Trio Detektif - Misteri Kucing Bengkok(1)



 MISTERI KUCING BENGKOK
Pesan Alfred Hitchcock


SEKALI lagi aku mendapat kehormatan, menampilkan kembali remaja tiga serangkai yang menamakan diri mereka Trio Detektif. "Kami Menyelidiki Apa Saja" - demikianlah semboyan mereka. Dan itu memang sering mereka lakukan, baik karena diminta maupun tidak. Dan rasanya itulah sebabnya kenapa mereka berkeliaran di sekitar suatu carnival - ini bukan karnaval, melainkan semacam pasar malam - yang dihantui berbagai kecelakaan. Mereka mencampuri urusan orang lain yang ditutup-tutupi, mengorek rahasia kucing mainan berbadan peot, menguping - Ah, tidak sepantasnya aku menjelek-jelekkan semangat remaja mereka. Ketiganya anak-anak baik, walau rasa ingin tahu mereka agak berlebihan.
Bagi yang baru sekali ini berjumpa dengan mereka, baiklah kukatakan bahwa Jupiter Jones, pimpinan Trio Detektif yang tidak bisa dibilang langsing, kemampuan otaknya luar biasa. Pete Crenshaw tinggi kekar. Kalau ada tugas yang menyangkut kekuatan otot, serahkan saja pada dia. Sedang Bob Andrews yang paling kecil di antara mereka bertiga, menangani tugas riset dan penyusunan catatan. Tapi dalam keadaan berbahaya, keberaniannya bagaikan singa. Mereka tinggal di Rocky Beach, sebuah kota kecil di California, tidak jauh dari Hollywood. Markas besar mereka sebuah karavan di kompleks penimbunan barang bekas yang diperdagangkan Titus dan Mathilda Jones, paman dan bibi Jupiter. Coba dari semula Trio Detektif sudah tahu bahwa kucing bengkok misterius itu akan menjerumuskan mereka ke dalam petualangan baru, mungkin mereka takkan begitu ingin tahu mengenainya. Mereka terus diburu kesialan - tapi silakan baca sendiri!
ALFRED HITCHCOCK
Bab 1 Carnival! ­
SUATU siang saat awal bulan September. Jupiter Jones dan Pete Crenshaw sedang sibuk bekerja dalam bengkel Jupiter yang terletak di salah satu sudut pekarangan Jones Salvage Yard, tempat penimbunan barang bekas yang diperdagangkan Paman Titus dan Bibi Mathilda. Kalau dikatakan Jupiter dan Pete sedang sibuk bekerja, itu sebenarnya tidak tepat. Jupiter yang sibuk bekerja. Sedang Pete sibuk melihat temannya itu mengutak-atik entah apa. Dan Pete pula yang paling dulu melihat Paman Titus datang menghampiri. Paman Jupiter itu berjalan terseok-seok, karena membawa dua bak besar dari kayu. "Anak-anak," kata Paman Titus sambil menjatuhkan kedua bak itu ke tanah di hadapan mereka, "ini - ada pekerjaan untuk kalian. Bak-bak ini harus dicat bersetrip-setrip. Merah, putih, dan biru!"
Pete menatap kedua bak itu sambil melongo. ­"Setrip-setrip pada bak cucian?" katanya tak mengerti.
"Sekarang ini juga, Paman?" tanya Jupiter. Remaja berpotongan gend - eh, gempal itu memandang elemen-elemen kecil peralatan elektronik yang terserak di bangku kerjanya dengan suram.
"Jupiter sedang membuat alat ajaib baru untuk Trio Detektif," kata Pete menjelaskan kemurungan temannya itu pada Paman Titus.
"Ciptaan baru, ya?" kata Paman Titus penuh minat. Sesaat ia lupa pada bak-baknya. "Alat apa itu, Pete?"
"Entahlah - Anda kan tahu bagaimana sifat Jupiter," kata Pete dengan nada kesal. "Aku kan cuma kacung saja - mana pernah diberi tahu apa-apa!"
Jupiter, penyelidik pertama biro detektif yang beranggotakan ketiga remaja itu, biasa merahasiakan ciptaan yang sedang dibuatnya sampai ia sudah yakin bahwa alat itu bisa bekerja. Ia paling tidak suka mengalami kegagalan. Ia pun tidak suka menghentikan proyek yang sedang ditangani, kalau belum selesai secara tuntas.
"Tidak bisakah nanti saja kami mengecat bak-bak ini, Paman Titus?" katanya. Nada suaranya penuh keengganan.
"Tidak bisa, karena malam ini juga harus sudah selesai. Tapi jika kalian memang begitu sibuk, aku tentu saja masih bisa menyuruh Hans atau Konrad untuk melakukannya."
Kedua nama yang disebut Paman Titus itu pembantu-pembantunya, dua pemuda berasal dari Jerman sebelah selatan yang bekerja padanya di perusahaan barang bekas itu. Mata Paman Titus berkilat-kilat jenaka. "Tapi kalau begitu supaya adil, mereka pulalah nanti yang mengantarkan bak-bak ini."
Jupiter langsung waspada. "Adakah sesuatu yang istimewa tentang pembeli bak-bak ini, Paman Titus?" tanyanya.
"Aku tahu!" kata Pete. "Pembelinya perusahaan binatu yang berjiwa patriot!" la mengatakan begitu karena merah, putih, dan biru merupakan warna-warna bendera Amerika.
"Atau mungkin juga kedua bak ini akan dijadikan perahu pesiar untuk orang cebol!" kata Jupiter menimpali. Paman Titus tertawa nyengir mendengar dugaan-dugaan yang asal bunyi itu.
"Bagaimana jika kukatakan bahwa bak-bak yang harus dicat ini nanti akan dijadikan tempat duduk singa?" katanya.
"Aku sih, mau saja percaya," kata Pete sambil tertawa. "Setiap singa perlu memiliki kursi santai bersetrip-setrip merah, putih, dan biru."
Jupiter tidak tertawa lagi. Matanya memancarkan sinar pengertian. "Ya, tentu saja!" katanya. "Bak-bak ini jika dibalik, memang cocok untuk dijadikan tempat duduk singa dalam sirkus!"
"Sirkus? Wow!" seru Pete. Semangatnya langsung timbul. "Jika kita mengantar bak-bak ini ke ­sana, mungkin nanti kita diajak melihat-lihat berkeliling!"
Paman Titus terkekeh melihat bagaimana kedua remaja itu menanggapi kata-katanya yang terakhir. "Sebenarnya bukan sirkus, tapi cuma carnival, cuma pasar malam keliling yang biasa," katanya menjelaskan, "tapi dengan berbagai pertunjukan, di samping tenda-tenda permainan serta berbagai tunggangan. Baru saja kemarin malam mulai mengadakan pertunjukan di Rocky Beach sini. Pelatih singa kehilangan bangku-bangku duduk bagi singa-singa yang tampil dalam pertunjukannya - kalau tidak salah karena kebakaran, atau begitu. Pokoknya ketika ia tidak berhasil memperoleh bangku-bangku pengganti di sini, ia lalu menghubungi kita. Aku langsung teringat pada bak-bak ini!"
Wajah Paman Titus berseri-seri. Ia selalu membanggakan diri bahwa hampir apa saja pasti ada di timbunan barang bekas yang diperjualbelikan di Jones Salvage Yard miliknya. Dan ia paling gembira bila salah satu barang yang nampaknya tak berguna, kemudian ternyata sangat berharga bagi seseorang calon pembeli.
