membawa gorila kembali ke kandangnya. Menurutku, tidak
sepantasnya Ia bersikap segalak tadi.”
“Itu memang betul,” kata Jupiter, “tapi kita tadi kan berada di tempat gelap. Bisa
saja Bo Jenkins tidak bisa melihat kita dengan jelas, sehingga mengira kita ini
anak-anak yang secara lancang berani masuk ke situ. Kurasa sebaiknya kejadian
itu kita lupakan saja dulu, dan membahas pembicaraan antara Olsen dengan
Dobbsie.”
Ketiga remaja itu berusaha mengingat kembali percakapan yang mereka tangkap,
sementara Bob mencatatnya dengan tekun. Setelah itu mereka membicarakan
makna yang mungkin terkandung.
“Apa yang kemungkinannya mereka cari-cari dengan begitu cermat? Benda itu
mestinya terletak di tanah,” kata Bob.
“Dan benda itu mestinya kecil,” kata Pete, “karena orang yang kemudian muncul
mengatakan, rasanya seperti mencari jarum di tengah tumpukan jerami.”
“Itu belum merupakan petunjuk bahwa barang yang dicari berukuran kecil,” kata
Jupiter. “Mencari sesuatu yang kelihatannya seperti barang-barang lainnya di
tengah tumpukan besi tua di sana itu, bukan merupakan pekerjaan gampang. Dan
itulah arti perumpamaan yang diucapkan oleh orang itu.”
“Jadi kemungkinannya, barang apa yang mereka cari?” tanya Bob.
“Aku belum tahu,” kata Jupiter. “Tapi kita mempunyai petunjuk-petunjuk tentang
itu. Coba kaubacakan lagi catatanmu mengenai pembicaraan mereka, Bob! Itu,
yang mengenal batu-batu, serta ‘X’ yang disebutkan berturut-turut.”
“Baik,” kata Bob, lalu menatap catatannya. "Pembicaraan mereka tadi begini." Bob
membacakannya, “‘Informasi dari Dora, memberi petunjuk DOX POX NOX EX
REX BOX.’ Kurasa kata-kata itu semuanya berakhir dengan huruf ‘X’, karena
orang yang mengatakannya kemudian menambah,” kata Bob menarik kesimpulan,
lalu membaca lagi, “Enam ‘X’. Itu mungkin sandi. Atau boleh jadi berarti enam
ratus K. Itu sekitar setengah juta dollar, Dobbsie. Tidak sedikit batu sebegitu.’”
"Ya, kurang lebih begitulah kata-kata yang diucapkan Muka Kapak tadi,” kata
Jupiter. “Tapi Olsen tidak hanya menyebut ‘sandi’ saja, melainkan ‘sandi kawat’.
Kita tidak tahu Dora itu siapa, tapi pemberitahuannya kedengarannya seperti
dikirim dengan kawat. Kata-katanya singkat, dan hanya yang penting-penting saja.
Dan seperti sering dilakukan dalam mengirim kawat, kawat-kawatnya merupakan
bahasa sandi. Orang-orang yang ingin rahasia bisnis mereka tidak diketahui orang
lain, biasa saling berhubungan dengan bahasa atau angka-angka sandi, yang sudah
disepakatkan. Biasanya ada satu hunuf atau kata kunci, untuk menguraikan pesanpesan
sandi pihak pengirim.”
“Tapi kita tidak mengenal kunci bahasa sandi ini,” kata Pete.
“Kurasa itu juga tidak perlu,” sambut Jupiter. “Semua kata-kata itu
kemungkinannya berakhir dengan huruf ‘X’, kata Bob tadi. Tapi kebanyakan
daripadanya, dengan mudah dapat dialihkan dalam bahasa Inggris biasa. Bunyi
‘X’, dapat pula dituliskan dengan ‘CKS’ dalam bahasa Inggris. Lalu kata dengan
awalan 'KN', umumnya hanya N -nya saja yang kedengaran. Begitu pula halnya
dengan huruf-huruf awalan ‘WR’, yang terdengar hanya ‘R’-nya. Dengan begitu,
pemberitahuan, ‘DOX ROX NOX DC REX BOX’, mungkin saja seharusnya
berbunyi, ‘DOCKS ROCKS KNOCKS EX WRECKS BOX.“ Jupiter menuliskan
kata-kata yang diucapkannya dalam buku catatan Bob.
“Hebat,” kata Pete. “Lalu apa artinya?"
“Aku tidak tahu pasti tapi aku bisa menduga-duga,” kata Jupiter. Ia menegakkan
sikap. Nampak bahwa ia bersemangat. “Kurasa, ROCKS merupakan kata yang
penting di sini. Olsen mengatakan, ada sesuatu yang nilainya sekitar setengah juta
dollar, lalu menambahkan bahwa tidak sedikit batu sebegitu. Ada gambaran yang
kalian peroleh mengenainya?”
“Mengenai rocks jadi batu senilai setengah juta dollar?” kata Pete dengan bingung.
“Batu yang diambil dari tanah? Mana mungkin? Maksudku, siapa sih yang mau?"
‘Batu’, masih ada artinya lain, Pete,” kata Jupiter. “Dalam bahasa kasar, itu juga
berarti ‘uang’. Olsen dan Dobbsie pasti sedang mencari-cari uang tadi! Setengah
juta dollar! Kurasa mereka berdua terlibat dalam salah satu persekongkolan yang
melanggar hukum. Tingkah-laku mereka mirip penjahat — dan uang sebanyak itu,
kedengarannya seperti hasil rampokan!”
"Wah itu perkiraan yang sangat berani,” kata Bob dengan sikap sangsi. "Tapi
katakanlah dugaanmu itu benar - lalu apa arti sisa pemberitahuan itu?"
Kening Jupiter berkerut.
“Aku tidak tahu, Bob,” katanya. “kemungkinannya petunjuk di mana uang itu bisa
ditemukan. Mungkin pembicaraan selebihnya bisa memberi petunjuk pada kita.”
"Bagaimana dengan ucapan yang mengatakan, keduanya akan diringkus?” tanya
Pete. “Tentang siapakah Olsen tadi berbicara?”
Bob membaca dari buku catatannya.
“‘Jika batu-batu itu bisa lebih dulu kita temukan, kemudian keduanya kita
ringkus."
Jupiter menggeleng.
"Mula-mula keduanya berbicara tentang satu orang. Teman Olsen mengatakan,
‘Kenapa tidak kita sergap saja orang itu? Kemudian Muka kapak berkata, ‘Ia akan
membuka peluang bagi kita. Malam ini ada yang ceroboh."
“Siapa yang ceroboh itu?” tanya Pete.
Bob menyimak catatannya.
“Jika ceroboh itu dihubungkan dengan melepaskan gorila, mereka menduga
kemungkinannya Eastland yang melakukan hal itu.”
“Aku tidak melihat alasan baginya untuk mengambil risiko itu,” kata Jupiter
sambil merenung. “Memang, berdasarkan kontrak yang sudah disepakatkan, Jim
Hall harus membayar lima puluh ribu dollar pada Eastland sebagai ganti rugi jika
terjadi kecelakaan. Tapi kurasa Eastland takkan setolol itu. Gorila itu berbahaya!
Aku lebih cenderung menduga, Hank Morton lagi yang hendak membalas
dendam!” "
“Baiklah tapi itu sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan batu-batu,” kata
BobJ “Kita cuma berputar-putar terus.”
Jupiter berpikir-pikir, sambil mengetuk-ngetukkan jari ke atas meja.
“Kita melupakan perjumpaan kita yang pertama kali dengan Olsen,” katanya
kemudian. “Orang itu kan kemari katanya ingin membeli kandang-kandang.
Kemudian, tadi ia rasa-rasanya berbicara tentang diriku, serta tentang kandangkandang
itu.” Jupiter mengernyitkan muka, karena teringat bahwa Olsen menyebut
dirinya dengan, ‘anak gendut’."
“Mungkin ía beranggapan, batu-batunya bisa ditemukan dalam kandang-kandang
itu,” kata Pete dengan nada mengejek.
“Jangan tertawa,” kata Jupiter. “Nanti dulu! —0 Box dalam berita kawat itu, bisa
berarti peti, tapi mungkin juga berarti ‘kandang’! WRECKS BOX; dengan begitu
mungkin berarti bongkar kandang maka uang itu akan ditemukan!”
“Kandang-kandang itu tidak perlu dibongkar lagi, karena memang sudah rusak,”
kata Pete membantah. “Lagi pula Olsen tampaknya tidak menilai kandang-kandang
itu terlalu berharga. Ia cuma menawarkan pembayaran sebanyak dua puluh dollar
saja.”
“Ya, memang,” kata Jupiter mengakui. “Itu tidak bisa kujelaskan. Tapi mungkin
juga Olsen sebenarnya mencari kandang yang lain.”
“Ya, di tempat penimbunan besi tua — di tengah rongsokan mobil,” kata Pete,
dengan nada kurang percaya. “Ah - kurasa kita semua sudah capek, dan karena itu
pikiran kita buntu.”
Jupiter berdiri, lalu menggeliat.
“Kurasa kau benar, Pete. Lebih baik kita hentikan sampai di sini dulu. Kita belum
bisa sampai pada kesimpulan yang tegas tapi setidak-tidaknya, satu hal sudah bisa
kita pastikan.”
“Apa itu?” tanya Bob.
“Ada misteri yang perlu diusut,” kata Jupiter dengan puas.
Bab 14
BOB MENEMUKAN SESUATU
KETIKA turun ke bawah untuk sarapan keesokan paginya, Bob masih tetap
merasa bingung. Bahkan, semakin bingung! Begitu banyak yang terjadi sehari
sebelumnya, dan begitu sedikit yang dapat dimengerti. Ia bertanya-tanya pada
dirinya sendiri, jangan-jangan Jupiter main terka saja dalam menarik kesimpulan
tentang makna kalimat sandi edan itu.
Bob mengucapkan selamat pagi pada ayahnya Mr. Andrews hanya mendengus saja
dari balik surat kabar pagi yang sedang dibaca. Ia baru minum secangkir kopi, jadi
rupanya belum kepingin diajak berbicara. Bob mencari-cari sesuatu yang bisa
dibaca. Tulisan pada benda-benda yang terletak di atas meja sarapan sudah
dibacanya semua. Karenanya ia meraih ke arah tumpukan surat kabar luar kota
yang terletak di atas rak dekat meja makan. Ayahnya wartawan. Ia sering
membawa pulang harian-harian terbitan daerah lain, Ia mengatakan pada Bob, satu
harian saja takkan mungkin bisa memuat semua berita penting, dan karenanya Ia
suka melihat berita-berita apa saja yang dianggap pantas dimuat oleh surat kabar
lain-lainnya.
Bob membalik-balik halaman sebuah surat kabar, membaca bagian komik, serta
melihat judul berita-berita secara sekilas. Setelah itu diambilnya surat kabar lain.
Perhatiannya tertarik melihat suatu berita tertentu. Berita itu dikirim kantor berita
UPI dari Koster, Afrika Selatan. Bob membacanya:
PRIA 79 TAHUN MEMBUKA
PERBURUAN INTAN DI AFRIKA
Walau sudah berusia lanjut, Pieter Bester melonjak tinggi-tinggi sambil bersorak
keras, menyambar sertifikat hak penggaliannya, lalu lari ke luar.
Dengan disaksikan sekitar 3.000 penonton yang bersorak-sorai, dengan demikian
Ia membuka peristiwa yang mungkin merupakan perburuan intan terakhir secara
sah di Afrika. Seratus enam puluh lima pencari intan saling dahulu-mendahului
hari Rabu yang lalu untuk mengadu nasib di ladang intan daerah Swartrand.
Pencari intan kawakan, Hendrik Swanpoel, 72 tahun, yang menemukan ladang
intan itu, bernasib mujur lagi. Saat menggali di lokasi pertama yang dipilihnya, Ia
langsung menemukan sebuah intan seberat 48.12 karat, yang kemudian dijualnya
dengan harga $42.000.
“Aku tidak ingin mematahkan semangat teman-teman,” kata Swanpoel sambil
tertawa lebar, “tapi batu-batu terbaik, kebanyakan sudah kuambil."
Artikel itu selanjutnya diteruskan dengan perincian tentang perburuan intan yang
disponsori pemerintah itu. Kawasan yang diberitakan terletak sekitar 75 mil di
sebelah barat laut Johannesburg, yang dulu pernah dikenal dengan penamaan
Negeri Intan. Semasa kegemilangan usaha pencarian intan, tahun 1927 dan 1928,
sebanyak 150.000 pencari intan berhasil menggali batu permata bermutu tinggi
senilal $28 juta dari Jokasi penggalian Grasfontein dan Bakerville, 50 mil di
sebelah barat. Peraturan menentukan bahwa para calon pencari intan harus
memasukkan kertas dengan nama masing-masing ke dalam sebuah topi, lalu hanya
orang-orang mujur yang namanya ditarik saja yang kemudian diizinkan turut
bersiap di garis start. Tiap-tiap peserta diizinkan mengambil tiga tempat
penggalian, yang masing-masing sudah ditetapkan ukurannya. Para penggali
veteran menyewa pelari-pelari setempat untuk berlomba bagi mereka guna
memilih lokasi-lokasi yang dirasa paling banyak memberi harapan. Atau kalau
tidak, mereka diwakili anak laki-laki mereka, setelah dilatih dengan tekun.
“Wah!” desah Bob. “Empat puluh dua ribu dollar untuk sebutir intan saja! itu
bukan uang yang sedikit!”
Ia membalik ke halaman berikut. Di situ ada lagi berita yang menarik
perhatiannya. Ia mulai membaca.
BEKAS PEJABAT DITUNTUT
DALAM KASUS INTAN
Porto Ferraro, bekas asisten menteri pertambangan di Koster, Afrika Selatan, hari
Selasa lalu dituntut oleh pengadilan tinggi federal dengan dakwaan tahun lalu
menyelundupkan intan ke Amerika Serikat. Ia ditangkap di pelabuhan udara
internasional di Los Angeles.
Para petugas bea cukai menemukan lima bungkusan pada dirinya, masing-masing
berisi intan yang sudah diasah dan dipoles. Berat keseluruhan intan-intan itu
659.14 karat, sedang harga penjualannya dinilai sebesar $750,000. Ferraro
dituduh melakukan dua tindakan melanggar hukum, yaitu masing-masing
penyelundupan serta menghindari kewajiban membayar bea impor. Masingmasing
tuduhan mengandung kemungkinan hukuman dua tahun penjara ditambah
denda $5.000.
“Wow!” seru Bob terkesan. Ia tidak menyangka, bahwa intan sebegitu mahal
nilainya.
“Ada apa?" tanya ayahnya. Mr. Andrews meletakkan surat kabarnya, lalu
menghirup kopi yang terhidang di atas meja.
“Aku baru saja membaca dua berita tentang intan,” kata Bob menjelaskan. “Di sini
dikatakan, intan seberat 48 karat dijual dengan harga $42.000. Uang sebegitu kan
tidak sedikit? Karat itu sebenarnya apa, Ayah?”
" Karat itu satuan berat yang dipakai untuk batu permata. Satu karat terbagi dalam
seratus point, seperti satu dollar terbagi dalam seratus sen. Intan satu point kecil
sekali. Sedang yang seratus point atau intan satu karat, lumayan besarnya.”
“Kalau begitu, intan 48 karat berapa besarnya?”
“Besar sekali, untuk intan! Nanti dulu ada sebutir intan yang sangat termasyhur
berasal dari India. Intan itu dikenal dengan nama The Sancy. Ukurannya kurang
lebih sebesar biji buah persik. Beratnya 55 karat. Jadi intan 48 karat yang
kautanyakan itu sedikit lebih kecil daripada biji buah persik.”
“Berapa nilai satu karat, Ayah?” tanya Bob.
“Tidak tentu, karena tergantung batunya. Tapi kalau intan — begitulah, sekitar
seribu dollar. Tapi itu juga tergantung kualitas serta kecemerlangannya. Tadi
kaukatakan, intan 48 karat itu dijual dengan harga $ 42.000. Dan situ bisa ditarik
kesimpulan bahwa kualitasnya tidak sempurna. Atau banyak yang terbuang dalam
pengasahan.”
“Pengasahan?" tanya Bob.
Mr. Andrews mengangguk.