"Carnival -" kata Jupiter mengomentari, "pranata unik dan menarik yang sudah sangat tua tradisinya. "
"Maksudmu mengasyikkan, begitu," kata Pete. Ia mengeluh. Penyelidik kedua dari Trio Detektif itu tidak selalu mampu menangkap arti kata-kata Jupiter. "Ya - aku ingat lagi sekarang! Carson's Colossal Carnival! Aku melihatnya sewaktu tenda-tenda dan segala perlengkapannya sedang dipasang di tanah lapang dekat pelabuhan, di samping taman hiburan yang sekarang sudah ditutup."
"Barangkali saja kita nanti diperbolehkan melihat-lihat kesibukan di sana," kata Jupiter. "Kalau begitu apa lagi yang kita tunggu, Jupe?" seru Pete bersemangat. "Kuambil cat sekarang juga, sedang kau mengambil alat penyemprotnya."
Kedua remaja itu bekerja dengan bersemangat. Setengah jam kemudian kedua bak kayu itu sudah selesai dicat. Sambil menunggu cat kering, Jupiter dan Pete masuk ke Markas Besar mereka yang dirahasiakan tempatnya. Mereka hendak melihat berapa banyak uang yang masih ada, untuk modal bersenang-senang di pasar malam nanti. Markas mereka sebuah karavan bekas yang letaknya tersembunyi di suatu sudut kompleks penimbunan barang bekas itu, tertimbun di balik onggokkan barang rombeng. Orang lain sudah tidak ada yang ingat lagi bahwa di tempat itu ada karavan.
Kemudian Pete bersepeda ke Perpustakaan Umum Rocky Beach, untuk memberi tahu Bob Andrews tentang pasar malam itu. Bob, yang dalam biro Trio Detektif bertugas mengelola catatan dan urusan riset, selama liburan musim panas biasa bekerja secara sembilan di perpustakaan itu. Ia sama gembiranya seperti Jupe dan Pete ketika mendengar kabar tentang pasar malam. Begitu batas waktu kerjanya sudah lewat, ia pun bergegas pulang. Ketiga remaja itu buru-buru makan malam.
Dan pukul setengah delapan mereka sudah berangkat. Kedua bak besar yang sudah selesai dicat diangkut dengan sepeda mereka. Dari kejauhan sudah nampak menara-menara dan konstruksi landasan kereta luncur yang sudah reot karena tidak pernah dirawat, di taman hiburan yang sudah ditutup. Pasar malam keliling yang baru dibuka malam sebelum itu menempati lapangan luas di sebelahnya, di tepi laut.
Tapi saat anak-anak datang, belum dibuka lagi, karena hari masih dianggap terlalu sore. Tenda-tenda, kios-kios dari papan, serta berbagai sarana hiburan tunggangan berjejer-jejer membatasi kedua sisi dua titian lebar dari kayu, dikelilingi pagar sementara. Lampu-lampu berwarna-warni menyala, seakan hendak mengusir ketemaraman senja. Musik pengiring korsel sudah berdencing-dencing untuk menarik minat pengunjung. Roda raksasa sudah berputar, walau belum ada yang menaiki. Dua orang badut berjumpalitan sepanjang salah satu titian. Semua sibuk bersiap-siap, menyongsong saat pembukaan.
Jupe dan kedua temannya menuju ke tenda pelatih singa. Di depan tenda itu ada umbul-umbul berwarna merah norak dengan tulisan besar-besar: "The Great Ivan dan Rajah - Singa Paling Pintar di Dunia!"
Ketiga remaja itu melangkah masuk. Mereka disongsong dengan bergegas-gegas oleh seorang laki-laki jangkung. Orang itu memakai pakaian seragam berwarna biru kemilau serta sepatu tinggi hitam mengkilat. Bibir atasnya dihiasi kumis panjang melintang garang. "Ah - itu dia kedua bak yang kupesan! Bagus! Sini, bawa kemari!"
"Di Jones Salvage Yard selalu tersedia apa saja yang Anda perlukan," kata Jupiter, menyebutkan semboyan perusahaan Paman Titus. The Great Ivan tertawa. Memang dialah yang menamakan dirinya 'Ivan yang Hebat'.
"Gayamu seperti salah seorang barker kami saja, Anak muda," katanya. "
Barker? Apa itu, Sir?" tanya Pete.
Sepanjang pengetahuannya, kata itu berarti penggonggong. Tapi masak Jupiter disamakan dengan anjing. Tidak mungkin!
"Coba Tebak," kata The Great Ivan.
"Aku berani bertaruh, Jupe pasti tahu," kata Bob. Ia dan juga Pete tahu dari pengalaman bahwa Jupiter biasanya tahu sedikit tentang apa saja. Sedang pemimpin Trio Detektif yang berbadan tidak langsing itu sama sekali tidak segan-segan memamerkan pengetahuannya.
"Barker itu orang yang berdiri di depan tenda pertunjukan sirkus atau pasar malam yang berteriak-teriak mengatakan betapa asyiknya pertunjukan yang bisa ditonton di dalam tenda. Pekerjaan itu bisa dibilang bentuk kuno dari bisnis periklanan."
"Bagus sekali, Anak muda," kata The Great Ivan. "Mereka kadang-kadang suka bohong, Tapi kalau yang benar-benar bermutu, tidak! Orang yang bertugas di depan tendaku misalnya - ia takkan pernah mengatakan bahwa singaku buas. Ia hanya menonjol-nonjolkan apa saja yang bisa dilakukan oleh Rajah. Kalian pernah melihat singa berayun-ayun pada trapez?"
"Wow! Rajah bisa melakukannya?" seru Pete takjub.
Itu sudah sepantasnya, karena yang disebut 'trapez' itu palang yang terikat. pada dua utas tambang, tinggi di atas gelanggang sirkus. Biasanya akrobat yang berayun-ayun di situ, memperagakan kemahiran mereka melompat dan melayang di udara, sementara rekan lain siap menangkap sambil berayun-ayun pula.
"Ya, Rajah bisa bermain trapez," kata The Great Ivan membanggakan. "Pertunjukan pertama dimulai satu jam lagi. Menontonlah - kalian kutraktir! Mungkin kalian nanti bahkan bisa memegang Rajah."
"Kami pasti datang nanti, Sir!" kata Bob bersemangat.
Sementara itu pasar malam sudah dibuka. Orang-orang yang menurut istilah profesi disebut 'penggonggong', mulai ramai berseru-seru meneriakkan berbagai atraksi, untuk memikat perhatian pengunjung yang saat itu belum banyak. Jupe beserta kedua temannya naik tunggangan hiburan yang disebut The Whip', yang berarti 'Pecut', serta Roda Raksasa. Korsel mereka naiki dua kali. Mereka menonton tingkah laku jenaka seorang badut gendut. Setelah itu mereka menghampiri ­tenda-tenda permainan. Di situ bisa dimenangkan berbagai hadiah dalam permainan lempar panah dan bola, lempar gelang serta menembak.
"Segala permainan ini pasti curang," kata Bob mengomentari, setelah memperhatikan selama beberapa saat. "Habis - kelihatannya begitu gampang!"