“Ukuran dan kualitas memang penting menaksir harga intan. Tapi harga intan
belum bisa ditentukan selama belum diasah dan dipoles. Kadang-kadang dalam
proses pengasahan banyak yang terpaksa dibuang. Soalnya, intan yang ditemukan
di ladang atau dalam tambang, masih berupa batu kasar, yang kelihatannya seperti
kerikil atau batu biasa saja —“
“Astaga!” seru Bob. “Maaf, Yah! Terima kasih, tapi aku sekarang perlu lekas-lekas
menelepon!”
Mr. Andrews hanya tersenyum saja, sementara anaknya bergegas-gegas
mendatangi pesawat telepon. Baginya sudah tidak aneh lagi, bahwa Bob tahu-tahu
menghentikan pembicaraan, lalu pergi bergegas-gegas.
Bob menelepon Jupiter.
“He, Jupe!” serunya, ketika suara temannya itu sudah terdengar di seberang
sambungan. "Tahukah kau, bahwa intan yang belum diasah kelihatannya seperti
batu biasa?" Setelah itu diceritakannya hal-hal yang baru diketahuinya dari surat
kabar serta dan penjelasan ayahnya. “Jadi kemungkinannya yang dicari-cari Olsen
itu intan! Yang dimaksudkannya dengan batu, sebenarnya intan!”
"Ya, tentu saja!” kata Jupiter bersemangat. "Dalam bahàsa penjahat, intan memang
biasa disebut begitu.” Ia membisu sesaat, lalu menyambung, “Bagus, Bob!
Informasimu itu cocok dengan kesimpulan-kesimpulan yang sudah kutarik pagi
ini. — Bisakab kau datang kemari dengan segera. Tadi Mike Hall menelepon. Hari
ini George akan tampil di depan kamera, dan Mike ingin agar kita ada di lokasi
pembuatan film.”
“Bisa saja,” kata Bob. “Tapi kusangka kau ada kerja lain hari ini.”
“Paman Titus memutuskan untuk membereskan pekerjaannya di rumah hari ini,
jadi aku tidak diperlukan. Bagiku malah kebetulan! Aku mempunyai firasat, bahwa
masih akan terjadi berbagai hal lagi di ‘Jungle Land’ selama kita belum berhasil
membongkar misteri di sana. Datanglah selekas mungkin ke Markas. Aku akan
sudah ada di situ. Pete sudah berangkat kemari.”
“Konrad tadi menawarkan untuk mengantar kita ke ‘Jungle Land’,” kata Jupe pada
kedua temannya ketika mereka semua sudah berada dalam Markas. “Kita hanya
punya waktu beberapa menit saja untuk membicarakan masalah serius yang baru
timbul. Jika kesimpulanku ternyata tepat, mungkin itu akan mengarahkan usaha
penyidikan jika kita sudah tiba di sana."
“Ada apa sih?” tanya Bob, sambil memandang Pete.
Pete hanya mengangkat bahu.
“Berdasarkan informasi yang baru dari Bob serta kesimpulan-kesimpulanku
sendiri," kata Jupiter dengan bersungguh-sungguh, "aku berpendapat bahwa
keluarga Hall terlibat dalam kegiatan penyelundupan.”
“Apa?” Bob benar-benar tercengang. Ia merasa bahwa itu mustahil.
“Cal Hall mengirimkan binatang-binatang pada saudaranya di sini,” kata Jupiter
melanjutkan. "Kurasa pengiriman itu cuma kedok saja bagi penyelundupan intan
yang dilakukan dari Afrika."
“Tapi intan kan berasal dari Afrika Selatan, sedang Cal Hall beroperasi di Afrika
Tengah,” kata Bob. “Bukankah letak kedua kawasan itu terpisah jauh?”
“Menurut Mike, Cal Hall berada di Ruanda untuk menangkap gorila pegunungan,”
kata Jupiter menjelaskan. “Tapi selaku pemburu dan penjelajah, Ia pasti biasa
berkeliaran ke mana-mana di benua itu. Di samping itu, kecuali Afika Selatan
masih banyak lagi negara lain di sana yang menghasilkan intan. Kongo, Ghana,
Pantai Gading, Liberia, Sierra Leone, Republik Afrika Tengah — semuanya
mengekspor intan.”
Ia mengambil buku peta bumi dari sebuah rak, lalu mencari bagian yang
menampakkan benua Afrika.
“Di Afrika Timur ada sebuah negara, letaknya tidak jauh dari Ruanda. Dulu
namanya Tanganyika. Nih — ini negara yang kumaksudkan itu! Bertetangga
dengan Uganda, serta Kenya. Sekarang namanya Tanzania. Di sana juga ada
tambang-tambang intan. Begitu pula satwa liar yang paling banyak jumlahnya di
Afrika Timur, menurut atlas ini. Cal harus pergi ke timur untuk mengirimkan
binatang-binatang tangkapannya dengan kapal. Dan untuk itu, Ia harus melewati
daerah Tanzania. Ini — di sini ada sebuah kota pelabuhan yang besar. Dar es
Salam, yang sekaligus juga merupakan ibu kota Tanzania."
Pete bersiul pelan.
"Dar es Salam — rasanya seperti sudah pernah kudengar nama itu. Coba
kauperiksa buku catatanmu, Bob."
Bob mengeluarkan buku catatannya, dan dicarinya catatan tentang perernbukan
malam sebelumnya.
“Informasi dari Dora,” katanya sambil membaca. Kini ia juga bersiul pelan. "Dora!
Kalau tidak salah — Olsen kemarin malam masih menyebut sesuatu lagi sesudah
itu, cuma tak terdengar jelas. Dora — Dar es — Dan es Salam — mungkin itu
sebenarnya yang dikatakan olehnya.”
“Kita belum tahu, apa sebabnya Olsen mengetahui adanya berita kawat itu,” kata
Jupiter. “Tapi rupanya Cal Hall mengirimkannya pada saudaranya dari tempat
pengiriman barang dilakukan, untuk memberi tahu tentang adanya pengiriman
intan.”
Matanya bersinar-sinar.
“Sekarang bisa kumengerti, apa sebetulnya arti kata yang pertama, sambungnya.
DOX — dieja menjadi ‘docks’, berarti dermaga. Jadi dermaga dari mana binatangbinatang
yang dikirimkan dinaikkan ke kapal."
Bob menuliskan isi pesan dalam bentuknya yang asli di atas kertas, lalu
menambahkan penafsiran mereka di bawahnya.
DOX ROX NOX EX REX BOX
DOCKS ROCKS KNOCKS EX WRECKS BOX
“Kita sekarang menarik kesimpulan bahwa yang dimaksudkan dengan ‘ROCKS’
— batu — adalah intan, lalu kau beranggapan bahwa WRECKS BOX berarti
membongkar kandang,’ kata Bob. "Bagaimana dengan kata-kata selebihnya?"
“Kata-kata ketiga dan keempat belum bisa kutafsirkan maknanya,” kata Jupiter.
“Tapi kurasa aku keliru menafsirkan kata REX menjadi WRECKS. Mestinya tetap
REX, karena dengan begitu semuanya cocok!”
Ia berhenti sebentar.
“Sudahlah, katakan saja, Jupe!” desak Pete.
“Rex dalam bahasa latin berarti raja. Singa biasa dijuluki raja hutan. Dengan
begitu, REX BOX dapat berarti kandang tempat George! Dan George dulu dikirim
dari Afrika. Kurasa berita itu menyangkut urusan penyelundupan intan ke negara
kita ini bersama George serta kandangnya. Selanjutnya aku juga menduga bahwa
kemudian intan-intan yang diselundupkan itu tercecer entah di mana, lalu orang
yang mencari-carinya terlalu sering muncul — sehingga George menjadi gelisah
karenanya!”
Pete mengangguk.
“Anjing penjaga biasa pun akan mulai gelisah, jika ada orang tak dikenal
berkeliaran malam-malam di dekat rumah!” katanya.
"Tapi Jim Hall kan bukan orang yang tak dikenal,” bantah Bob. “Sedang menurut
Jupe, ial termasuk kawanan penyelundup.”
“Memang, Jim Hall takkan membuat George gelisah. Jadi mestinya itu orang lain.”
“Bagaimana dengan Jay Eastland?" kata Pete. “Siapa pun pasti akan gugup jika Ia
datang.”
“Itu bisa saja,” kata Jupiter. "Tapi saat ini aku tidak melihat hubungannya.”
“Hank Morton!” kata Pete, sambil menjentikkan jari. “Menurutku, Ia pasti terlibat!
Ingat, mungkin dialah yang waktu itu melepaskan George. Ia mungkin melakukan
penbuatan itu agar bisa memeriksa kandang singa itu."
“Kau lupa, kandang itu sudah tidak ada lagi,” kata Jupiter. “Mike kan
menceritakannya pada kita mereka telah menyingkirkannya, dan bahwa sejak itu
George diperbolehkan tinggal dalam rumah.”
“Bagaimana dengan Olsen serta Dobbsie?", tanya Bob. “Apa peranan mereka
dalam urusan ini? Mereka nampaknya tahu apa yang mereka cari dan di mana
harus mencari!"
“Keduanya memang jelas perlu dicurigai,” kata Jupiter dengan yakin. “Mungkin
saja mereka termasuk komplotan Jim.”
“Kalau begitu, kenapa mereka mencari-cari di tempat penimbunan besi tua?” tanya
Pete.
“Mungkin saja intan-intan itu tercecer di sana,” kata Jupe. “Ingat apa yang
dikatakan orang itu — seperti mencari jarum di tengah tumpukan jerami.”
Bob membalik-balik buku catatannya, lalu membacakan keras-keras.
“Dan pembicaraan antara Olsen dengan temannya, aku tidak mendapat kesan
bahwa keduanya bekerja sama dengan Hall bersaudara," katanya kemudian.
“Mungkin saja mereka bentrokan, dan kini berusaha merampas intan selundupan
itu,” kata Jupiter mencoba menebak. “Atau bisa juga mreka itu termasuk
komplotan saingan!”
“Wah, rumit sekali kedengarannya!” kata Bob. "Aku ingin tahu, apakah Mike tahu
apa-apa tentang
segala urusan penyelundupan ini."
“Kurasa tidak,” kata Jupiter. “Kita harus berhati-hati dalam menghadapinya.
Jangan langsung menuduh Jim Hall, karena ia sangat mengagumi pamannya itu.
Begitu pula Cal Hall. Itu baru kita lakukan, jika kita sudah benar-benar yakin.
Setuju?"
Bob dan Pete mengangguk. Jupiter berdiri, lalu menggeliat.
“Baiklah! Konrad sudah menunggu di luar. Mungkin dengan kedatangan kita
sekali ini ke 'Jungle Land’, kita akan berhasil membongkar misteri yang ada di
tempat itu.”
Mereke keluar dengan wajah suram. Mereka gemar menyelidiki misteri, tapi
pengusutan yang mereka lakukan kali ini nampaknya akan menyebabkan
kesedihan bagi beberapa orang. Jupiter menggigit-gigit bibirnya. Ia memikirkan
cara sebaiknya untuk menyampaikan berita itu pada Mike Hall.
Bab 15
PEMBUNUH HITAM
MIKE Hall sudah menunggu anak-anak di rumahnya. Mereka diajaknya melewati
suatu jalan, yang merupakan pintasan menuju ternpat Jay Eastland membuat
filmnya. Lokasi itu berupa lingkungan rimba alamiah, berupa dataran terbuka yang
berbatasan dengan pepohonan yang besar-besar, serta semak-belukar lebat. Di sisi
sebelah utara berserakan batu-batu besar, di kaki tebing yang rendah tapi terjal.
Sebagian dan lereng tebing itu menjorok ke depan, tidak begitu jauh dari tanah.
Lokasi pembuatan film itu penuh dengan kesibukan. Para pekerja memasang
kabel-kabel serta cermin-cermin pemantul yang tinggi untuk lampu-lampu yang
dipasang di atas kaki tiga yang besar-besar. Eastland berdiri agak ke tepi. Ia sedang
sibuk berbicara dengan sekelompok pemain film serta memeriksa posisi masingmasing.
Sementara itu beberapa orang mendorong pesawat kamera ke posisi yang
sudah ditentukan.
“Sudah mulaikah mereka?” tanya Bob, sambil memperhatikan kesibukan di tempat
itu.
Mike menggeleng.
“Udara mendung terus sejak pagi,” katanya.
“Tapi matahari sudah muncul sekarang, dan kurasa sebentar lagi mereka akan
mulai. George akan tampil dalam adegan yang akan paling dulu diambil."
“Bagaimana keadaannya tadi malam?” tanya Jupiter. “Gugup lagi?”
“Tidak, tidur nyenyak terus sejak diberi suntikan penenang oleh Doc Dawson,”
kata Mike. “Untung saja, karena macan tutu! itu hampir sepanjang malam berisik."
“Aduh,” keluh Pete, “Jangan-jangan kita menghadapi misteri baru lagi sekarang —
macan tutul yang gugup!"
“Kurasa Ia cuma masih harus membiasakan diri dengan kehidupan di sini.”
"Bagaimana dengan kaki George yang luka, Mike?"’ tanya Bob.
“Sudah bisa dibilang sembuh. Bekasnya nyaris tidak kelihatan lagi."
Mike menunjuk ke sudut tempat itu. Jim Hall berdiri seorang diri di situ bersama
singa di sisinya. Orang itu melihat Jupiter serta anak-anak yang lain. Ia melambai,
menyuruh. mereka datang. Anak-anak datang menghampiri, tapi sambil
memperhatikan George dengan sikap berjaga-jaga. Binatang besar berbulu kuning
kecokelatan itu duduk dengan tenang. Matanya yang kuning menatap ke kejauhan.
Ekornya yang panjang bergerak-gerak ketika Jim Hall menggosok-gosok
telinganya.
“Untung kalian bisa datang,” kata Jim Hall pada Trio Dëtektif. “Seperti kalian
lihat, hari ini George berada dalam keadaan yang sangat baik. Ia sudah dilatih
beberapa kali untuk penampilannya dalam adegan yang akan pertama-ama diambil
nanti. Ia sudah tahu dengan tepat, apa saja yang harus diperbuatnya.”
Jim Hall memandang sekilas ke arah sutradara merangkap produser yang nampak
sangat sibuk. “Mudah-mudahan Eastland akan mulai dengan segera dengan
pengambilan film, sementara George masih tenang.”
Singa besar itu mengangakan mulutnya lebar-lebar. Ia menguap, memamerkan gigi
panjang kekuningan. Dari kerongkongannya terdengar suara geraman berat.
Jim Hall tersenyum melihat Jupe serta kedua rekannya agak gelisah.
“Ia mendengkur,” katanya. “Itu tanda baik, karena berarti bahwa Ia sedang
senang.” Jim memandang lagi ke arah Jay Eastland dengan sikap kurang sabar.
“Ayolah, kita mulai saja sekarang, gumamnya.
Sutradara gendut itu melintasi lapangan. Ia menuju ke tebing, lalu menyerukan
berbagai instruksi dengan suara keras, dan bernada cerewet.
“Kemarikan kamera itu!” serunya.
Setelah itu dipelajarinya catatan yang tertulis di atas selembar kertas.
“Kita harus bekerja dengan rapi dalam pengambilan adegan ini,” katanya.
“Memang cuma pendek saja, tapi kita harus langsung berhasil dengan pengambilan
pertama. Mengerti?"
“Biayanya akan bisa ditekan jika tidak ada pengulangan,” bisik Pete pada Jupiter.
Eastland menggamit seorang aktor dan seorang aktris, menyuruh keduanya datang.
“Miss Stone, Anda dan Rock Randall berdiri di sana.” Ia menunjuk ke bawah
bagian tebing yang menjorok ke luar. “Singanya nanti berdiri di atas bagian yang
menonjol itu, memandang ke bawah. Kalian berdua bergulat. Lalu saat Randall
membelakangi tebing, singa menerpanya. Sudah jelas? Masih ada pertanyaan, Sue?
Tidak? Bagaimana dengan Anda, Randall? Juga tidak? Baiklah, kalau begitu.”
Jay Eastland berpaling pada juru kamera.
“Kamera kautahan saat George nanti menerpa ke bawah. Randall akan berusaha
membebaskan diri, Ialu keduanya bergulat. Rekam adegan itu sebanyak beberapa
meter. Kemudian Randall terhenyak ke tanah, singa mencengkeram — selesai. "
“Sementara kita menyiapkan pengambilan berikut dengan Sue, Hall bisa datang
untuk menenangkan singanya. Mudah-mudahan saja tidak ada kesulitan nanti.”
Jim Hall langsung naik darah.
“George sudah tahu apa yang harus dilakukannya nanti, Eastland — asal Randall
benar-benar tetap terbaring di tanah, dan tidak berusaha berdiri lagi. Jika itu
dilakukannya, George pasti akan menamparnya sehingga roboh kembali. Kalau itu
tidak dilakukannya, aku berani menjamin bahwa takkan ada kecelakaan nanti.”
Jay Eastland mengangguk sambil menyeringai.
“Mudah-mudahan saja tidak,” katanya, lalu menoleh ke arah pemeran utama pria.
“Dan kau, Rock — mudah-mudahan kau tidak lupa memhayar iuran asuransimu,’
Aktor itu nampak ketakutan. Mukanya pucat.
"Aduh, Jay — jangan suka berkelakar yang bukan-bukan.”
Rock Randall menjauh dengan sikap gelisah, lalu menyalakan rokok.
“Rock Randall gugup sekali kelihatannya,” bisik Jupiter pada teman-temannya.
“Sedang Eastland bukannya menenangkan, tapi malah bersikap seakan-akan tidak
percaya bahwa George bisa diandalkan."
Pete memandang singa besar yang duduk dengan tenang di samping tuannya.
"Kegugupan Randall bisa kumengerti," katanya kemudian. “Bagaimana tidak
gugup kalau nanti akan diterpa seekor singa besar!”
“Tapi George sudah terlatih baik,” kata Mike. “Ia nanti cuma pura-pura
menyerang. Ia takkan sampai menimbulkan cedera."
“Kusangka Rock Randall terlibat dalam perkelahian kemarin,” kata Bob. “Sama
sekali tidak tampak bekas-bekasnya."
“Keahlian juru rias,” kata Pete, yang memang berpengetahuan luas tentang selukbeluk
perfilman.
Jay Eastland menghampir Sue Stone, aktris yang memainkan peran utama.
“Adegan Anda dengan George akan kita ambil sesudah yang itu, Sue," katanya.
“Anda sedang tidur dalam tenda. Kepala George tersembul dari balik kelepak
penutup, lalu Ia masuk. Ia sebenarnya, hanya ingin tahu saja. Tapi begitu Anda
terbangun dan melihatnya, Anda langsung berteriak. George mengangakan mulut,
lalu mengaum. Oke? Anda jangan macam-macam nanti — seperti lari ke luar atau
memukulnya. Anda cukup duduk dengan cepat, menutup tubuh dengan selimut,
sambil menjerit, Oke?”
Aktris itu menjamah kerongkongannya.
“Saya selama ini belum pernah tampil bersama singa, Mr. Eastland. Anda tahu
pasti, singa itu nanti tidak apa-apa?”
Eastland tersenyum. Diambilnya selembar kertas terlipat dari kantungnya, lalu
dilambai-lambaikan.
“Begitulah yang dikatakan Jim Hall, pemilik dan sekaligus pelatihnya. Jaminannya
itu tertulis pada kertas ini.”
Aktris itu berpaling. Nampak jelas bahwa perasaannya galau.
Pete menyentuh bahu Jupiter, lalu menoleh Jupiter mengikuti arah pandangannya.
Dilihatnya laki-laki bermuka lancip seperti kapak sedang memperhatikan
kesibukan awak film. Orang itu berdiri di pinggir. Jupiter mendekatkan kepalanya
pada Mike.
“Ssst, Mike — orang yang di sana itu — kau tahu, siapa dia?”
“Laki-laki berwajah lancip itu? Ya, aku tahu — namanya Dunlop. Ia bekerja di
sini, melakukan
salah satu tugas untuk Mr. Eastland."
“Dunlop, katamu? Kau tahu pasti? Bukan Olsen namanya?
“Betul, memang Dunlop. Aku mendengar Eastland menyapanya dengan nama itu.
Kurasa dia ahli senjata api.”
Jupe memandang sekilas ke arah Pete dan Bob untuk melihat apakah mereka juga
mendengar penjelasan itu. Keduanya mengangguk. Orang yang ternyata dikenal
dengan nama Dunlop itu pergi meninggalkan lokasi dengan langkah santai, tanpa
menoleh ke belakang. Jupiter mengerutkan keningnya. Ia teringat, laki-laki itu
malam sebelumnya mengatakan bahwa Ia mungkin akan datang lagi ke Jones
Salvage Yard. Perasaan Jupiter semakin tidak enak karenanya, karena kini tahu
bahwa orang itu ahli senjata api.
“Bagaimana dengan Hank Morton?” tanyanya. “Kau pernah melihatnya lagi di
sekitar sini?”
Mike menyeringai.
“Ia takkan berani menampakkan mukanya di sini lagi. Kami benar-benar mujur,
Doc Dawson bisa begitu cepat menyembuhkan kaki George yang luka, sehingga
pengambilan adegan hari ini tidak perlu ditunda.”
“He, Mike,” kata JupIter, “apa yang terjadi dengan kandang yang dulu dipakai
untuk mengurung George? Kalian singkirkan ke mana?"
“Entah — aku tidak tahu,” jawab Mike. “kurasa dicampakkan ke seberang pagar,
ke tempat penimbunan besi tua. Barang-barang kami yang tak terpakai lagi
biasanya kami lemparkan ke sana. Dan kandang itu sudah tidak bisa dipakai lagi.
Kenapa kau bertanya?”
“Cuma ingin tahu saja,” kata Jupe.
Tiba-tiba Jay Eastland menjentikkan jari, memberi isyarat pada Jim Hall.
“Oke, Hall! Kita sudah bisa mulai. Bawa singamu ke atas, dan siapkan untuk
beraksi.”
Jim Hall mengangguk. Dengan lembut ditariknya telinga singanya.
“Yuk — kau harus bekerja sekarang,” katanya lembut.
Jim Hall menghampiri tebing, diikuti oleh George. kemudian Jim berhenti. Ia
membungkuk, berbisik sebentar, lalu menjentikkan jari, dan setelah itu menuding
ke atas, ke bagian tebing yang menjorok ke depan. George ternyata langsung
mengerti. Singa besar itu meloncat ke tempat yang ditunjuk. Ia berdiri di situ
sesaat, sambil memandang ke bawah dengan sikap gagah. Saat itu ia benar-benar
nampak merupakan raja hutan. Jupe serta kedua rekannya memandang binatang
besar itu dengan kagum.
Jim Hall bersuit pelan, lalu memberi isyarat dengan tangan. Singa besar itu
menggeram pelan, lalu memandang ke tempat yang jauh. Ekornya yang panjang
dikibas-kibaskan.
Rock Randall dan Sue Stone menempati posisi masing-masing di kaki tebing, di
bawah bagian yang menonjol ke depan. Jay Eastland mengangguk. Salah seorang
bawahannya bergegas maju.
“Siap untuk opname,” seru orang itu. “Tenang!”
Pandangan semua orang terarah pada adegan yang sebentar lagi akan berlangsung.
Jupiter memberi isyarat pada teman-temannya, lalu menyentakkan kepalanya ke
samping. Setelah itu ia menyelinap pergi. Bob dan Pete menyusul, walau nampak
bimbang sekejap.
"Kenapa justru sekarang kau mengajak pergi," kata Pete menggerutu, ketika
mereka sudah agak jauh dari lokasi pengambilan film. “Padahal kini ada
kesempatan bagi kita untuk melihat George beraksi.”
Jupiter hanya mengangkat bahu.
“Aku justru mengandalkan hal itu. Mudah-mudahan saja perhatian orang
semuanya terarah padanya, karena dengan begitu ada peluang bagi kita untuk
melakukan penyidikan.”
“Ke mana?” tanya Bob.
Jupiter menunjuk ke depan, ke arah rumah tempat tinggal Jim Hall.
Dengan berhati-hati, ketiga remaja itu menghampiri bangunan putih itu.
“Kandang-kandang yang baru ada di sebelah sana,” bisik Jupiter. “Itu dulu yang
hendak kuteliti. Ada kemungkinan bukan kandang George saja yang dipakai untuk
melakukan penyelundupan, tapi juga kandang-kandang itu. Kita harus bertindak
dengan hati-hati sekali, sambil berjaga-jaga jangan sampai ada yang melihat.”
Bob menoleh ke arahnya dengan heran.
“Dilihat siapa, Jupe? Saat ini, semua kan ada di lokasi pengambilan film.”
“Tidak semuanya,” kata Jupiter, tanpa menambahkan apa-apa lagi.
Mengikuti teladan Jupiter, Bob dan Pete menunggu sebentar di sudut rumah tempat
tinggal Hall. Mereka memasang telinga. Setelah itu dengan cepat mereka
menyelinap ke sisi rumah. Jendela-jendela dilewati sambil merunduk.
Kedua kandang yang hendak diperiksa terpisah agak jauh letaknya, masing-masing
dekat sudut rumah. Ketiga remaja itu menghampiri kandang yang paling dekat, lalu
memandang ke dalam.
“Kita mujur,” kata Bob. “Gorila itu tidur.”
Binatang besar berbulu lebat itu meringkuk di sudut kandang.
“Kenapa kaukatakan mujur?” tanya Pete. “Apakah kita akan masuk ke dalam
kandangnya untuk mencari intan yang diselundupkan?”
Jupiter mengitari kandang lambat-lambat, sambil memeriksa dengan cermat.
“Jika ada intan yang diselundupkan dari Afrika dengan kandang ini, kiranya
dengan cara bagaimana, ya? Yang paling masuk akal adalah dengan jalan membuat
langit-langit atau lantai ganda, kan?”
“Yah, itu mungkin benar —“ kata Bob, “tapi apakah itu bisa dilihat dengan begitu
saja?”
“Tentu saja tidak! Bagian luar kandang ini nampaknya biasa-biasa saja. Atap
kerangka kayu yang biasa, menaungi pagar jeruji. Kurasa itu terlalu sederhana —
terlalu gampang ketahuan. Menurut dugaanku, bagian dalam merupakan tempat
yang lebih masuk akal. Tapi jika kita ingin bisa memeriksa ke situ dengan cermat,
gorila itu harus dikeluarkan dulu.”
Pete menghembuskan napas lega.
“Untunglah,” katanya. “Aku tadi menyangka, kau ingin kita sekarang juga masuk
ke dalam!”
Sementara itu Jupiter sudah berpaling.
“Sekarang kita periksa kandang macan kumbang,” gumamnya. “Mungkin kita akan
melihat sesuatu di —“ Tiba-tiba Ia tertegun. Kedua temannya mendengar napasnya
tersentak.
Bob menoleh dengan heran.
“Ma apa, Jupe?”
“Diam!” desis Jupiter. “Jangan bergerak!”
“Ada apa?” tanya Pete.
“Lihatlah lurus ke depan,” kata Jupiter. Suaranya gemetar. “Pintu kandang macan
kumbang terbuka — dan binatang itu tidak ada di dalam!”
Ketiga remaja itu memandang ke arah kandang yang kosong. Punggung mereka
terasa dingin. Lutut mereka lemas. Tahu-tahu mereka mendengar suara yang
sangat mereka takuti. Suara mendesis dan menyembur di belakang mereka!
Jupiter meneguk ludah. Saat itu Ia berdiri agak miring di depan Bob dan Pete. Ia
semakin gemetar setelah melirik sebentar ke samping.
“I-ia ada di atas pohon, sekitar enam meter dari sini,” bisiknya. “Mungkin jika kita
berpencar, kita masih bisa menyelamatkan diri. Aku akan menghitung sampai tiga
—“
Ia terhenti, karena melihat rumput tinggi di depannya bergerak-gerak. Napasnya
tersentak ketika rumput itu tersibak. Ia melihat kilatan laras senapan. Matanya
nanar, menatap senapan yang dengan pelan-pelan terangkat.
“Jangan ada yang bergerak!” seru seseorang dengan ketus.
Ketiga remaja itu menahan napas, sementara seorang laki-laki muncul lambatlambat
dan tengah rumput tinggi. Orang itu Doc Dawson!
Mata dokter hewan itu terpicing. Ia melangkah maju dengan hati-hati, sambil
menegangkan jari yang menyentuh penarik pelatuk senapan.
Tiba-tiba terdengar raungan keras di belakang anak-anak, seiring dengan bunyi
letusan senapan.
Ketiga remaja itu menunduk dengan cepat, sementara sesosok tubuh melayang lalu
jatuh berdebam di tanah tidak jauh dari tempat mereka tenpaku. Sosok tubuh hitam
yang jatuh itu mengejat-ngejat, lalu terkapar diam.
Doc Dawson melangkah maju. Air mukanya memancarkan kemarahan, tapi juga
rasa kecewa. Ia menendang ujung kaki macan tutul yang terjulur dengan sepatu
tingginya yang penuh debu.
“Untung bagi kita semua bahwa tembakanku tidak meleset,” kata dokter hewan itu.
Pete menghembuskan napas panjang.
“Ia — îa sudah —?“
"Ya, mati, Nak!” kata Doc Dawson. “Senapanku ini berisi peluru tajam. Tidak
kusangka aku akan pernah membunuh salah satu binatang peliharaan Jim.”
Dokter hewan itu menggeleng-gelengkan kepala. Nampaknya Ia menyesal.
Jupiter berusaha mengalihkan perhatiannya dari bercak merah. yang semakin
melebar di tanah.
“Terima kasih, Dr. Dawson,” katanya, setelah meneguk ludah berkali-kali.
Kemudian Ia menyambung, “Bagaimana Ia sampai bisa keluar?"
Dokter hewan itu menggoyang-goyangkan kepala.
“Kurasa itu karena kesalahanku,” jawabnya. “Aku tadi hendak memeriksanya.
Karena itu aku menembaknya dengan anak panah yang diberi obat bius. Setelah itu
aku menjauh sebentar, sambil menunggu obat bius bekerja. Tahu-tahu ia sudah ada
di luar kandang. Entah kenapa — tapi ternyata obat yang kuberikan itu tidak
mempan. Aku bergegas lari ke jip untuk mengambil senapanku ini — yang
biasanya kupakai untuk menembak burung elang pemakan ternak."
“Menurut Anda, mungkinkah ada orang yang melepaskannya?” tanya Jupiter.
"Siapa yang mau melakukan perbuatan segila itu?" tukas Doc Dawson. Tidak —
kurasa pintu kandang tidak terkunci dengan baik."
“Mungkinkah ada yang mengutik-utik obat bius yang Anda pergunakan tadi?
Maksudku, dicampur dengan sesuatu sehingga menjadi encer."
Dokter hewan itu memandang Jupiter dengan tajam.
“Itu mungkin saja, nak,” katanya. “Aku memang sering membiarkan tas obatku
tergeletak di sembarang tempat. Soalnya, aku merasa tidak perlu curiga pada siapa
pun di sini. Ia menggeleng-geleng lagi. “Aku benar-benar tidak mengerti. Rupanya
ada seseorang yang ingin sekali merugikan Jim Hall. Padahal ia begitu baik hati!"
Pete membungkuk, memperhatikan macan kumbang yang sudah tak bernyawa lagi.
“Anda tadi tentunya terpaksa menembak mati, ya Dok?"
“Betul! Binatang itu bagi kalian mungkin kelihatannya mirip kucing yang besar
tapi percayalah, macan kumbang itu binatang pembunuh yang ganas. Jika Ia
sampai bisa lari tadi, aku tidak berani membayangkan apa yang mungkin terjadi
kemudian." kemudian dokter hewan itu menelengkan kepalanya. “Kalian sedang
berbuat apa di sini?" katanya. Nada suaranya menajam. "Kata Jim, kalian hari ini
akan hadir di lokasi pembuatan film untuk melihat George beraksi.”
“Kami tadi sudah ke sana,” kata Jupiter dengan gugup, “tapi kemudian —
kemudian timbul keinginan kami untuk melihat-lihat.”
Doc Dawson memandang ketiga remaja itu berganti-ganti.
“Kata Jim, kalian ini semacam detektif.” Ia tersenyum tipis. “Ada sesuatu yang
sudah berhasil kalian ketahui?”
“Tidak, Sir,” jawab Jupiter sambil menggeleng. “Kami saat ini masih tetap
bingung.”
“Itu bisa kumengerti,” kata dokter hewan itu. “Banyak peristiwa membingungkan
yang terjadi belakangan ini di sini. Berbagai hal yang tidak bisa dimengerti. kalian
mau tahu, apa yang menurutku paling membingungkan?”
Anak-anak memandangnya dengan sikap bertanya.
Doc Dawson menyelipkan sebatang cerutu ke sela bibir. Ia meludah, lalu
menyalakan cerutu langsing itu dengan korek api.