"Kau keliru," kata Jupiter menjelaskan. "Permainan ini cuma kelihatannya saja gampang. Padahal cukup sulit. Ada hubungannya dengan matematika dan fisika, Bob. Peluang –"
Penjelasan selanjutnya tak terdengar, karena saat itu terdengar suara ribut-ribut di depan mereka.
"Penipu! Ayo - serahkan hadiah itu!" Seorang laki-laki jangkung yang kelihatannya sudah agak tua berdiri di depan mereka. Ia memakai topi yang pinggirannya melengkung ke bawah, serta kaca mata gelap. Padahal saat itu matahari sudah tidak ada lagi. Kumisnya lebat. Ia membentak-bentak seorang remaja pria berambut pirang yang menjaga stand tempat adu ketangkasan menembak. Tiba-tiba orang berkumis itu merampas sebuah binatang mainan dari tangan remaja tadi, lalu lari. Arahnya tepat menuju Trio Detektif.
Kini remaja berambut pirang yang berteriak-teriak, "Tahan dia! Perampok! Tolong, Penjaga!"

Bab 2 Pencuri Aneh
"AWAS!" seru Pete.
Tapi terlambat. Laki-laki tua yang lari sambil memandang ke belakang itu sudah menabrak Jupiter. Keduanya jatuh tergelimpang. Jupiter terdengus. Dua orang penjaga pasar malam datang berlari-lari, sementara pengunjung yang belum banyak cepat-cepat menyingkir.
"He! Jangan lari!" seru salah seorang penjaga pada orang yang berkumis dan berkaca mata gelap itu. Tapi orang itu sudah sempat berdiri. Dikepitnya hadiah yang dirampasnya tadi, lalu disambarnya Jupiter. Sebilah pisau berkilat nampak di tangannya yang satu lagi.
"Awas kalau berani mendekat," sergahnya mengancam, lalu menyeret Jupiter menuju pintu keluar.
Bob dan Pete hanya bisa memandang dengan perasaan ngeri. Sedang kedua penjaga yang datang bergerak mengitar. Mereka hendak mencegat dari belakang. Tapi perampok itu melihat gerakan mereka. Sesaat perhatiannya teralih. Jupiter memanfaatkan kesempatan itu untuk membebaskan diri lalu lari. Perampok tadi mengumpat. Dengan cepat ia berpaling lagi, menghadapi Jupiter. Geraknya terganggu oleh binatang mainan yang masih dikepitnya. Ia terhuyung. Tangannya yang memegang pisau membentur bahu Jupiter, sehingga pisaunya terpental. Dengan cepat orang itu menyadari bahwa ia takkan sempat memungut pisau itu kembali. Jupiter dilepaskannya dan didorong sehingga jatuh terjengkang di depan kedua penjaga yang hendak menyergap. Sedang perampok itu lari lewat pintu keluar. Hadiah yang dirampasnya tadi dibawa.
Jupiter berdiri lagi. "Kejar dia!" serunya sambil tegak terhuyung-huyung.
Anak-anak mengejar perampok yang minggat, diikuti kedua penjaga pasar malam. Laki-laki berkumis lebat tadi lari menuju pantai, lalu menghilang di balik sudut pagar papan tinggi taman hiburan yang sudah ditutup. Kedua penjaga yang ikut mengejar berhasil menyusul anak-anak.
"Biar kami saja yang menghadapinya," kata salah satu penjaga itu.
"Ia tidak bisa ke mana-mana dari balik sudut itu," kata Pete memberi tahu dengan napas tersengal-sengal. "Pagar ini terus sampai ke air. Ia terjebak!"
"Kalau begitu tinggal saja di sini," kata penjaga yang satu lagi pada anak-anak. Ia maju bersama rekannya. Sambil menggenggam pistol, keduanya melangkah dengan hati-hati ke balik pojokan, sementara Jupiter dan kedua temannya menunggu di tempat semula. Agak lama juga mereka menunggu. Tapi keadaan tetap sunyi.
Akhirnya Jupiter tidak sabar lagi. "Pasti ada sesuatu yang tidak beres," kata penyelidik pertama Trio Detektif. "Yuk - kita periksa!"
Dengan berhati-hati Jupiter mendului berjalan maju. Mereka menikung di pojok pagar, lalu - tertegun! Hanya kedua penjaga tadi saja yang ada di situ. Sedang perampok berkumis itu lenyap!
"Tidak ada siapa-siapa di sini, selain kita," kata salah seorang penjaga.
Anak-anak bingung. Mereka memperhatikan lapangan sempit berumput yang ada di situ. Di sisi kanan pagar tinggi. Sedang di sisi kiri, laut yang langsung dalam. Di ujung depan, pagar membelok sampai ke tepi air. Di situ ada sambungan berupa tonggak-tonggak besi runcing, menjorok ke depan, sampai di atas air. Tidak ada jalan lain untuk meninggalkan tempat itu, kecuali kembali ke arah semula!
"Kalian pasti salah lihat tadi," kata penjaga yang satu lagi.
"Mungkin saja ia lari dengan jalan berenang," kata Bob menduga.
"Kalau itu yang dilakukannya, kami pasti sempat melihatnya di air," kata penjaga yang pertama. "Kalian pasti dikecohnya tadi."
"Tidak, saya melihatnya dengan jelas! Ia lari kemari," kata Jupiter berkeras.
Pete yang selama itu masih celingukan ke segala arah, tahu-tahu berteriak, "Eh - apa ini?" Ia membungkuk, lalu memungut sebuah benda besar yang tergeletak di tempat gelap. Ternyata itu binatang mainan yang dirampas laki-laki berkumis tadi. Pete mengacungkannya dengan sikap memamerkan. "Orang itu tadi ternyata memang lari kemari," katanya puas.
"Dan mainan yang dirampasnya itu rupanya tercecer ketika ia lari dari sini," kata Bob. Air mukanya menampakkan kebingungan, sementara ia memperhatikan lapangan sempit yang dibatasi pagar tinggi dan laut. "Tapi bagaimana caranya keluar?"
"Mestinya ada jalan lewat pagar," kata penjaga yang satu. "Lubang, atau bisa juga pintu," kata rekannya.
"Atau mungkin juga terowongan di bawah pagar," kata Pete menyumbangkan gagasan. Pagar di situ diperiksa dari ujung ke ujung, barangkali ada salah satu jalan keluar yang tidak nampak. Tapi mereka tidak menemukan apa-apa.
"Tidak," kata Jupiter. "Pagar pada bagian ini kelihatannya rapat! Dan di bawahnya juga tidak ada jalan tersembunyi."
"Kalau begitu orang tadi pasti bisa terbang!" tukas salah seorang penjaga. "Cuma dengan jalan begitu saja ia bisa keluar dari sini, kalau tidak melewati kita."
"Pagar ini tingginya paling sedikit empat meter," kata rekannya. 'Tidak mungkin bisa dipanjat, karena tidak ada yang bisa dijadikan tempat berpegang."
Semua mendongak, memandang sisi atas pagar.
"Jika ia tidak mungkin berenang, menyusup lewat sebelah bawah pagar, dan juga tidak mungkin terbang," kata Jupiter sambil merenung, "maka cuma tersisa satu kemungkinan yang masuk akal - yaitu dengan jalan memanjat pagar."
"Mustahil!" kata salah seorang penjaga dengan segera.
"Wah, Satu -" kata Pete, "mana mungkin ada orang bisa memanjat pagar ini tanpa dibantu? Tidak ada apa-apa yang bisa dijadikan tempat berpijak."
"Tidak mungkin ia bisa memanjatnya, Jupe," kata Bob menimpali.
"Kelihatannya memang tidak mungkin," kata Jupiter, "tapi kemungkinan lain yang masuk akal tidak ada - jadi mestinya ia meninggalkan tempat ini dengan jalan memanjat. Kalau yang lain-lain tidak mungkin, maka yang mestinya tersisalah yang benar - walau nampaknya mustahil."
"Tak peduli dengan cara bagaimana, yang jelas ia sudah menghilang," kata salah seorang penjaga. "Kami kembali saja ke pos penjagaan kami. Hadiah itu nanti kami kembalikan ke stand senapan."
Penjaga itu mengulurkan tangannya, hendak mengambil binatang mainan yang masih dipegang Pete.
Jupiter yang selama itu masih mendongak memperhatikan pagar, kini berpaling ke arah penjaga yang berbicara. "Kalau Anda tidak berkeberatan, biar kami saja yang mengembalikannya. Kami tadi memang sedang hendak mencoba kejituan kami membidik di situ."
"Baiklah, kalau begitu kalian saja yang mengembalikan," kata penjaga itu. "Jadi kami tidak perlu membuang-buang waktu lagi. Kami harus melaporkan usaha perampokan tadi pada polisi."
Kedua penjaga itu bergegas kembali ke pos mereka masing-masing. Sedang Trio Detektif berjalan dengan agak santai, menuju ke pasar malam lagi.
"Baru sekarang aku tahu bahwa kita tadi hendak mencoba ketangkasan di stand senapan itu, Jupe," kata Pete sambil berjalan.
"Sebenarnya sih tidak," kata Jupiter mengaku. "Tapi aku ingin tahu apa sebabnya orang tadi menyerang remaja penjaga stand itu serta merampas hadiah ini."
Ia berkata begitu sambil menuding binatang mainan yang dipegang Pete. Semua memandang benda itu. Baru saat itulah mereka benar-benar memperhatikannya.
Pete mengamat-amati hadiah itu dengan mata terbelalak. "Wow!" ujarnya. "Bagus, ya?"
Hadiah itu seekor kucing mainan. Panjangnya hampir satu meter, bergaris-garis merah dan hitam. Keempat kakinya pengkor, sedang badannya bengkok seperti huruf Z. Mulutnya dibuat ternganga, menampakkan deretan gigi runcing berwarna putih. Matanya hanya satu, merah dan menatap galak. Lehernya dililit kalung merah yang dihiasi permata imitasi. Baru sekali itu anak-anak melihat kucing yang begitu bengkok dan bertampang begitu liar.
"Memang sangat menyolok," kata Jupiter, sependapat dengan Pete. "Tapi aku ingin tahu, apa sebabnya orang tadi begitu bernafsu memilikinya?"
"Mungkin ia pengumpul binatang mainan," kata Bob. "Kata ayahku, orang yang kegemarannya mengumpulkan barang-barang tertentu mau berbuat apa saja untuk memperoleh benda yang diingininya. "
"Orang itu tadi mengumpulkan kucing mainan?" kata Pete dengan nada tak percaya. "Mainan dari pasar malam? Itu kan tidak masuk akal, Bob! Berapa sih nilai mainan seperti ini?"
"Yah," kata Jupiter sambil menimbang-nimbang, "kedengarannya memang konyol - tapi kolektor kadang-kadang memang suka aneh-aneh. Misalnya saja ada hartawan yang kegemarannya membeli lukisan hasil curian, walau kemudian lukisan-lukisan yang dibeli itu terpaksa disembunyikan terus. Menurut istilah ilmu jiwa, itulah yang disebut obsesi. Dan kolektor begitu tidak segan-segan berbuat nekat. Tapi kurasa perampok tadi bukan benar-benar kolektor. Kemungkinan yang lebih masuk akal, ia itu orang yang tidak bisa menerima kegagalan. Atau mungkin juga ia tadi mengamuk karena merasa menang, tapi kemudian hadiah tidak diserahkan."
"Kurasa kita pun bisa panas jika ditipu orang," kata Pete, "tapi takkan sampai mengamuk!"
Sementara itu mereka sudah sampai di stand senapan. Remaja berambut pirang yang menjaga di belakang meja tempat senapan mereka dengan gembira. "Kalian berhasil merebut kembali kucingku! Bagaimana dengan laki-laki tua tadi? Kalian berhasil membekuknya?"
"Orang itu lolos, tapi kucing ini tercecer," kata Pete. Disodorkannya mainan itu pada remaja berambut pirang itu.
"Mudah-mudahan tertangkap oleh polisi," tukas remaja itu. "Masa memaksa minta hadiah - padahal hanya tiga dari kelima bebek sasaran yang berhasil dikenainya! Dasar tidak mau kalah. Wah, kalian tadi gesit sekali waktu mengejarnya!" Remaja itu nyengir. "Namaku Andy Carson. Aku bekerja di stand ini. Kalian juga orang dalam?"
Bob terkejap. Ia tidak langsung mengerti. "Orang di dalam mana, Andy?"
Seperti biasa, Jupiter sudah siap dengan penjelasan. "Maksudnya, apakah kita ini juga orang pasar malam, seperti dia," katanya. "Bukan, Andy. Kami anak sini, anak Rocky Beach. Aku Jupiter Jones, sedang mereka berdua ini Bob Andrews dan Pete Crenshaw."
"Halo," kata Andy, lalu menambahkan dengan nada bangga, "aku pekerja tetap di pasar malam ini."
"Wah - remaja seumurmu sudah menjadi pekerja tetap?" kata Jupiter. "Hebat dong!"
"Yah - ayahku pemilik pasar malam ini," kata Andy agak kikuk. "Tapi katanya, aku sekarang sudah bisa bekerja di pasar malam yang mana saja. He - kalian ingin mencoba memenangkan salah satu hadiah?"
"Aku ingin memenangkan kucing bengkok itu!" kata Pete bersemangat. "Ya - untuk dijadikan jimat kita."
"Lambang kegiatan kita," kata Jupiter dengan nada menyetujui. "Ayo, Pete - cobalah kejagoanmu membidik."
Andy Carson tertawa nyengir. "Untuk memenangkan kucing bengkok itu, kau harus mengenai lima sasaran dengan lima kali tembakan. Tidak mudah, tapi bisa! Sampai sekarang sudah empat kucing yang kuserahkan sebagai hadiah."
"Dan aku akan mendapat kucing kelima," kata Pete dengan sikap yakin. Ia meraih salah satu senapan yang terikat dengan rantai ke meja di bagian depan stand.
Tapi tiba-tiba Andy mengulurkan tangannya ke arah Pete. "Tunggu!" serunya.

Bab 3 Saat Berbahaya
"ADA apa, Andy?" tanya Pete. Sikapnya langsung waspada.
Andy meletakkan topi jerami yang menutupi ubun-ubunnya. "Sabar sedikit, Anak muda," katanya sambil nyengir. "Semangatmu untuk menguji keahlianmu menembak memang mengagumkan - tapi sebelumnya telapak tanganku perlu ditempel dulu dengan logam perak mata uang dunia senilai dua puluh lima sen - atau seperempat dari satu dolar. Itu kan tidak ada artinya, sebagai imbalan bagi kesempatan untuk memamerkan keahlianmu membidik. Lima keping uang lima sen yang kecil-kecil, untuk lima tembakan hebat. Silakan maju, Anak muda - semua pasti menang! Ayo, pamerkan ketenangan tanganmu serta ketajaman matamu. Beri tempat pada orang ini, supaya ia bisa membidik dengan leluasa. Lima tembakan enteng untuk memenangkan hadiah besar yang unik dan menakjubkan - kucing bengkok!"