“Baiklah, akan kukatakan pada kalian,” sambungnya. “Setiap kali kalian muncul di
sini, selalu ada saja binatang terlepas. Coba kalian pikirkan. Betul tidak kataku
itu?”
Ketiga remaja itu berpandang-pandangan.
Doc Dawson tertawa masam.
“Kátaku itu benar,” ucapnya. Ia menendang bangkai macan kumbang yang
terkapar di tanah.
“Aku pergi sebentar sekarang. Tapi aku akan segera kembali untuk mengambil
macan ini,” katanya. “Ada nasihatku untuk kalian —“
“Apa itu, Sir?” tanya Bob.
“Jangan lengah - kapan pun juga!” kata hewan dokter itu dengan nada ketus.
Setelah itu ia berpaling. Dengan segera Ia sudah lenyap menghilang di tengah
rumput tinggi yang melambai-lambai.
Bab 16
BATANG-BATANG BESI
JUPITER mengajak kedua rekannya menuruni lereng bukit, menuju pagar yang
membatasi kompleks ‘Jungle Land’ dengan tempat penimbunan besi tua. Sesampai
di sana, mereka memandang ke arah tumpukan besi tua yang berserakan di tempat
penimbunan yang lumayan luasnya itu. Mereka melihat beberapa orang pekerja di
sana-sini.
“Mau apa kita kemari?" tanya Pete.
“Kita kan mencari intan yang diselundupkan itu,” kata Jupiter menjelaskan. “Dan
kita juga mencari bekas kandang George."
“Menurutmu, intan yang diselundupkan itu masih ada di dalam kandang itu?"
tanya Bob.
“Kurasa tidak,” jawab Jupiter. “Kandang itu kan sudah lama ada di ‘Jungle Land’.
Tapi jika kita bisa menemukannya, mungkin nanti ada yang bisa kita ketahui.”
“Tapi, Jupe, di manakah intan-intan itu, jika tidak di dalam kandang?" tanya Pete
sambil mengeluh. “Apakah yang harus kita cari? Kantung kertas, barangkali?”
Kening Jupiter berkerut.
"Terus terang saja, aku tidak tahu dalam tempat
seperti apa intan-intan itu disembunyikan. Dan kurasa Olsen serta Dobbsie juga
tidak tahu! Karena kalau tahu, mereka pasti sudah menemukannya”
“Mereka berdua sudah mencari-cari di seluruh tempat penimbunan ini kemarin
malam, tapi tidak menemukan apa-apa,” kata Bob. “Apa yang menyebabkan kau
beranggapan, kita mungkin bernasib baik nanti?”
“Sekarang kan siang,” kata Jupiter. “ltu keuntungan kita.”
"Baru sekarang kudengar alasan seedan itu," kata Pete menggerutu.
Seorang pekerja yang selama itu berada dekat pagar pergi menjauh. kini tidak ada
siapa-siapa lagi di situ.
“Yuk,” ajak Jupiter.
Ketiga remaja itu menemukan bagian pagar yang kemarin malam dilewati oleh
Olsen. Dengan mudah mereka mencabut kembali tonggak besi yang sudah
dibongkar sebelumnya oleh orang itu, sehingga kawat penghalang menjadi kendur.
Beberapa saat kemudian mereka sudah menyelinap ke tengah-tengah tumpukan
besi tua, yang nampaknya merupakan kumpulan semua mobil rosokan dan
California.
Di sisi seberang tempat penimbunan itu mulai terdengar bunyi dentangan lantang,
diselingi desingan menyakitkan telinga.
“Yuk — kita lihat, bagaimana cara kerja alat pencincang logam itu,” kata uJupiter.
Ia menuding ke sebuah derek berukuran besar. Alat besar itu terdapat di sisi
seberang tempat penimbunan beberapa ratus meter dari tempat mereka berada.
Mereka melihat seseorang dalam kabin alat berat itu. Orang itu kecil sekali
kelihatannya, karena jarak yang memisahkan lumayan jauhnya. Ia menarik sebuah
tuas. Seketika itu juga terdengar bunyi lengkingan nyaring. Sebuah cakar
berukuran raksasa muncul dari balik suatu timbunan. Cakar raksasa itu
mencengkeram tubuh sebuah mobil.
Operator derek menggerakkan sebuab tuas lagi. Kabin berputar agak menyamping.
Teriring bunyi memeking, cakar raksasa bergerak terayun-ayun di atas berbagai
jenis besi tua yang memenuhi tempat itu. Alat pencengkeram itu kemudian
berhenti dengan tiba-tiba. Mobil yang dicengkeramnya terayun dengan keras. lalu
bergerak menurun dengan cepat. Cakar membuka, dan mobil yang
dicengkeramnya jatuh dengan bunyi dentangan nyaring. Seketika itu juga
terdengar bunyi berat mengejut-ngejut. Mobil yang dijatuhkan dan atas tadi
nampak bergerak maju tersendat-sendat.
“Ban berjalan," kata Pete, yang berdiri di atas tumpukan besi tua. "Mobil itu
dibawa langsung ke dalam bangsal yang di sana itu."
Ketika mobil tua itu sudah masuk ke dalam lubang yapg menganga di sisi bangsal,
ban berjalan yang terdiri dari serangkaian pelataran yang bersambung-sambung,
berhenti sebentar. Dan dalam bangsal terdengar bunyi memekik menyakitkan
telinga. Bunyi itu makin lama makin meninggi.
“Alat pencincang sudah mulal bekerja,” kata Jupiter.
“Ihh,” kate Pete, sambil menutup lubang telinga. “Kalau mendengar bunyinya,
mobil tua tadi seolah-olah dikunyah-kunyah!”
Sementara itu derek besar sudah berputar lagi. Sekali lagi cakarnya terangkat
tinggi, terayun-ayun, sampai kemudian seperti sudah menemukan mangsa baru.
Teriring bunyi mendesing, alat menyeramkan itu bergerak turun dengan cepat,
seperti hendak menerkam. Sekali lagi rosokan sebuah mobil terangkat, lalu
diumpankan ke dalam bangsal tempat pencincangan.
Jupiter berpaling.
“Baiklah - sekarang kita sudah tahu cara kerjanya,” katanya. “Sekarang kembali ke
misteri kita."
Ketiga remaja itu mencari-cari selama beberapa saat di sekitar situ. Tapi tanpa
memperoleh hasil tertentu.
“Jika kuketahui apa yang harus kucari, mungkin hasilku akan lebih baik,” kata
Pete. Ditendangnya sepotong besi tua.
“Sebentar, Pete!” seru Jupiter. "Apa itu tadi?”
Ia bergegas menghampiri, lalu memungut benda yang ditendang Pete.
“Kelihatannya seperti kandang,” kata Bob. “Atau bekas kandang.”
“Masak barang begini kaukatakan kandang!” bantah Pete. “Mana jeruji-jerujinya?
Menurutku, lebih pantas jika dikatakan kotak. kotak yang sudah rusak!”
“Mungkin sudah diproses oleh alat pencincang,” kata Jupiter. “Ingat, alat itu
memilih logam-logam yang dianggap berharga, lalu sisanya dibuang.”
“Eh!” kata Pete, sambil memungut sesuatu dari tengah timbunan. Sambil nyengir
diacungkannya benda itu. Sebatang besi panjang, berwarna hitam. "Pencincang
logam itu tidak beres kerjanya," katanya. “Tidak bisa membedakan mana yang besi
dan mana yang bukan. Atau ini bukan besi."
Jupiter sangat gembira melihat temuan itu. “Hebat, Pete!” serunya pelan.
“Mungkin itulah yang kita cari-cari. Coba kuperiksa sebentar!”
Pete menyodorkan batang besi itu. Jupiter mengulurkan tangannya untuk
menerimanya. Tapi terlepas, lalu jatuh ke tanah. -
“Memegang begitu saja tidak bisa!” tukas Pete mencemooh.
“Bukan begitu! Aku tidak menyangka —“Jupiter membungkuk, mengambil batang
besi yang terlepas dari tangannya. “Aneh,” katanya kemudian. “Rasanya berat.”
“Tentu saja berat,” kata Pete. “Menurut sangkaanmu, kenapa aku waktu itu
mengeluh ketika kita disuruh menurunkan barang-barang begini sampai seton dari
truk pamanmu?”
Jupiter menatap batang besi yang ada di tangannya. Matanya berkilat-kilat.
“Waktu itu tidak kusadari. Aku yakin, batang besi satu lagi yang kutemukan -"
Ia tertegun, sementara mulutnya tetap ternganga.
“Ada apa, Jupe?" tanya Bob.
“Ah, tidak” kata Jupiter agak tergagap.’ Dipanggulnya batang besi itu. “Cepat. Kita
harus dengan segera kembali ke pangkalan!”
“Kenapa, Jupe?" tanya Pete. “Jika satu batang besi saja sudah membuatmu begitu
senang, dari mana kau bisa tahu aku tak mungkin menemukan lebih banyak lagi di
sini.”
“Karena tidak begitu banyak yang cocok dengan persyaratan yang menurutku
harus ada,” jawab Jupiter, sambil melangkah pergi.
“Persyaratan apa?” desak Pete ingin tahu.
“Di dalamnya ada intan-intan selundupan” kata Jupiter. Ia bergegas-gegas
menghampiri pagar kawat. Mereka tidak perlu terlalu lama menunggu Konrad
kembali dari Chatwick. Pemuda Jerman itu sudah berjanji akan menjemput lagi,
apabila sudah selesai dengan urusannya di kota yang letaknya cukup dekat itu.
Dalam perjalanan pulang, Jupiter membisu terus, tidak mau diajak mengobrol. Ia
menarik-narik bibir bawahnya, sambil melayangkan pandangan ke luar jendela.
Beberapa kali Ia nampak menganggukkan kepala, seakan-akan menegaskan
kesimpulan pikirannya. Bob dan Pete sudah biasa dengan kebisuan yang kadangkadang
menghinggapi lemari mereka itu. Mereka juga tahu, ia takkan mengatakan
apa-apa selama kesimpulannya belum benar-benar bulat.
Sesampai di pangkalan barang bekas, Jupiter langsung bergegas ke bengkel
kerjanya. Ia mendatangi bangku kerja yang ada di situ — lalu berseru keras.
Terdengar jelas bahwa Ia kecewa.
Tidak ada lagi!
"Apa yang tidak ada lagi?” tanya Bob. "Batang besi yang kupungut kemarin
malam ketika kita diuber Bo Jenkins.” Ia lari ke tumpukan barang bekas yang
menutupi Markas. Sesaat kemudian ía sudah kembali dengan tampang bingung.
“Batang besi yang waktu itu juga sudah tidak ada lagi,” katanya.
“Ada apa sih?” tanya Pete.
Jupiter menggelengkan kepala dengan kesal. “Nanti saja kuceritakan! Sekarang
aku harus mencari Paman Titus dulu. Mungkin Ia tahu.”
Saat itu Paman Titus sedang duduk-duduk sambil mengisap pipa di depan
rumahnya di seberang jalan. Ia mengangguk dengan wajah senang ketika meliliat
ketiga remaja itu datang menghampiri.
“Halo,” sapanya. “Bagaimana kalian bisa bersenang-senang hari ini?”
"Ya, Paman Titus,” kata Jupiter, lalu menyambung, “aku hendak bertanya —“
“Keadaan di sini juga cukup menggembirakan,”kata pamannya memotong. “Ya —
bisnis hari ini memuaskan.”
“Apa yang berhasil dijual, Paman? — Beberapa batang besi?”
Pamannya mengangguk, sambil rnenggoyang goyangkan kursinya.
"Hebat, kau bisa langsung menebaknya, Jupe," katanya. “Betul, itulah yang
berhasil kami jual tadi. Hans serta bibimu sampat mencari ke mana-mana di
pangkalan kita ini, untuk mengumpulkan semua batang besi yang ada. Soalnya,
kita memerlukannya,” tambahnya, sambil mengedipkan mata.
“Untuk apa, Mr. Jones?” tanya Bob.
“Untuk apa? Untuk membuat kandang, tentu saja! Kan waktu itu sudah kukatakan,
kita akan membuat kandang, Jupiter? Nah — hari ini aku mulai membuatnya,
dibantu oleh Hans. Kemudian orang itu datang. Katanya, ia memerlukan sejumlah
kandang berukuran besar. Perlu sekali, katanya. Rupanya ada keperluan yang
sangat mendesak!”
Ia mengepulkan asap pipanya, lalu menyambung,
“Nah, aku terpaksa memutar otak. Kita kan berniat hendak membetulkan kandangkandang
rusak itu. Tapi masih kekurangan beberapa batang besi untuk dijadikan
jeruji”
Jupiter langsung lemas.
“Orang itu yang kemarin sudah datang? Namanya Olsen?” tanyanya.
“Bukan yang itu. Orang lain! Sangat ramah. Sungguh, Jupe — walau aku
sebenarnya berniat hendak menyimpan kandang-kandang itu untuk kujual pada
sirkus — tapi pekerjaan orang itu bisa dibilang serupa, sehingga pikiranku
berubah.”
“0 ya." kata Jupiter. Pikirannya serasa buntu.
Paman Titus mengangguk. Ia mengisap pipanya, mengepul-ngepulkan asap, lalu
menyambung lagi, “Karena orang itu bersikap ramah serta sedang dalam kesulitan
katanya Ia sangat memerlukan kandang-kandang — akhirnya aku bersedia
menolong. Kami tadi repot sekali bekerja, membetulkan kandang-kandang, serta
mencari batang-batang besi yang bisa dijadikan jeruji. Bibimu kebetulan melihat
sewaktu kau mencampakkan sebatang besi dekat bengkel kerjamu kemarin lalu
dipungutnya batang itu.”
“Jadi Bibi Mathilda yang mengambil?” kata Jupiter sambil mengeluh.
Pamannya mengangguk.
“Ya, untung saja. Tapi dengan itu pun kami masih tetap kekurangan. kemudian
Hans menemukan sebatang lagi di atas bangku kerjamu, Jupe. Menurut kami, kau
pasti takkan memerlukannya. Besi tua seperti itu kari saban han mengalir kemari,
dan kau boleh mengambil sebanyak yang kauperlukan — asal tidak ada orang yang
ingin membelinya. Betul, kan?”
Jupiter hanya bisa mengangguk.
Pamannya mengetuk-ngetukkan pipa, mengeluarkan sisa tembakau.
“Orang itu tadi benar-benar tercengang ketika kami kemudian menunjukkan empat
buah kandang yang sudah siap untuk diangkut pergi. Masing-masing kandang
dibelinya dengan harga seratus dollar, tanpa perlu dicat lagi. katanya, binatangbinatangnya
pasti sudah cukup senang diam di situ walau tanpa dicat”
“Paman waktu itu kan mendapat kandang- kandang itu di Chatwick Valley, ya?”
tanya Jupiter.
“Betul — di sebuah tempat penimbunan besi tua yang besar. Mereka lebih
mengutamakan mobil- mobil bekas, jadi kandang-kandang itu tidak ada gunanya
bagi mereka. Di sana ada sebuah mesin hebat yang menghancurkan mobil-mobil.
Bunyinya sangat berisik”
Jupiter hanya bisa menggerakkan tangannya saja dengan sikap pasrah. Dugaannya
ternyata tepat!
Mr. Jones menggeliat, lalu berdiri. Jupiter bergegas mengajukan pertanyaan lagi,
karena melihat gelagat bahwa pamannya hendak pergi.
“Orang yang mengurus binatang-binatang itu— pada siapa Paman menjual
kandang-karidang tadi
Paman tahu namanya?”
“Tentu saja,” jawab Paman Titus sambil tersenyum cerah. “Namanya gampang
diingat. Nanti dulu — ya, Hall. ltulah namanya. Jim Hall.”
Jupiter memandang kedua rekannya.
Bab 17
PENJELASAN JUPITER
JUPITER menelepon Rent-’ n-Ride Auto Agency, perusahaan pemilik Rolls-
Royce yang biasa mereka pakai. Ternyata kendaraan itu tidak sedang disewa orang
lain. Worthington bisa dengan segera mengantar mereka lagi ke Jungle Land.
Sambil menunggu kendaraan datang, anak-anak cepat-cepat makan roti di dapur
Bibi Mathilda.
"Nah, Jupe,” kata Bob, ketika mereka kemudian sudah duduk menyandar di jok
belakang mobil Rolls-Royce. “Kurasa kini sudah waktunya kau memberi
penjelasan, apa sebetulnya yang menyebabkan kita begini sibuk.”