Anak-anak tertawa mendengar ocehan Andy. Pete merogoh kantung, mengambil uang seperempat dolar.
"Bukan main!" ujar Bob kagum. "Kau selalu berkaok-kaok seperti itu, Andy?"
Wajah Andy berseri-seri. "Kata Ayah, aku ini bakat alam!"
"Memang," kata Bob. "Bisakah kami kauajari?"
"Ah, Nak," kata Andy dengan air muka serius, "mula-mula kau harus tekun menuntut ilmu dulu pada Lama Agung dari Nepal, selama bertahun-tahun. Setelah itu, pada saatnya yang tepat, bisa diselenggarakan pendidikan sekedarnya, dengan biaya rendah. Tentu saja hanya mereka yang terpilih saja yang akan diberi kehormatan-"
Anak-anak mendengarkan ocehan Andy yang menghamburkan kalimat-kalimat muluk itu sambil tertawa-tawa. Andy juga cengar-cengir sambil bicara. Ia sendiri menikmati kemampuannya bermain dengan kata-kata.
"Tapi sekarang," katanya mengakhiri dengan bergaya, "semuanya harap minggir! Beri tempat pada jago tembak muda ini untuk memamerkan kehebatannya. Mulai saja kapan kau mau, Pete!"
Pete mengangguk. Diambilnya salah satu senapan yang ada di atas meja. Setelah mengamat-amati kumpulan sasaran di depannya, ia membidik sekejap ke arah bebek-bebekan yang melintas digerakkan mesin lalu menembak. Kena tiga bebek berturut-turut!
Andy bertepuk tangan. ­"Hebat, Pete! Sekarang hati-hati - tinggal dua lagi!"
Sekali lagi Pete menembak. Kena bebek keempat. "Satu lagi! Jangan sampai meleset," kata Andy memperingatkan. "Tenang saja! Tapi hati-hati!"
Ia mengedipkan mata ke arah Bob dan Jupiter. Kedua remaja itu langsung mengerti. Kata-kata yang meluncur dari mulut Andy untuk memperingatkan dan memberi semangat, sebenarnya merupakan siasat untuk membuat Pete bertambah gugup menjelang tembakan berikut, sehingga kemungkinan meleset bertambah besar. Tapi Pete, begitu sudah mulai beraksi takkan bisa dipengaruhi lagi. Sekali lagi ia membidik, menembak - dan bebek kelima terguling ke belakang. "Aku menang!" serunya.
"Hebat, Pete," kata Andy. Diserahkannya hadiah kucing bengkok pada remaja itu. "Kau memang jago tembak. Ini kucing bengkokku yang terakhir. Untuk sementara harus kusediakan hadiah pertama yang lain, sementara aku memesan kucing-kucing bengkok lagi. Kurasa globe saja yang sebaiknya kujadikan hadiah."
Mata Jupiter bersinar. "Bola peta bumi, maksudmu? Itu kan barang produksi baru, Andy! Bisakah kami memenangkan hadiah itu pula?"
"Silakan mengadu nasib, Anak muda," kata Andy dengan gaya orang pasar malamnya lagi. ­"Pokoknya tangan tetap tenang saat mata membidik dengan tepat. Lima tembakan!"
Pete dan Bob tertawa, sementara Jupiter mengambil sepucuk senapan sambil menyerahkan uang dua puluh lima sen pada Andy. Jupiter membidik dengan cermat, lalu menembak lima kali berturut -turut. Kena dua bebek sasaran - tapi yang tiga meleset.
"Sekarang aku, Jupe," kata Bob. Remaja terkecil dari Trio Detektif itu menyerahkan uang dua puluh lima sen pada Andy, lalu membidik. Nasibnya tidak lebih baik dari Jupiter, karena hanya dua tembakannya yang mengenai sasaran. Setelah itu Pete mencoba lagi. Ia ingin memenangkan hadiah globe, untuk dihadiahkan pada Jupiter. Tapi kali itu ia juga gagal.
"Itu tadi cuma karena sial saja," kata Andy. "Lain kali hasilnya dijamin pasti memuaskan. Satu keping uang seperempat dolar lagi!"
Pete menggeleng. "Lebih baik aku berhenti saja sementara masih impas. Setidak-tidaknya kucing bengkok sudah kumenangkan."
Anak-anak yang lain tertawa mendengar komentarnya. Sementara itu peminat-peminat lain mendesak maju. Pasar malam sudah bertambah ramai. Andy mulai beraksi lagi memancing minat pengunjung, ditonton oleh ketiga kawan barunya. Setelah beberapa saat barulah Andy menyadari bahwa ia menjanjikan globe sebagai hadiah. Padahal benda itu tidak ada dalam persediaannya.
"Tolong jagakan stand ini sebentar, Jupiter," katanya. "Aku harus mengambil beberapa globe dulu. Pete dan Bob bisa membantuku membawa kemari."
"Tentu saja, Andy," kata Bob. "Ayo, Jupe."
Jupiter tidak perlu disuruh dua kali. Dengan segera ia pergi ke belakang meja tempat senapan, lalu mulai mencoba berseru-seru menirukan gaya Andy. Pengunjung yang berkerumun nampaknya menyukai gaya penampilan remaja bertubuh gempal itu. Wajah Jupiter berseri-seri karena senang. Sementara itu Andy mengajak Pete dan Bob ke belakang stand. Di situ ada sebuah gerobak kecil tempat barang, diterangi cahaya samar yang datang dari pusat keramaian pasar malam.
"Aku menaruhnya dekat-dekat, supaya bisa kuamati dari stand tempatku bertugas," kata Andy menjelaskan. "Selalu saja ada orang yang mencoba-coba mencuri barang."
Ia membuka tutup gerobak kecil itu, lalu mengeluarkan bola-bola kecil yang merupakan tiruan sempurna wujud bumi. Diambilnya enam buah, lalu dikuncinya kembali tutup gerobak. Dua bulatan bola bumi itu disodorkannya pada Bob.
"Bob, kau -" kata Andy. Ia tidak jadi meneruskan kalimatnya. Ia menatap dengan mata , terbelalak ke arah stand sebelah yang saat itu dibelakangi Pete.
Ketika Andy berbicara lagi, suaranya pelan, "Kalian jangan bergerak. Jangan bergerak sama sekali!"
­"Jangan main tipu lagi, Andy," kata Bob sambil mengerutkan kening. "Kami -"
"Aku tidak main-main," bisik Andy. Suaranya terdengar tegang. Tapi mantap, walau bernada takut. "Balikkan badan lambat-lambat. Jangan lari, dan jangan lakukan gerakan yang mengejutkan. Rajah ada di belakang kalian!"
Kedua remaja itu terpana. Pete meneguk ludah. Dengan lambat keduanya berpaling. Di belakang stand sebelah terdapat sebidang tanah sempit berumput. Tempat itu gelap, karena penerangan dari depan tidak sampai ke situ. Dan di situ - tidak sampai sepuluh meter dari tempat anak-anak berdiri, nampak samar seekor singa besar bersurai hitam yang sedang merunduk!