"Gampang saja," jawab Jupiter. "Intan-intan dari Afrika itu diselundupkan oleh
Hall bersaudara dalam batang-batang besi.”
“Pikiranmu masih normal, Jupe?” tanya Pete. “Batang besi yang kupungut di
tempat penimbunan besi tua tadi, yang kemudian kuserahkan padamu kau ini
berbicara tentang batang besi begitu?"
Jupiter mengangguk.
“Tapi itu seluruhnya kan dari besi,” kata Pete. “Mana mungkin, menyelundupkan
intan di dalamnya?”
"Memang, kalau dalam besi yang begitu, tidak bisa,” kata Jupiter. “Tapi lain
halnya jika bagian dalamnya berlubang! Ingat tidak — tadi kan kukatakan, batang
besi yang kautemukan itu lain rasanya?! Nah, kenyataannya memang begitu, yaltu
jauh lebih berat daripada yang kaupungut kemarin malam, sewaktu kita diuber Bo
Jenkins. Dan juga jauh lebih berat daripada yang kausisihkan, sewaktu kita sedang
membongkar muatan batang-batang besi dari truk. Bahkan perbedaan beratnya
begitu menyolok, sehingga semuanya dengan tiba-tiba bisa kumengerti."
“Aku dengan segera tahu bahwa batang-batang besiku berongga sebelah dalamnya,
dan bahwa Paman Titus mestinya membeli batang-batang besi serta kandangkandangnya
di tempat penimbunan besi tua, ke mana Jim Hall mencampakkan
kandang George dan barangkali juga lain-lainnya."
“Tapi dari mana bisa kauketahui bahwa kedua batang besimu itu berisi intan?”
“Mulanya aku belum berani mengatakan dengan pasti,” kata Jupe, “sampai
kudengar bahwa Jim Hall yang membeli kandang-kandang itu. Jika intan-intan
selundupan itu tidak masih ada di dalamnya, Ia takkan datang untuk membelinya
kembali. Sialnya, batang-batang besi itu sudah ada padaku, tapi kini terlepas lagi.
Tapi aku belum bisa mengerti, apa sebabnya ia menunggu begitu lama.”
Pete nampak masih bingung.
“Aku tidak mengerti,” katanya. “Jika Ia tahu intan-intan itu ada dalam jeruji-jeruji
kandang, lalu apa sebabnya waktu itu dibuang olehnya?”
"Mungkin karena jejak kawanannya sedang dicari-cari polisi,” kata Jupiter
menjelaskan. “Ia tidak berani menanggung risiko jejak itu dilacak sampai ke
tempatnya. Menurut dugaanku, kandang-kandang itu disingkirkannya ke tempat
penimbunan di balik pagar sebagai tindakan darurat saja. Menurut sangkaannya,
kandang-kandang itu akan aman di situ, lalu kemudian akan bisa diambilnya lagi.
Tapi karena salah satu sebab, kemudian tercampur dengan besi-besi tua lainnya
yang banyak berserakan di situ. Lalu Paman Titus membelinya dari pemilik tempat
penimbunan itu bersama batang-batang dan pipa-pipa besi lainnya."
“Kedengarannya masuk akal,” kata Bob. “Mungkin saja Jim Hall kemudian
bertanya tentang kandang-kandang itu pada pemilik tempat penimbunan, sehingga
dengan begitu ia tahu bahwa semuanya sudah dibeli pamanmu. Dan Olsen serta
Dobbsie rupanya juga tahu tentang batang-batang besi itu. Setelah kupikir-pikir,
aku ingat lagi bahwa Olsen mulanya bertanya tentang batang-batang besi, ketika ïa
datang ke perusahaan pamanmu. Ingat tidak?”
Jupiter mengangguk.
“Aku ingin tahu, apakah salah seorang dari keduanya pembeli misterius itu,” kata
Bob lagi.
“Pembeli misterius?” tanya Pete.
"Ya, pembeli yang memborong tumpukan pipa dan batang besi dari Mrs. Jones
ketika kita sedang ke ?Jungle Land' untuk pertama kali. Mungkin saja dalam
batang-batang itu juga disembunyikari intan."
“Tak mungkin,” kata Pete. “Batang-batang besi itu sangat berat! Aku tahu pasti,
karena aku yang menggotongnya waktu itu. Lagi pula, ukurannya jauh lebih
panjang daripada jeruji kandang- kandang yang kita lihat selama ini.”
“Aku cenderung sependapat dengan Pete,” kata Jupiter. “Kurasa bukan soal siapa
yang membeli_ batang-batang itu. Kemungkinannya pembeli biasa, yang tidak ada
urusannya sama sekali dengan kasus kita. Dan jika tidak begitu — yah, Olsen dan
Jim Hall kemudian kan muncul di pangkalan, jadi tidak mungkin intan-intan itu
sudah mereka temukan.”
“He, Jupe,” sela Pete. "Bagaimana dengan batang yang kautemukan kemarin
malam? Itu dari mana?"
“Mungkin saja terlepas dan kandang, sewaktu Jim Hall mencampakkannya ke
seberang pagar. Aku ingin tahu, berapa kandang sebenarnya yang terlibat dalam
kasus ini. Kita sekarang sudah tahu apa yang harus dicari, tapi jumlahnya entah
berapa."
“Batang-batang itu semuanya sama saja kelihatannya," kata Bob menyela.
"Bagaimana cara membeda-bedakannya? Ketika kandang-kandang itu tiba,
semuanya pasti masih terpasang. Bagaimana Jim Hall bisa tahu, jeruji mana yang
berisi intan-intan yang dimasukkan oleh saudaranya, Cal?”
“Ada cara untuk mengetahuinya,” kata Jupiter, sambil tersenyum misterius.
Bob dari Pete memandangnya dengan masam. Dan pengalaman yang sudah-sudah,
mereka tahu bahwa Jupiter selalu mengulur waktu sampal saat terakhir untuk
membeberkan teka-teki terakhir dalam suatu misteri.
“Tapi kita masih tetap belum berhasil mengupas misteri yang harus kita seildiki,’
kata Bob. keningnya berkerut. “Siapakah yang menyebabkan singa Jim Hall
gugup? Dan jika Mr. Hall terlibat dalam penyelundupan intan, siapakah yang
melepaskan binatang-binatang liar dari kandang mereka? Ia kan menanggung
risiko kehilangan ‘Jungle Land’ jika sampai terjadi kecelakaan yang diakibatkan
binatang-binatang itu.”
“Jawaban tentang itu akan diperoleh jika kita sudah menghubung-hubungkan
segala perincian yang saat ini masih terlepas-lepas,” kata Jupe. “Mungkin saja Jim
Hall sendiri yang melepaskan George ketika kita untuk pertama kali datang ke
sana. Maksudnya, untuk mengalihkan perhatian! Dan mungkin Ia pula yang
melepaskan gorila, lalu pura-pura sibuk mencari. Coba kalian ingat saja — dengan
cukup cepat ia sudah kembali ke tempat binatang liar itu berada."
"Dengan membawa Doc Dawson yang membawa senapan pembius, sehingga
nyawa kita selamat!” kata Pete. “Untuk itu, aku perlu berterima kasih padanya.”
“Lalu bagaimana dengan pagi ini?” tanya Bob. “Jim Hall ada di lokasi pembuatan
film bersama George. Dengan begitu Ia kan tidak mungkin menyelinap pergi untuk
melepaskan macan kumbang Itu. Ya kan? Apalagi kemudian Doc Dawson
mengatakan, karena kesalahannyalah macan itu sampai bisa terlepas.”
“Itu mungkin saja." kata Jupiter sambil merenung. "Mungkin Doc Dawson sudah
menduga apa yang dilakukan oleh Jim Hall. Mungkin saja Ia berusaha
melindunginya, dan barangkali juga melindungi Mike. Doc Dawson rasanya selalu
saja dengan cepat muncul begitu Ia diperlukan. Hal itu menyebabkan aku merasa
bahwa Ia menyadari situasi, dan karenanya sudah bisa menduga-duga apa yang
akan terjadi berikutnya.”
Sementara itu mobil Rolls-Royce sudah memasuki kompleks Jungle Land.
“Kami turun di kaki bukit di mana rumah keluarga Hall terletak, Worthington,”
kata Jupiter. “Kurasa lebih balk jika kami datang ke sana dengan cara yang tidak
menyolok.”
Ketiga remaja itu turun dari mobil, lalu berjalan kaki mendaki bukit, menuju
rumah putih yang ada di puncaknya. Rumah itu kelihatan sepi. Ketika sudah dekat,
mereka berhenti, lalu memasang telinga.
“Aku tidak mendengar apa-apa,” bisik Pete. “Mungkin Ia sudah menemukan intanintan
itu, lalu cepat-cepat melarikan diri.”
Bibir bawah Jupiter terjulur maju.
“Biar begitu, kita harus masuk. Kita harus memberi penjelasan pada Mike,”
katanya.
Bob dan Pete mengangguk, tanda setuju. Jupiter melangkah maju. Tapi kemudian
berhenti lagi.
“Ada apa?” tanya Pete.
“Aku rasanya seperti mendengar sesuatu,” kata Jupiter. "Mungkin sebelum masuk,
lebih baik kita periksa kandang-kandang dulu."
Ia berpaling. Kedua rekannya berjalan mengikuti menuju tempat kandang-kandang
yang terlindung bayangan.
“Tenang-tenang saja kelihatannya,” kata Jupe. “Aku tidak melihat —“
Kalimatnya terputus, karena saat itu ada sesuatu yang berat disungkupkan ke
kepalanya. Bob dan Pete diringkus dengan cara serupa. Ketika remaja itu
dicengkeram tangan-tangan kekar. Teriakan mereka tidak begitu terdengar. Mereka
meronta-ronta. Tapi tidak bisa membebaskan diri dari para penyergap yang beraksi
dengan begitu tiba-tiba. Mereka tidak berdaya lagi sewaktu digotong pergi.
Bab 18
TERJEBAK!
KETIGA anggota Trio Detektif itu terselubung selimut tebal. Karenanya mereka
tidak bisa mengenali siapa yang meringkus mereka. Tubuh mereka terlambunglambung,
seperti sedang digotong melewati tempat yang tidak rata. Salah seorang
penggotong tersandung, lalu mengumpat-umpat. Dengan segera terdengar suara
orang lain membentak, menyuruhnya diam.
Setelah beberapa saat, iring-iringan itu berhenti. Tubuh ketiga remaja itu diikat
dengan tali. Mereka merasa diri mereka diangkat lagi, lalu dicampak kan ke atas
permukaan yang memantul. Terdengar bunyi pintu berat ditutup.
“Mereka tidak bisa apa-apa lagi sekarang,” kata seseorang.
Anak-anak mendengar langkah-langkah menjauh. Setelah itu sunyi. Mereka
berusaha menegakkan tubuh. Tapi kemudian berhenti, karena mendengar bunyi
lain.
Tahu-tahu tubuh mereka tersentak ke depan, lalu terguncang dengan keras ke
belakang. Mereka mendengar bunyi mendenging serta mengerkah, seolah-olah ada
sesuatu mencengkeram dari samping. Suara mendenging berubah menjadi
lengkingan. Tiba-tiba mereka merasa seperti melayang. Seakan-akan dijunjung.
Bob berseru kaget.
“Apakah kita sedang berada dalam sesuatu yang bergerak?"
“Rasanya memang begitu,” kata Jupiter. “Dan perasaanku tidak enak mendengar
bunyinya. Kita harus berusaha dengan cepat membebaskan diri. Usahakan
melepaskan selimut yang menyelubungi dulu. Dengan begitu kita takkan kehabisan
napas, dan mungkin kita akan bisa melihat di mana kita saat ini berada — serta
berteriak minta tolong."’
Ketiga remaja itu menarik dan mendorong-dorong silih berganti, mengikuti
komando Jupiter. Akhirnya selimut tebal yang menyelubungi tergeser sehingga
lepas.
“Pergunakan jari-jari kalian." desak Jupiter. "Tarik terus! Gulung selimut ke
bawah.”
Mereka berusaha keras untuk membebaskan diri. Jantung mereka berdebar keras
mendengar bunyi menakutkan di sekeliling mereka. Bunyi menderu dan
menggeletar di bawah mereka, sedang di atas kepala terdengar bunyi melengking
dan berderak-derik Mereka merinding karena merasa seram.
Tiba-tiba mereka merasakan gerakan mengayun.
"Cakar raksasa!” teriak Pete.
Dengan mengerahkan seluruh tenaga, mereka berhasil melepaskan diri dari selimut
yang menyelubungi.
Seketika itu juga napas mereka tersentak.
Di depan mata tidak kelihatan apa-apa, kecuali langit.
Sedang jauh di bawah, mobil-mobil tua yang berserakan di tempat penimbunan
besi tua.
Di kiri dan kanan nampak tangkai-tangkai besar dari cakar raksasa, mencengkeram
mobil tua di mana mereka berada. Ketiga remaja itu melayang-layang di udara
menuju ke alat pencincang logam! Mereka tidak bisa lari. Mereka berteriak-teriak
minta tolong. Tapi sementara itu mesin besar dalam bangsal yang ada di bawah
mulai bekerja, dengan suara bising yang mengalahkan suara mereka.
Pete menggeleng dengan bingung.
“Percuma kita tidak bisa menandingi kebisingan mesin raksasa itu. Biarpun kita
berteriak sampai parau, suara kita tetap tidak akan terdengar di bawah!”
“Rupanya pekerja yang menjalankan derek juga tidak bisa melihat kita,” teriak
Jupiter. “kita harus berusaha melepaskan ikatan ini, agar kemudian bisa menarik
perhatiannya,"’
Mereka meronta-ronta lagi. Tapi ikatan tali terlalu erat.
Kemudian tendengar bunyi peluit melengking tinggi. Cakar raksasa bergerak turun
dengan cepat. Mobil tua di mana mereka berada jatuh terbariting ke bawah.
Kendaraan rosokan itu terlambung ketika membentur sesuatu. Detik berikut, terasa
gerakan menyentak maju. kemudian berhenti, terangguk-angguk, lalu tersentak
maju lagi.
“Kita sekarang ada di atas ban berjalan." kata Jupiter. “Kita tidak punya banyak
waktu lagi. Ayo — sebentar lagi kita sudah masuk ke bangsal tempat
pencincangan!”
Mereka meronta-ronta untuk kesekian kalinya, tapi kembali sia-sia belaka.
Sementara itu ban berjalan bergerak maju terus, tersentak-sentak.
Mereka berteriak. Tapi suara mereka tidak ada artinya di tengah keberisikan bunyibunyi
di sekeliling.
“Tendang pintu-pintu!” seru Jupe. “Mungkin kita bisa membuka salah satu di
antaranya!”
Mereka berusaha, tapi percuma. Tali yang melilit tubuh terlalu erat. Mereka tidak
bisa menggerakkan kaki sama sekali. Mereka hanya bisa menggelepar-gelepar saja,
lalu terkapar tanpa daya.
“Percuma!” kata Pete dengan napas sesak. “Kita tinggal bisa berharap, semoga di
dalam ada pekerja yang tidak terlambat melihat kita di sini!”
“Kurasa itu tidak mungkin,” kata Jupiter. “Mesin pengolah seperti ini biasanya
dikendalikan oleh komputer. Bagi mesin ini bukan soal bahwa kita tidak terbuat
dari logam — karena kita berada dalam mobil. Dan mobil ini dari logam! Alat
pengindria baru bisa mengetahui bahwa kita ini bukan logam apabila sudah
terlambat nanti!”
“Betul” kata seseorang di dekat mereka.
Ketiga remaja itu menoleh dengan cepat. Hati mereka bertambah kecut, ketika
menatap mata laki-laki bertampang lancip yang menatap dengan dingin!
“Coba kaubuka pintu sebelah situ, Dobbsie,” kata Muka Kapak.
Anak-anak tak menyangka bahwa orang itu akan bisa sebegitu lembut jamahannya,
walau mereka juga merasakan kekuatan tangannya saat Ia menjunjung mereka
keluar dari mobil. Kendaraa itu maju dengan gerakan mengejut, sementara mereka
sendiri terguling ke tanah.
Dengan mata terbelalak, mereka melihat mobil rosokan itu menghilang ke dalam,
lenyap di tengah uap yang mengepul. Bunyi dentangan berat menggema
menghentak-hentak. Mesin yang ada di dalam seakan-akan menjerit.
Sambil menghembuskan napas lega, Jupiter menoleh ke arah kedua laki-laki yang
menyelamatkan mereka. Tapi seketika itu juga air mukanya berubah!
Dilihatnya Dobbsie memegang pisau belati!
“Jangan panik,” kata Muka Kapak dengan nada membujuk. “Kami kan harus
memotong tali yang mengikat kalian.”
Jupiter hanya bisa menganggukkan kepala, lalu memandang Bob dan Pete. Mereka
membalas pandangannya yang memancarkan perasaan bingung.
Dobbsie membungkuk. Dengan cekatan laki-laki bermata tajam itu menggerakkan
tangannya yang menggenggam belati. Dengan segera ketiga remaja itu sudah
dibebaskan dari tali yang mengikat mereka.
Mereka menggosok-gosok lengan dan kaki untuk memulihkan peredaran darah.
Muka Kapak berdiri sambil memandang mereka dengan tatapan mata dingin.
“Nampaknya kami datang tepat pada waktunya," katanya. "Kenapa kalian sampai
bisa ada di dalam mobil tua tadi?”
“Ada orang mencampakkan kami ke dalamnya, setelah kami disungkup dengan
selimut lalu diikat,” kata Jupiter. “Kami tidak tahu apakah kami benar-benar akan
dibiarkan hancur dicincang atau tidak.Untung saja kami tidak sempat
mengetahuinya, berkat kalian.”
“Kau tahu siapa mereka?”
Jupiter menggeleng.
“Kejadiannya terlalu cepat,” katanya. “Saat itu kami hendak membelok di sudut
rumah Jim Hall
—“ Dengan cepat Ia menoleh ke arah kedua laki-laki itu. “Dari mana kalian bisa
tahu bahwa kami terjebak dalam mobil tua tadi?”
Muka Kapak mendesah, lalu memandang temannya. “Secara kebetulan kami
sedang berada di tempat ini. Lalu Dobbsie merasa seperti melihat buntalan yang
bergerak-gerak dicampakkan ke dalam sebuah mobil di ujung sana. Kami langsung
mendatangi. Tapi orang yang melakukannya sudah sempat lari, sebelum kami
sampai. Kemudian mobil tua tempat kalian berada dicengkeram cakar raksasa, dan
dijatuhkan ke atas ban berjalan. Kami tidak berhasil menarik perhatian operator
derek. Kami juga tidak bisa menghentikan gerak ban berjalan. Akhirnya kami
sendiri terpaksa menarik kalian bertiga ke luar.”
Pete bergidik.
“Tidak bisa kupercaya bahwa Ia tega melakukannya,” katanya. “Tidak masuk di
akalku!”
“Siapa itu, dia?” tanya Muka Kapak. “Dan apakah yang kalian ketahui, yang
nampaknya begitu berbahaya, sehingga karenanya kalian nyaris saja mati?”
Jupiter memandang laki-laki itu.
“Kami ini sedang melakukan penyelidikan,” katanya. “Ada orang yang kami
curigai, tapi saat ini kami belum bisa menyebut namanya”
Muka Kapak tertawa nyengir.
“Begitu, ya?” katanya. “Barangkali kami tadi sebaiknya tidak turun tangan! Kami
biarkan saja kalian meneruskan penyidikan kalian di dalam situ!” Ia menuding ke
dalam bangsal, dari mana terdengar bunyi berdentam-dentam.
“Terus terang saja,” kata Jupiter, sambil menelengkan kepala, “Gerak-gerik kalian
berdua juga menimbulkan kecurigaan kami! Tapi kurasa kalian tak mungkin ada
sangkut-pautnya dengan penyelundupan intan. Sebab kalau kalian ikut terlibat,
tidak mungkin kalian tadi mau menyelamatkan kami."
Dengan cepat Muka kapak menoleh, memandang temannya.
“Nah, apa kataku? Anak itu tahu tentang hal itu!” Ia memandang Jupiter yang
masih terduduk di tanah, lalu tertawa. “Kurasa kau pasti bisa mengatakan di mana
intan-intan itu sekarang.”
“Memang,” jawab Jupiter. “Tapi takkan kukatakan.”
Muka Kapak memberi isyarat pada kawannya dengan gerakan kepala..
“Yuk, Dobbsie! Kita cuma membuang-buang waktu saja di sini. Sementara kita
mengoceh, mereka bisa melarikan diri!”
Temannya yang bermata tajam dan berhidung penyok menghampiri Jupiter, lalu
mengacungkan telunjuknya.
“Hati-hati! Ini perkara besar - bukan urusan anak-anak!”
Sikap mengancam yang ditunjukkan laki-laki bertubuh kekar itu nampak jelas.
Orang itu berpaling dengan cepat, lalu menyusul temannya yang sudah pergi
bergegas-gegas. Anak-anak tetap terduduk. Di telinga masih terngiang kata-kata
bernada mengancam tadi.
Bab 19
DALAM KANTUNG
MIKE Hall nampak terkejut sewaktu membukakan pintu.
“He, Jupe! Halo, kalian! Yuk, masuk Tidak kami sangka kalian akan datang lagi
hari ini.”
“Aku tahu,” kata Jupiter, sambil melangkah masuk. “Apakah Mr. Olsen — itu
orang yang kalian kenal dengan nama Dunlop — datang kemari bersama seseorang
lagi?"
“Tidak,” jawab Mike sambil menggeleng. "Kenapa?”
Kening Jupiter berkerut. Ke mana kedua orang itu, tanyanya pada diri sendiri.
“Pamanmu saat ini mestinya sedang tidak ada, ya?”
Sekali lagi Mike menggeleng.
“Kenapa kau beranggapan begitu? Ia ada di kamar belakang bersama George.
Sedang istirahat. Tunggu sebentar — akan kupanggil dia.”
Jupiter memandang Pete dan Bob, sementara Mike pergi ke belakang.
“Memang aneh,” kata Pete. “Padahal aku yakin sekali tadi, mereka pasti kemari.”
“Mungkin mereka hendak mencari kandang-kandang itu,” kata Bob.
Tahu-tahu terdengar suara menyela dengan nada riang. "Kandang-kandang yang
mana?"
"Kandang-kandang bekas milik Anda, Mr. Hall,” jawab Jupiter.
Jim Hall nampak tercengang mendengar jawaban itu.
“Apa maksudmu?"
“Anda mestinya tahu, Mr. Hall,” kata Jupiter lagi, “Andalah yang membeli
kembali kandang bekas George dari pamanku Titus Jones, beserta kandangkandang
yang tiga lagi.”
Jim Hall melongo.
"Aku mengapa?" tanyanya.
"Anda membeli kembali dan membawa pergi kandang-kandang itu,” kata Bob
menyela. “Kandang-kandang dengan jeruji-jeruji yang dijadikan tempat
menyelundupkan intan.”
Jim Hall memandang ketiga remaja yang ada di depannya silih berganti.
Tampangnya menampakkan kebingungan.
“Coba kalian jelaskan,” katanya kemudian. “Kurasa pendengaranku hari ini tidak
begitu beres!”
Pete menggerak-gerakkan kakinya dengan sikap kikuk.
“Tapi Anda tentunya tidak ikut terlibat dalam urusan penculikan terhadap diri
kami,” katanya.
Jim Hall menggelengkan kepala dengan sikap bingung. Ia berpaling memandang
Mike.
“Apa sih yang diocehkan teman-temanmu ini?” tanyanya.
“Aku juga tidak tahu,” jawab keponakannya.
“Anda memberi tahu kami, bahwa Anda sedang terlibat dalam kesulitan,” kata
Bob. “Suatu misteri dan karenanya Anda memerlukan pertolongan kami. Siapakah
yang menyebabkan George gugup? Siapa — atau apa? Tapi kemudian ternyata,
misterinya adalah bagaimana saudara Anda, Cal, mengirimkan intan dari Afrika
pada Anda, bersama kiriman sejumlah binatang. Entah dengan cara bagaimana,
beberapa jeruji kandang yang berisi intan hilang! Karena itulah Anda terpaksa
membeli kembali kandang-kandang itu dari paman Jupiter, Mr. Jones — tadi
siang!”
“Kalian ngaco!” potong Mike. “Sejak tadi pagi aku selalu mendampingi Paman
Jim. Ia tidak pernah meninggalkan ‘Jungle Land’ sepanjang
hari ini!”
Jupiter menatap Jim Hall.
“Benarkah keterangan Mike itu?”
Jim Hall mengangguk.
“Kata pamanku tadi, kandang-kandang itu dijualnya pada seseorang yang bernama
Jim Hall. Aku menyesal sekarang, kenapa tadi tidak kutanyakan bagaimana
tampang orang itu. Kurasa aku sekarang bisa menerka siapa dia —“
“Dobbsie?” tanya Bob.
“Mungkin,” kata Jupiter. “Menurut Paman Titus, orang itu bukan Olsen, alias
Dunlop. Jadi mungkin saja Dobbsie.” Ia memandang Jim Hall lagi. “Anda tidak
tahu apa-apa tentang urusan intan?"
“Aku bahkan tidak tahu, kau ini sedang berbicara tentang apa,” kata Jim Hall.
“Lalu kenapa Anda membuang kandang George?”
Jim Hall mengangkat bahu.
“Menurut perasaanku, tidak baik jika Ia tetap dikurung dalam kandang, sementara
aku berusaha melatihnya dengan rasa sayang serta kebaikan. Aku merasa bahwa
hubungan batin yang sudah ada terputus lagi setiap kali aku harus memasukkannya
kembali ke dalam kandang. Lalu sewaktu Mike datang untuk tinggal di sini, aku
memutuskan bahwa aku harus membuktikan bahwa George benar-benar bisa
diandalkan. Karenanya kandang itu kubuang. Kusuruh orangku mencampakkannya
ke seberang pagar, ke tempat penimbunan besi tua. Dengan begitu urusan kandang
sudah selesai bagiku. George menjadi anggota keluarga, seperti aku serta Mike."
“Tapi setelah George tinggal di rumah, kandangnya selama beberapa waktu masih
ada di luar, kan?” desak Jupiter.
"Ya, memang!” jawab Jim Hall. “Aku baru membulatkan tekad untuk
menyingkirkannya setelah Jay Eastland datang dengan maksud hendak menyewa
George untuk ikut main dalam filmnya. Aku tidak ingin Eastland mendapat kesan
bahwa George masih liar. Sejak saat itu, Jay Eastland hanya melihat George
sebagai binatang peliharaan yang terlatih baik.”
"Aku harus minta maaf pada Anda. Mr. Hall.” kata Jupiter. Air mukanya benarbenar
menampakkan penyesalan. “Segala dugaan serta kesimpulanku ternyata
keliru semua.”
"Setiap orang pasti pernah keliru. Jupe." kata Jim Hall. “Tapi sekarang coba
kaujelaskan apa sebetulnya yang kalian bicarakan sedari tadi.”
Jupiter menjelaskan segala-galanya. Mulai dari kedatangan kandang-kandang di
Jones Salvage Yard. disusul oleh munculnya orang yang mengaku bernama Olsen.
"Kata Mike. Ia bekerja pada Mr. Eastland dan di situ dikenal dengan nama Dunlop.
Tapi pada kami. Ia mengaku bernama Olsen. Orangnya kurus. berwajah lancip ke
bawah serta berambut pirang.”
"Aku tidak kenal padanya.” kata Jim Hall. “Tapi kurasa aku pernah melihatnya
beberapa kali di lokasi pembuatan film."
“Tadi malam Ia berkeliaran di tempat penimbunan besi tua itu." kata Bob.
“bersama orang lain yang dipanggilnya dengan sebutan Dobbsie. Keduanya
bercakap-cakap tentang intan yang diselundupkan. Kami tidak tahu. apakah
mereka berdua itu anggota komplotan penjahat — atau bagaimana! Kedua orang
itulah yang tadi menyelamatkan kami sewaktu kami sedang bergerak tanpa daya
menuju ke dalam alat pencincang logam!”
Jim Hall mendengarkan dengan penuh perhatian. Kemudian Ia menggeleng-geleng
ketika Jupiter serta kedua rekannya sudah selesai menuturkan semua yang mereka
ketahui.
“Maaf — tapi aku tetap tidak bisa mengerti. Bisa saja benar, segala kejadian itulah
yang menyebabkan George gugup. Begitu pula bisa saja benar, ada penyelundupan
intan dengan salah satu cara kemari. Tapi satu hal bisa kutandaskan sekarang ini
juga,” sambungnya dengan mata berkilat-kilat, “Cal sama sekali tidak terlibat
dalam urusan mana pun yang melanggar hukum!"
Jupiter mengangguk, lalu berpikir sebentar.
"Ada lagi kandang yang Anda buang selama waktu beberapa bulan belakangan
ini?” tanyanya kemudian.
“Ada dua atau tiga kandang yang kami buang setahun yang lalu,” kata Jim Hall.
“Tapi kalau belakangan ini, cuma kandang bekas George saja!”
“Kalau begitu, rupanya itulah awalnya,” kata Jupiter sambil merenung. Tiba-tiba Ia
bertanya lagi, “Bagaimana keadaan George hari ini?”
“Hebat!” jawab Jim Hall sambil tersenyum. “Ia memainkan peranannya dengan
sangat baik dalam pengambilan film tadi pagi, dan sejak itu keadaannya tetap
sangat balk. Ia sekarang sedang tidur-tiduran di dalam. Tadi Doc Dawson datang
dan memberi suntikan penenang.”
Jupiter memberi isyarat pada kedua rekannya.
“Kita pergi saja sekarang, karena masih ada yang harus kita lakukan,” katanya
mengajak.
Mike Hall membukakan pintu untuk mereka.
“Datanglah lagi jika ada waktu,” katanya, “Aku yakin, Jim tidak menyalahkan
kalian —“
“Tapi sudah sepantasnya jika Ia marah,” kata Jupiter dengan tegas. “Aku tidak
boleh langsung menuduh sebelum cukup mengumpulkan bukti-bukti. Aku harus
minta maaf pada kalian berdua, Mike!”
Jupiter melangkah ke luar. Tahu-tahu Ia jatuh terjerembab, karena kakinya
tersangkut ambang pintu. Sambil jatuh, tangannya menggapai tiang penyangga
atap serambi. Tapi dengan cepat dilepaskannya lagi sambil berteriak kesakitan.
“Aduh!”
Diperhatikannya ujung jarinya yang berdarah.
“Tertusuk serpihan kayu!” katanya.
“Wah!” kata Mike. “Yuk, masuk dulu nanti kucarikan plester!”
“Ah, ini tidak apa-apa cuma luka kecil saja.” kata Jupiter agak kikuk sambil ikut
masuk. Ia mengisap-isap jarinya yang berdarah.
Tiba-tiba Mike menjentikkan jarinya, lalu menuding.
“Aku baru saja hendak mengatakan, sayang Doc Dawson tidak ada! Coba ada, Ia
pasti bisa merawatmu,” katanya. “Lihatlah - tas obatnya ketinggalan!”
Jupiter memandang tas kulit usang yang terletak di atas sebuah kursi.
“Marahkah dia jika aku mengambil perban untuk membalut lukaku ini?” katanya.
“Ah, mana mungkin,” balas Mike. “Gunanya kan memang untuk keperluan
darurat. Ambil saja!”
Jupiter membuka tas berwarna hitam itu, lalu mengambil kain pembalut yang
terbungkus rapi dalam kertas biru. Dengan kikuk, karena harus bekerja dengan satu
tangan saja, Ia membuka kertas pembungkus itu. Tahu-tahu ada secarik kertas
berwarna kuning jatuh ke lantai. Rupanya ikut terbawa dengan kain pembalut.
Mike memungutnya.
“Ada resep yang ikut kaukeluarkan tanpa sengaja, Jupe” katanya. “Nih
masukkanlah lagi!"
Jupiter memandang sekilas ke arah kertas yang disodorkan padanya; Tapi
pandangan yang semula sekilas itu berlanjut menjadi tatapan dengan mata
terbelalak, sementara mulutnya komat-kamit.
“Ada apa, Jupe?" tanya Bob.
Jupiter menggeleng, lalu menatap carik kertas kuning itu lagi.
“Mustahil,” katanya lambat-lambat. Tapi kemudian Ia menyambung lagi, setelah
mengembuskan napas panjang, “Ya, tentu saja! Sekarang segala-galanya bisa
dimengerti.”
“Apa yang mustahil? Apa yang bisa kaumengertil’ tanya Pete.
Jupiter mengacungkan kertas kuning itu ke dekat muka kedua temannya.
“Nih, baca sendiri!”
Pete dan Bob memandang kertas itu. Mereka membaca.
DOX ROX NOX EX REX BOX
“Apa artinya?” tanya Mike. Nampak jelas bahwa Ia benar-benar tidak tahu.