Bab 4 Pete Menunjukkan Ketabahan
"SEKARANG mundur pelan-pelan - ke arah stand," kata Andy memberi petunjuk dengan suara lirih. "Rajah sebenarnya tidak berbahaya, karena sudah terlatih baik. Tapi ia bisa saja ketakutan, lalu panik. Dalam stand kita aman. Dan di situ ada telepon, jadi aku bisa minta bantuan."
Orang lain belum ada yang melihat singa yang merunduk di belakang stand sebelah itu. Matanya yang nampak kuning berkilat menatap ketiga remaja itu. Moncongnya ternganga, memamerkan sepasang taring besar. Ekornya yang berjambul hitam bergerak-gerak.
"Tapi jika kita masuk ke stand itu," kata Pete dengan suara bergetar, "nanti dia bisa pergi ke jalur tengah yang ramai dengan pengunjung, Andy."
"Aku tahu - dan ia bisa panik melihat lampu-lampu gemerlapan dan orang banyak di sana," kata Andy sependapat. "Tapi kita harus memanggil Ivan untuk menangkap Rajah!"
Pete masih selalu menatap singa yang mengancam tanpa berkedip. "Kau... kau dan Bob masuk ke stand lalu menelepon Ivan," katanya. "Aku... aku pernah membantu ayahku menangani binatang-binatang yang dipergunakan dalam film-filmnya. Jika kita semua pergi, itu bisa jauh lebih berbahaya."
"Pete!" seru Bob cemas.
Rajah menggeram pelan, mendengar suara Bob.
"Ayo cepat," desak Pete sambil berbisik. Remaja jangkung itu sedikit pun tidak bergerak. Ia tetap tegak di tempatnya, sambil menatap lurus ke arah singa yang mengambil sikap merunduk. Sementara itu Bob dan Andy mundur pelan-pelan ke arah stand sebelah. Rajah menggerakkan kaki depannya dengan langkah yang panjang, sambil menatap Bob dan Andy. Singa itu kelihatannya gugup dan bingung, karena tidak lagi berada dalam kandangnya yang aman.
Saat itu Pete berbicara dengan suara tenang tapi tegas. "Berhenti, Rajah," katanya. "Baring, Rajah." Suaranya lembut tapi mantap. Singa itu berhenti, menatap Pete. Matanya yang berwarna kuning menampakkan sikap berjaga-jaga.
"Tenang, Rajah," kata Pete lagi. "Bagus, Rajah."
Ujung ekor singa itu melambai kian kemari. Ia menatap Pete. Ia nampaknya mengenal namanya sendiri, dan saat itu ia heran mendengar seorang remaja yang tak dikenalnya menyebut namanya.
Pete tidak menoleh ke belakang. Ia terus menatap singa besar yang ada di hadapannya. "Baring, Rajah. Baring!" Kata terakhir diucapkannya dengan suara lantang dan tegas. "Baring, Rajah!"
Singa itu melecutkan ekornya, memandang berkeliling, lalu merebahkan diri di atas rumput. Kepalanya terangkat, memandang Pete. Sikapnya seperti kucing besar yang sedang senang. Hanya dengkurannya saja yang tak terdengar.
"Bagus, Rajah," kata Pete. Tiba-tiba didengarnya suara orang di belakangnya.
The Great Ivan datang dengan langkah pasti melewati Pete, menghampiri Rajah. Penjinak singa itu hanya berbekal tongkat dan rantai panjang. Ia langsung menuju ke singa yang berbaring di rumput, lalu mulai berbicara dengan suara lembut tapi mantap, seperti yang dilakukan oleh Pete sebelumnya. Sesaat kemudian rantai sudah dipasangkannya ke kalung yang tersembunyi di bawah surai Rajah yang lebat. Singa besar yang sudah patuh kembali itu dituntunnya ke arah belakang deretan stand, kembali ke kandangnya.
Pete meneguk ludah. Mukanya pucat-pasi. Napasnya terdengus. Bob, Jupiter, dan Andy bergegas menghampiri.
"Hebat, Pete!" seru Andy.
"Aksimu benar-benar gemilang, Dua!" ucap Jupiter. "Banyak orang tidak tahu bahwa Rajah lepas dari kandangnya. Kau berhasil mencegah kepanikan!"
"Aku tadi begitu ketakutan, sampai bernapas pun tidak berani!" kata Bob menimpali.
Wajah Pete memerah. Ia malu mendengar puji-pujian itu. Ia belum sempat menjawab, ketika nampak The Great Ivan datang kembali. Wajah pelatih singa itu pucat. Bahu Pete dipegangnya erat-erat, sebagai pernyataan terima kasih.
"Tindakanmu tadi hebat, Anak muda. Penampilanmu menunjukkan ketabahan, dan sekaligus juga keterampilan," kata The Great Ivan. "Rajah itu singa yang sudah terlatih dan jinak. Ia takkan membahayakan siapa pun. Tapi jika para pengunjung melihatnya terlepas, ada kemungkinan mereka panik. Dan itu mungkin akan menyebabkan Rajah ikut panik. Mungkin saja akan ada orang yang cedera sebagai akibatnya."
Pete nyengir, karena merasa kikuk. "Saya tahu bahwa ia sudah dijinakkan, Sir dan Andy tadi sudah mengatakan bahwa ia tidak berbahaya. Saya sudah banyak belajar dari ayah saya, tentang cara menangani binatang buas yang sudah dilatih."
The Great Ivan mengangguk. "Ajaran ayahmu ternyata sangat baik. Dalam menghadapi Rajah, kita perlu berbicara dengan suara tegas dan bernada memberi komando. Aku berutang budi padamu. Aku tidak mengerti, bagaimana ia bisa sampai terlepas. Pintu kandangnya terbuka."
Kemudian penjinak singa itu tersenyum lebar. "Sekarang bagaimana jika kalian kuajak menonton penampilanku dengan Rajah dari dalam kerangkeng pertunjukan?"
"Kami benar-benar boleh, Sir?" kata Pete dengan gembira.
"Tentu saja boleh! Datanglah ke tenda, beberapa menit lagi. Aku harus memastikan dulu bahwa Rajah sudah siap untuk mengadakan pertunjukan."
Setelah itu The Great Ivan kembali ke tendanya. Jupiter dan kedua temannya masih menonton Andy Carson sebentar, yang sudah kembali tugas. Sementara itu sudah banyak orang yang mengerumuni stand senapannya. Andy sangat sibuk melayani.
Kemudian ketiga remaja itu menuju ke tenda pertunjukan singa. Mereka berhenti sebentar untuk menonton dua orang badut yang beraksi di tengah keramaian. Badut gemuk pendek yang sudah mereka lihat sebelum itu, kini ditemani rekannya yang jangkung dan berparas sedih. Wajah badut yang jangkung dirias putih dekil. Hidungnya yang tipis diberi warna merah. Ia berdandan sebagai gelandangan, dengan celana komprang yang ujung bawahnya diikat. Hidung badut yang pendek gemuk itu sebentar-sebentar menyala seperti lampu neon, pada saat-saat yang tepat. Badut kecil itu memamerkan berbagai permainan akrobat. Setiap kali selesai melakukannya, ia berjalan dengan dada terbusung - seperti ayam jago 'menang bertarung. Aksinya itu ditonton dengan wajah murung oleh badut yang jangkung. Badut itu berusaha menirukan, tapi selalu saja gagal. Mukanya makin lama semakin nampak sedih. Para pengunjung terbahak-bahak menertawakannya. Akhirnya badut gendut terpeleset ketika hendak jungkir balik. Ia jatuh terjerembab. Sekali itu badut jangkung tersenyum. Jupiter dan kedua kawannya bertepuk tangan.
"Pertunjukan yang bagus sekali," kata Jupiter. "Kalian perhatikan tadi, bagaimana keseluruhannya disusun menuju senyuman yang akhirnya menghias wajah badut yang jangkung? Penonton selalu menyukai pertunjukan begitu, di mana tokoh sedih akhirnya menang. Aku pernah main bersama badut-badut, sewaktu masih ikut berperan dalam film. Badut-badut ini sangat bermutu."
Orang kadang-kadang heran mendengar pengetahuan Jupiter yang begitu luas mengenai seluk-beluk dunia film dan TV. Mereka lupa bahwa penyelidik pertama Trio Detektif itu dulu pernah menjadi aktor cilik, dan dikenal dengan nama 'Baby Fatso' - Bayi Gendut. Jupiter paling tidak senang jika nama itu diingatkan lagi padanya sekarang. Tapi di pihak lain, ia gemar memamerkan pengetahuannya yang luas tentang bisnis pertunjukan.
Ketiga remaja itu bergegas menuju ke tenda tempat pertunjukan singa. Kerangkeng pertunjukan ditempatkan di bagian dalam tenda, di depan tabir terpal sebagai pemisah ruang. Semacam lorong berterali menjorok masuk dari belakang tabir pemisah, masuk ke dalam kerangkeng. Kedua bak yang sudah dicat bersetrip-setrip oleh Jupiter dan Pete ditempatkan di dalam kerangkeng pertunjukan. Sedang dari atap tenda terjulur dua utas tambang yang di ujungnya ada palang melintang. Itulah trapez tempat Rajah beraksi nanti. The Great Ivan melangkah masuk ke dalam kerangkeng dari balik tabir pemisah, tepat pada saat anak-anak masuk ke dalam tenda. Penjinak singa itu mengangguk, lalu memberi isyarat. Rajah melangkah masuk lewat lorong berterali. Singa besar itu mengaum. Suaranya menggelegar, seakan-akan ia binatang paling buas di permukaan bumi ini!. Rajah lari mengelilingi sisi dalam kerangkeng sambil mengernying serta mencakar-cakar ke arah The Great Ivan. Jupiter serta kedua temannya tersenyum, karena sadar bahwa sikap garang Rajah sebenarnya cuma pura-pura saja. Sikapnya itu serupa seperti yang ditampilkan setiap pameran yang sudah terlatih baik.
Kemudian anak-anak memandang dengan kagum, ketika The Great Ivan mulai menyuruh Rajah melompat, berguling, berjalan dengan langkah menari, berjumpalitan, dan akhirnya meloncat ke trapez yang terayun-ayun! Penonton memberi sambutan dengan tepuk tangan ramai!
"Wow!" kata Pete terkesan. "Aku tadi cuma bisa menyuruhnya berbaring!"
"Hebat ya, Jupe!" seru Bob. "Jupe?"
Sapaan kedua diucapkan dengan nada heran, karena Jupiter ternyata tidak ada lagi di situ. Akhirnya kedua temannya melihatnya lagi. Jupiter sudah berada di belakang kerangkeng tempat The Great Ivan saat itu sedang memberikan pertunjukan tambahan bersama Rajah. Jupiter melambai, menyuruh mereka datang.
"Ada apa, Jupe?" tanya Bob ingin tahu.
Jupiter tidak menjawab. Ia hanya memberi isyarat agar mereka pergi ke balik tabir pemisah, masuk ke bagian belakang tenda. Di situ ada gerobak besar berterali. Rupanya itulah kandang Rajah. Lorong berterali menghubungkan gerobak itu dengan kerangkeng pertunjukan.
Jupiter menuding sebuah gembok besar yang tersangkut di ambang pintu gerobak. "Gembok itu menampakkan bekas diutik-utik," kata penyelidik pertama Trio Detektif. Suaranya terdengar serius. "Ada orang yang dengan sengaja melepaskan Rajah!"

Bab 5 Bayangan yang Mengejutkan
"THE Great Ivan itu pelatih yang berpengalaman," kata Jupiter selanjutnya, "dan ia sangat sayang pada. Rajah. Karenanya aku heran, apa sebabnya ada orang bisa membuka kandang singa itu, tanpa diketahui oleh Ivan. Aku lantas kemari, untuk memeriksa kandang ini. Coba kalian perhatikan gembok ini."
Jupiter memegang gembok besar itu. "Kalian lihat garis-garis di sekeliling lubang kunci ini? Goresannya jelas sekali! Ada orang yang membuka gembok ini dengan paksa - dan kejadiannya baru saja, karena bekas goresan ini belum berkarat!"
"Kau yakin, Jupe?" tanya Bob agak gelisah.
Jupiter mengangguk.
"Masih ingat tidak - buku yang ada di Markas? Itu, yang tentang tanda-tanda bukti serta cara-cara penjahat bekerja? Nah - goresan-goresan ini persis seperti yang ada dalam gambar-gambar di buku itu, yang menggambarkan tanda-tanda pembukaan kunci secara paksa!"
"Astaga!" desah Pete. "Lalu siapa yang dengan sengaja melepaskan singa itu?" Sementara ketiga remaja itu merenungkan pertanyaan itu, dari arah ruang pertunjukan terdengar bunyi tepuk tangan ramai yang disusul dentangan pintu besi ditutup. Rajah melangkah dengan sikap gagah lewat lorong berterali, masuk ke dalam kandangnya. Anak-anak memandang singa besar itu dengan kagum.
"Orang itu pasti sinting, Jupe," kata Bob memastikan.
Mata Jupiter yang memancarkan sinar cerdas ditatapkannya ke arah raja hutan yang ada di dalam kandang. "Gila dan penuh kebencian terhadap manusia. Itu memang mungkin, Bob. Tapi tidak harus begitu. Mungkin tindakannya didasari alasan konkret. Mungkin ada pendorongnya."
"Wah! Alasan apa misalnya, Jupe?" tanya Pete.
"Yah - misalnya saja untuk menakut-nakuti pengunjung sehingga pasar malam menderita rugi," kata Jupiter. "Atau karena ingin dianggap pahlawan, dengan jalan menaklukkan Rajah. Atau mungkin untuk menutupi perbuatan lain. Untuk mengalihkan perhatian."
"Tapi kan tidak ada kejadian lain kecuali yang tadi, Jupe," bantah Pete.
"Dan tidak ada yang berusaha menangkap Rajah, sampai The Great Ivan datang karena dipanggil oleh Andy," kata Bob mengetengahkan.
"Kurasa Pete tadi sudah mendului bertindak," kata Jupiter menarik kesimpulan. "Jika ternyata sebenarnya memang ada satu rencana tersembunyi, Pete telah menyebabkannya batal dengan tindakannya menguasai Rajah."
"Tapi nanti dulu, Jupe," kata Bob. "Jika ada orang yang berniat merugikan pasar malam, tindakannya yang begitu kan besar sekali risikonya."