“Itu berarti bahwa dalang segala kejadian ini ternyata seseorang yang selama ini
sama sekali tidak kami curigai,” kata Jupiter. Ia menggeleng-geleng dengan sikap
menyesal. "Sekarang semuanya sudah jelas."
"Apa lagi maksudmu sekarang, Jupe?" tanya Jim Hall, yang sementara itu datang
menghampiri.
"Anda pasti takkan merasa enak mendengarnya,” jawab Jupiter. “Orang yang kita
cari itu ternyata Doc Dawson.”
Jim Hall tersenyum getir.
“Jangan asal tuduh saja, Jupe,” tukasnya. “Doc itu kawan lamaku. Coba kulihat
apa yang tertulis di kertas itu.”
Ia mengulurkan tangannya hendak mengambil kertas yang dipegang oleh Jupiter.
Saat itu pintu depan terbuka.
Seseorang bertubuh kekar muncul di ambangnya. Rambutnya dipotong sangat
pendek. Lengannya bertato.
“Aku disuruh mengambil tas Doc yang ketinggalan di sini,” kata orang itu.
Matanya langsung menyipit ketika melihat bahwa tas itu terbuka. Apalagi ketika
melihat berwarna kuning yang dipegang Jupiter. Mulutnya menggerenyot.
"Ayo kemarikan!" bentaknya.
Bo Jenkins sudah menyentakkan kertas itu sebelum Jupiter sempat berbuat apaapa.
Kertas itu dicengkeramnya, sementara tangannya yang satu lagi meraih tas
obat.
"Tunggu. Bo,” kata Jim Hall saat itu dengan suara tenang. "Ada sesuatu yang tidak
beres di sini. dan —"
Tahu-tahu So Jenkins sudab menggenggam pistol yang diacungkannya ke arah Jim
Hall.
“Jangan ikut campur. Hall — Jika masih ingin selamat." tukasnya. "Semuanya
sudah ada pada kami sekarang dan tidak ada yang masih bisa menghalang-halangi
kami!"
Jupiter meneguk ludah karena kaget. "Anda rupanya yang membeli kandangkandang
itu dari pamanku dengan memakai nama Jim Hall!” katanya.
“Anak pintar!” kata Jenkins sambil nyengir.
Jim Hall bersuit lirih ketika pengasuh binatang bertubuh kekar itu menyambar tas
milik Doc Dawson.
Seketika itu juga terdengar langkah berat datang dari arah belakang rumah.
Mendengar bunyi itu dengan cepat Jenkins berpaling. Orang itu sangat terkejut. Ia
berdiri seperti terpaku dengan mata terbelalak. Mulutnya ternganga. sedang air
mukanya pucat-pasi.
Ia menatap seekor singa besar yang menatap ke arahnya dengan kepala agak
menunduk. Binatang itu menggeram sambil menggerak-gerakkan ujung ekornya.
Dengan cepat Jupiter menyandarkan diri ke daun pintu, sehingga pintu tertutup.
Dengan cepat Jenkins berbalik lagi sambil menodongkan pistolnya.
“Percuma, Jenkins,” kata Jim Hall dengan tenang. “Kau tidak bisa ke mana-mana
lagi. Kalau kau berani bergerak satu langkah saja, dengan segera George akan
mendapat mangsa. kau!” Jim Hall memandang singanya. "Ya kan, George?"
Singa besar itu mengangakan mulutnya yang besar, lalu melangkah maju. Pistol
yang digenggam oleh Bo Jenkins terjatuh ke lantai.
“Nah — begitu lebih baik,” kata Jim Hall. Ia membungkuk untuk memungut
senjata api itu. Kemudian Ia memberi isyarat, menyuruh Bo Jenkins duduk.
George datang menghampiri, lalu berhenti di sisi kursi yang diduduki laki-laki
yang setengah mati ketakutan itu. George mengangakan mulutnya lagi, lalu —
menguap.
“Nah, Bo,” kata Jim Hall dengan santai, “sekarang coba kau bercerita sedikit intanintan
selundupan itu!”
Bab 20
AKHIR TEKA-TEKI
SEHABIS menikung, Mike menuding ke depan, menunjuk sebuah rumah kecil
yang letaknya bersebelahan dengan sebuah bangsal.
“Itulah tempat tinggal Doc Dawson,” katanya. “Kliniknya terletak di sebelah
belakang.”
Mereka mendengar bunyi berdentang-dentang. Datangnya dan arab bangsal.
Jupiter tersenyum.
“Itu satu hal yang pasti tak terduga olehnya,” katanya. “Jika Paman Titus
membetulkan sesuatu, Ia tidak pernah bekerja setengah-setengah.”
“Apa maksudmu, Jupe?" tanya Mike.
“Nanti akan kaulihat sendiri,” jawab Jupiter dengan sikap misterius.
Sebuah truk kecil nampak diparkir di sisi bangsal. Di sampingnya ada empat buah
kandang. Doc Dawson berdiri dekat satu di antaranya, sambil menggenggam
godam dalam posisi terangkat. Tangannya yang satu lagi memegang tang
bertangkai panjang.
Ia menoleh ketika Jim Hall datang menghampiri bersama anak-anak. Mata dokter
hewan itu bergerak sekilas ke arah belakang mereka, lalu menyipit.
“Halo, Jim,” katanya. “Ada yang tidak beres?"
Jim Hall menggeleng. Dicampakkannya tas dokter yang dibawanya ke kaki dokter
hewan itu.
“Kudengar Anda mencari tas obat-obatan Anda, Doc,” katanya. “Itu dia tertinggal
di rumahku.”
“Trims, Jim,” kata Doc. Ia memandang lagi ke arah belakang Jim. Keningnya
berkerut. “Aku tadi menyuruh Bo Jenkins — kusangka —" Ia memandang ke arah
kandang-kandang dengan wajah cemberut. "Aku memerlukan bantuannya—"
Jim Hall mengangguk.
"Bo saat ini sedang sibuk dengan urusan lain, Doc. Tapi barangkali kami bisa
membantu. Ada kesulitan apa?”
Doc Dawson memandang godam yang ada dalam genggamannya.
“Tidak ada kesulitan, Jim. Aku cuma ingin meyakinkan bahwa jeruji kandangkandang
ini benar-benar kokoh. Jangan sampai ada kecelakaan lagi, karena jika
ada binatangmu yang terlepas kembali, seluruh hartamu akan beralih ke tangan
Eastland."
Jim Hall tersenyurn.
“Terima kasih, Doc atas perhatian Anda." Ia menoleh, memandang Jupiter. “Kau
tahu jeruji yang mana?”
“Kurasa ya, Sir,” jawab Jupiter. “Tapi untuk itu aku perlu meminjam godamnya.”
“Itu bisa saja,” kata Jim Hall. “Bisakah anak muda ini meminjam godam Anda
sebentar, Doc?"
Doc Dawson nampak ragu sejenak. Kemudian disodorkannya alat pemukul itu
pada Jupe.
"Bisa saja. Untuk apa?” tanya dokter hewan itu.
“Ketiga remaja ini Trio Detektif. Anda tentunya masih ingat, aku meminta bantuan
mereka untuk menyelidiki apa yang menyebabkan George akhir-akhir ini selalu
gugup. Mereka sampai pada kesimpulan aneh — yaitu bahwa penyebabnya intanintan
yang diselundupkan.”
“0 ya? itu memang kesimpulan yang aneh.” Dokter hewan itu meringis, lalu
memandang Jupiter. “Dan kau merasa tahu di mana intan-intan itu berada?"
“Ya, Sir,” kata Jupiter. “Bagaimana kalau Anda minggir sebentar?”
“Boleh saja,” kata Doc Dawson dengan santai, sambil menepi “Tapi jangan terlalu
keras kaupukulkan godam itu, nak. Aku tidak ingin ada jeruji yang longgar lagi
setelah payah-payah kukencangkan.”
“Bukan Anda yang mengencangkan jeruji-jeruji itu, tapi Hans bersama Paman
Titus," kata Jupiter, “di tempat kami.”
Doc nampak kaget mendengar jawaban itu.
“Bisa Anda lihat, jeruji-jeruji ini tidak mereka pasangkan lagi seperti sebelumnya,”
sambung Jupiter. “Paman Titus selalu berusaha sebaik-baiknya, agar jangan ada
pembeli yang merasa tidak puas, lalu memprotes. Karenanya jeruji-jeruji ini
diperkencang kedudukannya dengan baut dan sekerup supaya tidak bisa menjadi
longgar lagi seperti sebelumnya."
“Begitu ya;” kata Doc Dawson mengomentari dengan singkat.
“Dan karena itu Anda tidak bisa melepaskannya dengan cara memukul,” kata
Jupiter selanjutnya. “Godam ini hanya bisa dipakai untuk keperluan ini saja.” Ia
berjalan mengelilingi kandang sambil memukul-mukulkan godam itu ke jerujijeruji.
Sesampal di jeruji keempat dari sudut kandang ia berhenti sebentar. Lalu
berjalan lagi sambil memukul-mukulkan godam. Lalu berhenti lagi, dan kembali
ke jeruji tempat Ia pertama kali berhenti.
“Di kandang ini ada dua,” katanya.
Doc Dawson memandang Jim Hall.
“Anda tahu, anak ini sedang berbicara tentang apa?” katanya.
“Lebih baik kulihat saja dulu, Doc.” Kening Jim Hall berkerut.
“Kebanyakan jeruji kandang ini sudah berkarat” kata Jupiter. “Itu berarti cukup
iama termakan cuaca. Jadi selama itu berada di luar. Mungkin berasal dari kandang
yang dibuang oleh Mr. Hall. Tapi jeruji yang ini, waiau juga berkarat, agak lain
bunyinya. Seperti berlubang sebelah dalamnya. Karena itulah aku menarik
kesimpulan, bahwa ini mungkin berasal dan kandang yang dulu tempat mengurung
George.” Jupiter menghampiri jeruji yang Ietaknya di sisi seberang. “Yang ini juga
berlubang sebelah dalamnya.” Ia memukulkan godam ke jeruji itu. “keadaannya
masih mulus, karena baru saja datang. Ini asalnya dari kandang gorila. Bo Jenkins
melepaskannya dari kandang itu malam-malam ketika gorila itu tiba. Gorila itu
kemudian terlepas, karena kedua batang jeruji di sisi kiri dan kanan jeruji ini
dibengkokkan olehnya. Kurasa binatang itu mengejar Bo. Bo ketakutan, lalu lari
— sedang jeruji ini dicampakkannya dengan begitu saja karena panik. Kemudian
kutemukan sécara kebetulan.”
“Tapi dari mana Bo bisa sampai mengetahui bahwa jeruji itu ada di tempat
kalian?" tanya Mike.
“Malam itu juga Ia mencari-carinya lagi,” kata Jupiter. “Ia mendengar kami dekat
pagar, lalu menyorotkan senternya ke arah kami. Ia melihat aku memegang jeruji
ini. Ia sudah pernah melihat kami sebelum itu. Mungkin Doc Dawson bercerita
padanya siapa kami bertiga dan dari mana kami datang. Kemudian Ia datang ke
tempat perusahaan pamanku. Di situ dilihatnya Paman Titus, yang sedang sibuk
membetulkan kandang-kandang. Ia pasti gembira sekali ketika mendengar bahwa
pamanku sudah mencari-cari ke segala sudut tempat penimbunan barang bekasnya
untuk mencari batang-batang besi yang bisa dipakai untuk melengkapi jeruji-jeruji
yang kurang. Ia tidak bisa tahu dengan pasti, tapi cukup besar kemungkinannya
bahwa jeruji yang berasal dari kandang gorila ada di antaranya. Tapi Ia tentu saja
sama sekali tidak menduga bahwa jeruji yang berasal dari kandang George juga
ikut terpakai.”
“Bagaimana kau sampai bisa mengetahui dengan pasti, bahwa kau sudah
menemukan jeruji-jeruji yang kaumaksudkan ku?” tanya Mike.
“Aku belum bisa memastikannya,” jawab Jupiter. “Kita baru akan tahu dengan
pasti apabila kedua jeruji ini sudah kita copot. Tapi kurasa kita nanti akan
menemukan intan-intan itu di dalamnya, sebab aku menggunakan cara para
penyelundup itu untuk mencarinya.”
“Bagaimana kau bisa mengetahui cara mereka?” tanya Mike untuk kesekian
kaiinya.
“Aku menduganya dari isi kawat itu, dan Doc Dawson menegaskan kebenaran
dugaanku itu. Isi kawat itu berbunyi, ‘DOX ROX NOX EX REX BOX’.’ DOX
atau DOCKS, berarti dermaga. Lalu ROX,j ROCKS, batu — dan di sini yang
dimaksudkan ialah intan-intan. NOX, KNOCKS, ketuk. Jadi artinya kira-kira
begini: ketuklah jeruji-jeruji kandang singa REX, berarti raja, dan singa kan
dijuluki raja hutan! — untuk menemukan intan yang dimasukkan di dermaga.
BOX, sudah jelas artinya, yaitu kotak. Dan kandang kan juga bisa dibilang kotak!
Sedang EX, kurasa berarti keluar dari. Maksudnya, keluarkan dulu singanya. Itu
nasihat yang bijaksana, jika kita ingat apa yang terjadi kemudian dengan gorila
itu."
“Nah — sekarang ingat tidak, apa yang dilakukan oleh Doc kemarin malam ketika
gorila diangkut kembali dalam keadaan terbius? Ia memeriksa jeruji-jeruji kandang
binatang itu dengan palunya. Kandang macan kumbang diperiksanya pula dengan
cara serupa. Waktu itu kelihatannya cuma merupakan cara aneh untuk memeriksa
kekokohan jeruji-jeruji itu. Padahal saat itu Doc Dawson sedang mencari-cari jeruji
yang di dalamnya ada intan-intan selundupan. Mungkin untuk memeriksa apakah
Bo Jenkins tidak keliru mencopot jeruji. Atau bisa juga untuk memastikan, tidak
ada jeruji lain yang juga ada intan selundupan di dalamnya. Soalnya, berdasarkan
kesepakatan antara pihak pengirim dan penerima, semua jeruji yang sebelah
dalamnya berlubang berisi intan selundupan."
Kini Jupiter menoleh ke arah Doc Dawson.
“Bolehkah kupinjam tang itu?"
Doc Dawson menyerahkan benda yang diminta tanpa mengatakan apa-apa.
Jupiter menjepitkan ujung tang ke baut paling atas dan jeruji berkarat yang
dipillhnya. Setetah beberapa kali diputar dengan susah-payah baut itu terlepas.
Setelah itu Jupiter membungkuk. Baut sebelah bawah dilepaskannya dengan cara
sama. kini Jupiter mengambil godam, lalu melepaskan jeruji itu dari lubang
kedudukannya. Jim Hall serta anak-anak maju mengerumuni ketika jeruji itu
terlepas.
Jeruji itu ternyata bertutup di ujung atasnya. Jupiter memukul dengan godam
sehingga tutup itu terlepas. Jeruji ditunggingkan, lalu dipukul juga sisinya dengan
godam. Sejumlah batu berwarna kuning dan bergelimang minyak pelumas
berjatuhan ke luar.
“Itu intan?” tanya Pete.
Jupiter mengangguk.
“Ya, intan yang belum diasah, Pete," katanya menjelaskan. “Wujudnya saat
ditemukan memang seperti begini — mirip kerikil atau batu kecil biasa.”
“Astaga!” seru Bob kagum. “Ada satu ton barangkali isi jeruji ini!”
Jupiter memandang tumpukan kecil batu-batu kusam yang ada di tanah. Ia
tersenyum.
“Kurasa tidak sampai satu ton, Bob,” katanya. “Olsen, alias Dunlop menyebutnyebut
enam ratus K. Menurutku, huruf K itu singkatan dari kata ‘karat’. Sedang
intan satu karat nilainya sekita seribu dollar, kalau tidak salah. Dengan
memperhitungkan penyusutan saat pengasahan, tumpukan ini nilainya sekitar
setengah juta dollar. Ditambah dengan yang ada dalam jeruji kandang gorila,
keseluruhannya mungkin ada satu juta!”
Jim Hall masih menatap tumpukan batu yang sebenarnya merupakan intan-intan
mentah. Ia menggeleng-geleng.
“Apa boleh buat, Doc,” katanya, “kurasa Anda perlu memberi penjelasan.”
Ucapannya itu tidak mendapat tanggapan. Dengan cepat Jim Hall menoleh. Ia
terkejut, karena Doc Dawson ternyata tidak ada lagi. Saat itu terdengar bunyi
mesin truk kecil dinyalakan.
“Ia hendak melarikan diri!” teriak Pete.
Truk itu mundur dengan cepat, sementara anak-anak datang mengejar. Tapi tahutahu
dua buah mobil muncul dari balik pepohonan. Kedua kendaraan itu melesat
maju dengan cepat, lalu dihentikan dengan mengejut di belakang truk yang hendak
pergi. Jalan ke luar disumbat. Dua orang laki-laki meloncat turun.
“Muka Kapak! Dobbsie!” seru Bob.
Kedua laki-laki yang muncul dengan tiba-tiba itu menyergap Doc Dawson ketika
dokter hewan itu meloncat ke luar dari truk. Ia digiring kembali ke bangsal.
“Ada apa ini? Siapa kalian?” seru Jim Hall.
“Itulah Mr. Olsen -“ kata Jupiter sambil menuding, “dialah yang sejak semula
mencari-cari jeruji-jeruji besi.”
“Tidak! Namanya Dunlop,” kata Mike. “Ia bekerja pada Jay Eastland."
Laki-laki berwajah lancip itu menggeleng.
“Kalian berdua sama-sama keliru,” katanya. "Namaku Stevenson."
Dengan cepat ia mengambil dompet, lalu membukanya. Dompet itu disodorkannya
ke depan.
Muka Jupiter memerah.
“Di kartunya memang tertulis Stevenson.” Dipandangnya orang yang tersenyumsenyum
itu. "Kami sangka Anda anggota komplotan. "
"Petugas bea cukai memang harus bekerja secara diam-diam,” kata orang yang
bernama Stevenson itu menjelaskan. “Dan Dobbs ini petugas Departemen
Keuangan. Kami berdua bekerja untuk majikan yang sama — yaitu pemerintah
Amerika Serikat. Sudah sejak lama kami berusaha membongkar rahasia komplotan
penyelundup ini."
Orang yang bernama Dobbss menunjuk ke tumpukan batu kusam yang ada di
tanah.
"Tampaknya anak ini telah membantu kita. Kami selama ini sudah tahu, bahwa
Dawson merupakan penampung intan-intan selundupan itu. Tapi selama belum
diketahui di mana batu-batu itu berada, kami belum bisa bertindak. Kami tidak
tahu pasti dengan jalan bagaimana batu-batu itu diangkut kemari. Bukti seperti
inilah yang kami perlukan."
"Dalam jeruji yang lainnya masih ada lagi.’ kata Jupiter.
Petugas Departemen Keuangan ini menyentuh tumpukan intan dengan kakinya.
"Sekarang tinggal mencari orang yang satu lagi katanya. “Bo Jenkins! Janganjangan
ia sudah sempat minggat!"
“Ia bisa ditemukan dalam rumahku.” kata Jim Hall. “Ia pasti masih ada di sana.”
Kedua petugas rahasia itu nampak tercengang.
“Ia tidak bisa lari karena diawasi oleh George.” kata Jim Hall menjelaskan.
Dobbs memandangnya dengan mata terbelalak.
“George? Singa itu?"
Jim Hall mengangguk.
Stevenson menepuk bahu Jupiter sambil nyengir.
“Oke, Penyelidik,” kata orang itu. “Intan yang setengah juta sudah kautemukan.
Maukah kau mencarikan yang selebihnya?
Jupiter menghampiri kandang. Ia menuding ke jeruji yang tadi sudah dipilih, lalu
berkata dengan gaya dramatis,
“Seperti dapat Anda saksikan sendiri, Tuan-tuan, jeruji ini tidak berkarat, seperti
jeruji pertama yang berasal dari kandang singa. Jeruji ini berasal dari kandang
gorila yang baru saja tiba di sini, dan karenanya —“
Bob dan Pete berpandang-pandangan. Keduanya sama-sama nyengir, karena
mengenal adat Jupiter yang paling senang pamer.
Doc Dawson tertawa getir. Sikapnya nampak lesu, selesu orang kalah bertaruh.
“Sudah cepatlah kaubuka,” katanya. “Aku ingin melihat berapa banyak harta yang
terlepas dari tanganku sebelum aku nanti mengakui segala-galanya.”
Bab 21
LAPORAN PADA ALFRED HITCHCOCK
SEMINGGU kemudian. Jupiter beserta kedua rekannya sedang duduk di ruang
kantor Mr. Hitchcock. Mereka mendatangi sutradara itu untuk menyampaikan
laporan tentang hasil penyidikan mereka. Mr. Hitchcock terseriyum.
"Bagus, Anak-anak,” katanya. “ Laporan kalian mengenai kasus singa gugup
sangat menarik. Kuucapkan selamat pada kalian atas keberhasilan mengusutnya
sampai tuntas.”
"Terima kasih, Sir!” kata Trio Detektif serempak.
“Tapi ada beberapa hal yang masih memerlukan penjelasan lebih lanjut,” sambung
sutradara kenamaan itu. “Alat mengerikan itu maksudku pencincang logam —
apakah kejadian yang nyaris mencelakakan kalian di situ sebenarnya tak
disengaja?"
“Betul, Sir,” kata Bob. “Kami diringkus dan diikat oleh Bo Jenkins serta Doc
Dawson, lalu dimasukkan ke dalam sebuah mobil rongsokan di tempat
penimbunan besi tua. Mereka berbuat begitu sebenarnya hanya dengan tujuan
menyingkirkan kami untuk sementara waktu saja. Mereka sama sekali tidak
menyangka bahwa operator derek kemudian mengambil mobil itu dengan cakar
raksasa, lalu menjatuhkannya ke atas ban berjalan.”
Alfred Hitchcock mengangguk
“Moga-moga saja lain kali mereka akan lebih berhati-hati dalam memilih cara
menyingkirkan pengganggu. Tapi kurasa takkan ada lagi kemungkinan itu bagi
mereka,” katanya. Ia menjalinkan jari-jarinya, lalu bertanya lagi, “Lalu orang yang
bernama Hank Morton — apakah peranannya dalam kasus ini? Apakah ia dengan
sengaja melepaskan George, lalu melukai kaki singa itu? Dan apa sebabnya Ia lari
ketakutan malam itu, ketika gorila lepas dari kandangnya? Apakah ia juga terlibat
dalam kejadian itu?"
“Tidak, Sir,” jawab Bob. “Semua pertanyaan Anda dapat dijawab dengan tidak.
Hank Morton kembali ke 'Jungle Land' setelah dipecat, karena ia merasa curiga
pada Doc Dawson. Menurut Hank Morton, Doc Dawson menyebarkan cerita
bahwa Ia bersikap kasar terhadap binatang-binatang liar asuhannya, dan Jim Hall
mau saja percaya. Padahal tuduhan palsu itu dengan sengaja dilancarkan oleh Doc,
karena Ia hendak menempatkan Bo Jenkins sebagai pengganti Hank. Lalu ketika
mengetahui bahwa Morton datang lagi, Doc Dawson langsung melepaskan George
dengan maksud untuk menimpakan kesalahan pada Hank Morton, dengan atasan
bahwa bekas penjaga binatang itu melakukannya sebagal pembalasan dendam."
“Sedang luka yang dialami George terjadi karena kecelakaan dalam rimba. Ia
rupanya tidak biasa bergerak di tengah alam liar, karena sedari kecil sudah hidup di
tengah manusia. Jadi luka di kakinya itu mungkin karena kena duri, atau begitu!
Sedang Hank Morton membawa kami ke tempat George hanya karena iseng saja,
hendak menguji keberanian kami. Ia mengenal George dan tahu bahwa singa itu
takkan apa-apa. Tapi ketika Ia kemudian pergi sebentar, Ia disergap oleh Bo
Jenkins. Hank dipukul sehingga pingsan. Dengan begitu kemudian Hank Morton
juga dipersaiahkan atas kejadian yang kami alami kemudian."
“Lalu sewaktu gorila tenlepas malam-malam, Morton ada di 'Jungle Land', karena
hendak mencari Bo Jenkins. Tapi bukan orang itu yang dijumpainya, melainkan
gorila. Ia lari ketakutan, sama seperti Bo Jenkins.
“Kemudian, bagaimana dengan lepasnya macan kumbang?” tanya Alfred
Hitchcock. “Apakah itu juga perbuatan Doc Dawson, untuk mengalihkan
perhatian?"
“Bukan, Sir,” kata Pete. “Setidak-tidaknya, begitulah menurut keterangannya
sendiri. Tapi kami juga berkesimpulan bahwa peristiwa itu terjadi karena kebetulan
saja. Kami bahkan harus berterima kasih pada Doc, karena menyelamatkan nyawa
kami. Menurut Mr. Stevenson, hal itu akan bisa dijadikan pertimbangan dalam
pengadilan kelak, sebagai hal yang mungkin akan meringankan hukuman yang
dijatuhkan pada dokter hewan itu."
Alfred Hitchcock mengalihkan perhatiannya sebentar pada kertas laporan yang
disusun oleh Bob.
"0 ya soal ini." katanya setelah membaca sekilas. “Mr. Stevenson, agen rahasia itu,
juga dikenal dengan nama Olsen. serta Dunlop. Menurut kalian. Ia ditempatkan
oleh pemerintah sebagai tenaga kerja pada perusahaan film milik Jay Eastland
dengan tujuan agar bisa mengamati orang-orang yang dicurigai termasuk
komplotan penyelundup?"
"Betul. Sir.” kata Jupiter. "Mr. Stevenson kebetulan ahil bidang persenjataan. dan
karenanya bisa ditempatkan dalam perusahaan Mr. Eastland sebagai konsultan.
Sikap Jay Eastland yang selalu merongrong Jim Hall menimbulkan kecurigaan
Stevenson padanya. Tapi kemudian ternyata bahwa orang itu sama sekali tidak
terlibat dalam komplotan penyelundup. Jay Eastland hanya hendak menarik
keuntungan dari ketentuan dalam kontrak yang telah disepakati dengan Jim Hall. Ia
kebetulan memang sedang dalam kesulitan keuangan, karenanya ía berusaha
mencari-cari kesalahan Jim dengan maksud memperoleh uang lima puluh ribu
yang dijadikan tanggungan. Tapi akal busuknya itu tidak berhasil. Pembuatan film
di Jungle Land kini sudah selesai. jadi Jim Hall tidak lagi menghadapi risiko
kehilangan usahanya.”
“Tentang penyelundupan itu sendiri,” kata Mr. Hitchcock selanjutnya. “Doc
Dawson memasukkan Bo Jenkins sebagai pegawai di ‘Jungle Land’, dengan
maksud untuk membantunya mengambil jeruji-jeruji kandang yang dijadikan
tempat menyelundupkan intan-intan itu. Pengiriman batu-batu mulia itu dilakukan
dari Afrika, dengan membonceng pengiriman binatang liar oleh Cal Hall pada
saudaranya di sini. Siapakah pemimpin komplotan penyelundup itu? Doc Dawson?
Iakah yang mengatur rencana itu? Atau barangkali ia hanya kaki tangan saja?
Apakah peranannya dalam usaha penyelundupan itu?”
“Memang dialah otaknya,” jawab Jupe. “Intan-intan yang diselundupkan itu
merupakan barang curian, diambil dari lokasi permukaan di tambang Mwadui, di
distrik Shinyanga, di Tanzania. Para penyelundup kemudian membuntuti Cal Hall
sampai ke pelabuhan Dar es Salam. Di sana mereka menukar jeruji-jeruji kandang
kurungan binatang yang akan dikirimkan. Mula-mula kandang George, lalu
kemudian kandang gorila. Ketika George sudah berangkat, para penyelundup yang
di sana mengirimkan kawat sandi pada Doc Dawson untuk memberitahu.”
“Tapi apa sebabnya Doc Dawson tidak dengan segera mengambil intan-intan
selundupan itu dari kandang George, begitu singa itu tiba di ‘Jungie Land’?” tanya
Mr. Hitchcock pada Jupiter.
“Kanena Ia menunggu kiriman selanjutnya, yaitu bersama kandang yang dijadikan
kurungan gorila. Para penyelundup hanya merencanakan kedua pengiriman itu
saja. Rupanya Doc beranggapan bahwa intan-intan lebih aman jika dibiarkan
tersembunyi dalam jeruji kandang. Dengan begitu Ia bisa menunggu sampai
kiriman berikut sudah tiba, lalu setelah itu minggat dengan batu mulia senilai satu
juta dollar. Tapi gorila yang akan dikirim ternyata lama sekali tidak datang-datang.
Kemudian Doc Dawson sakit terserang flu. Lalu ketika ia sedang sakit, Jim Hall
membuang kandang singa ke tempat penimbunan besi tua, yang letaknya
bersebelahan dengan ‘Jungle Land’. Di tempat itu kandang kemudian rusak.
Beberapa jerujinya terlepas. Ketika Doc Dawson akhirnya berhasil mengetahui di
mana jeruji-jeruji itu berada, semuanya sudah terlambat. Soalnya, sementara itu
pihak berwajib sudah mencium adanya usaha penyelundupan itu. Mr. Stevenson
tidak mau mengatakan bagaimana ia sampai bisa tahu. katanya, Ia tidak boleh
membeberkan siapa yang memberi tahu. Pokoknya, begitu Dawson tertangkap
tangan beserta intan-intan sebagai bukti, kawanannya yang di Afrika langsung bisa
diringkus pula. Selama ini mereka di sana ternyata juga diamat-amati terus.”
Mr. Hitchcock menepuk-nepuk laporan Bob.
“Menurut dugaan kalian, kegugupan George disebabkan karena beberapa kali
terjadi percobaan untuk mengambil jeruji kandangnya, yang di dalamnya ada
intan-intan selundupan. Bagaimana betulkah dugaan kalian itu?”
“Betul, Sir,” jawab Jupiter. “Saya mulanya mengira bahwa kegugupan George
hanya disebabkan karena malam-malam terkurung dalam rumah. Tapi kemudian
Mr. Stevenson muncul bersama rekannya dari Departemen Keuangan. Mereka
sering mendatangi rumah Jim Hall kalau hari sudah malam untuk memeriksa
tempat di sekitar kandang-kandang. Itulah yang menyebabkan kegugupan George.”
“Satu ha! masih tetap tidak bisa kumengerti,” kata Alfred Hitchcock. “Doc
Dawson itu kan dokter hewan yang berkedudukan baik, kenapa orang seperti dia
bisa menjadi penyelundup intan?”
“Keterangannya gampang sekali, Sir,” kata Pete. “Dari semula ia memang sudah
penyelundup — jadi sebelum ia datang ke ‘Jungle Land’. Dulu ia pernah hidup di
Afrika, dan di sana sudah sering melakukan penyelundupan secara kecil-kecilan.
Kemudian ía mendengar tentang usaha pengiriman binatang liar ke Amerika, yang
dilakukan oleh kedua bersaudara Cal dan Jim Hall. Doc Dawson langsung
mendapat ilham. llham licik! Ia menggabungkan diri dengan kedua orang itu
dengan menggunakan keahliannya menangani binatang. Sementara itu ia
menyusun rencana pencurian intan di Tanzania, lalu menyelundupkannya ke luar
negeri. Doc Dawson sungguh-sungguh sayang pada binatang. Tapi ia juga
menyukai petualangan yang berbahaya. Apalagi yang menyangkut peluang bisa
menjadi kaya secara mendadak.”
“Walau dengan cara melanggar hukum,” kata Mr. Hitchcock menanggapi.
“Menurutku, orang itu sudah sepantasnya dihukum. Rencananya untuk menjadi
jutawan dengan jalan menyelundupkan intan, akhirnya gagal berkat kegigihan serta
kemampuan kalian selaku penyidik. Aku bangga atas prestasi kalian, yang telah
berhasil membongkar kasus ini. Kalian tentunya mendapat imbalan yang cukup
besar sebagai hadiah menyelamatkan intan-intan itu”
“Betul, Sir,” kata Bob. “Tabungan kami untuk biaya di sekolah tinggi nanti
bertambah dengan —“
“Jangan, jangan kaukatakan!” kata Mr. Hitchcock dengan cepat. “Kalau aku tahu,
jangan-jangan aku nanti tidak berani menghubungi kalian lagi kalau ada kasus
yang perlu diusut. Maklumlah, sebagai orang yang sudah terlalu kaya —“
“Itu takkan mungkin terjadi, Sir,” kata Jupiter Jones. “Soalnya, misteri akan selalu
merupakan bagian dari kehidupan kami!”
End