"Aku tidak yakin tentang itu," kata Jupiter sambil merenung. "Bahkan Andy pun tahu bahwa Rajah sebenarnya tidak berbahaya. Orang pasar malam nampaknya semua tahu bahwa Rajah terlatih baik dan bisa dengan mudah dikendalikan."
"Kau beranggapan yang melakukannya orang dalam?" tanya Bob.
Jupiter mengangguk. "Ya, betul," katanya. "Bahkan mungkin Rajah harus disuruh dulu, baru ia mau meninggalkan kandang dan sampai di tempat di mana Pete kemudian menghentikannya."
"Wah, Jupe, kalau begitu orang itu bisa siapa saja - kecuali The Great Ivan," kata Pete menarik kesimpulan. "Ia sendiri takkan perlu membuka gembok secara paksa."
"Memang tidak - kecuali jika dengan maksud mengecoh," kata Jupiter. Ia berpikir sebentar, lalu menyambung, "Aneh - kenapa Ivan tidak lebih dulu menyadari bahwa Rajah tidak ada lagi di dalam kandangnya." .
Selama beberapa saat Bob dan Pete tidak mengatakan apa-apa lagi.
Jupiter mengerutkan kening. "Tapi sulitnya," katanya kemudian, "tidak cukup banyak yang kita ketahui untuk paling sedikit menduga siapa atau untuk apa atau tepatnya, kita belum cukup banyak tahu."
"Belum, katamu?" tanya Pete. "Maksudmu, kita akan -"
"Menyelidiki!" sambung Bob bergairah. "Ini tugas untuk Trio Detektif!"
"Ya! Kurasa -" kata Jupiter, lalu tertegun. Ia merapatkan telunjuknya ke bibir, sambil menggerakkan kepala ke arah dinding belakang tenda. Bob dan Pete berpaling, memandang ke arah situ.
Mereka melihat sosok yang besar terbayang pada dinding tenda. Sosok seseorang yang kelihatannya bertelanjang tubuh! Mereka melihat bentuk bahu yang kekar, serta bayangan kepala berambut lebat yang dekat sekali ke tenda. Nampaknya seperti sedang memasang telinga.
"Kita keluar - cepat!" bisik Jupiter. Tidak ada jalan keluar di bagian belakang tenda. Karena itu ketiga remaja tadi menyelinap lewat ruang pertunjukan, lalu keluar dari depan. Mereka bergegas mengitari sudut tenda sambil mengendap-endap, lalu mengintip dengan hati-hati ke bagian belakang. Tidak ada siapa-siapa di situ.
"Rupanya ia mendengar kita," bisik Bob. Saat itu terdengar langkah berat di belakang mereka.
"Di sini kalian rupanya!" kata seseorang dengan suara berat menggelegar, dekat sekali ke telinga anak-anak. "Apa yang kalian cari di sini?"
Ketika remaja itu terlonjak karena kaget, lalu cepat-cepat berpaling. Pete meneguk ludah ketika melihat seorang laki-laki bertubuh raksasa menatap mereka. Orang itu menggenggam godam bertangkai panjang.
"K-k-kami cuma -" kata Pete tergagap.
Saat itu Andy Carson muncul dari balik punggung laki-laki itu. Mata remaja itu bersinar gembira, ketika melihat Trio Detektif.
"Hai," sapanya. "Rupanya ayahku sudah menemukan kalian."
Pete meneguk ludah lagi. "Ayahmu?"
"Ya, betul." Laki-laki bertubuh besar itu tersenyum, lalu menopangkan godamnya ke tanah. "Dari tadi aku mencari-cari kalian. Aku ingin mengucapkan terima kasih atas nama seluruh awak pasar malam, atas jasa kalian menenangkan Rajah tadi. Waktu itu aku sedang sibuk membantu para pekerja jadi tidak bisa cepat-cepat ditemukan oleh Andy."
"Ayah ingin memberi hadiah pada kalian," kata Andy menyela.
"Kenang-kenangan dari pasar malam, di samping kucing bengkok yang kaumenangkan tadi, Pete."
"Kucingku!" seru Pete tiba-tiba. Ia celingukan. "Kucingku lenyap!"
"Kucing?" kata Mr. Carson dengan nada tak mengerti. "
Salah satu hadiah Pertama di stand-ku, Yah," kata Andy menjelaskan. "Pete tadi memenangkannya."
"Mungkin tertinggal di dalam tenda singa, Pete," kata Bob.
Tapi kucing mainan yang berbadan bengkok itu tidak ada di sana. Semua lantas kembali ke stand tempat menguji ketangkasan menembak. Namun di situ pun tidak ada. Juga tidak di tempat Pete tadi menenangkan Rajah.
"Sebelum kita melihat Rajah, masih ada padaku," kata Pete dengan nada menyesal. "Mestinya terjatuh, lalu dipungut orang."
Jupiter diam saja sejak mereka mulai mencari-cari kucing bengkok itu. Padahal dalam hati ia sudah tidak sabar lagi. Akhirnya ia mengomentari. "Kurasa Andy bisa memberiku kucing yang sejenis sebagai pengganti, Pete! Mr. Carson, ketika kami-"
Tapi Andy memotongnya. "Wah, aku tidak bisa memberi pengganti, karena yang kuserahkan pada Pete persediaanku yang terakhir. Kalian masih ingat kan - mulanya aku punya lima, dan semuanya sudah kuserahkan sebagai hadiah."
"Aku yakin kita bisa menemukan pengganti yang lebih baik," kata Mr. Carson.
Jupiter tidak mampu lagi menahan kesabarannya. ­"Apakah ada kesulitan di pasar malam Anda ini, Mr. Carson?" tanyanya cepat-cepat.
"Kesulitan?" ulang Mr. Carson. Matanya yang hitam dan menjorok ke dalam menatap Jupiter. "Kenapa kau bertanya begitu?"
"Sebelum Anda menemukan kami tadi, kami melihat bayangan seseorang yang sedang mengintai kami, di tenda singa."
"Mengintai kalian?" Kening Mr. Carson berkerut. Kemudian ia tertawa. "Ah - kurasa kalian pasti keliru! Kalian saja yang merasa diintai, setelah mengalami saat-saat tegang karena Rajah."
"Itu mungkin saja," kata Jupiter dengan sikap agak kaku, "tapi apa yang kami temukan sebelum melihat orang yang mengintai itu, memang benar-benar terjadi. Rajah bukan terlepas, melainkan secara sengaja dilepaskan!"
Mr. Carson memandang Trio Detektif sejenak. "Ayo, ikut ke mobilku," katanya kemudian.
Kendaraan dan tempat tinggal beroda milik orang-orang pasar malam diparkir di lapangan sebelah tempat pasar malam itu. Mr. Carson tinggal bersama Andy di sebuah karavan yang ditarik truk. Di dalam karavan terdapat sepasang tempat tidur, kursi-kursi, sebuah meja yang penuh dengan surat-surat bisnis, sebuah lemari besi berukuran kecil, serta sebuah keranjang rotan yang penuh dengan berbagai hadiah yang cacat - anjing-anjingan yang robek, kucing mainan dekil, boneka-boneka yang rusak.
"Hadiah-hadiah yang cacat ini kuperbaiki," kata Andy bangga.
"Duduklah, Anak-anak," kata Mr. Carson dengan nada serius. "Katakan apa yang hendak kauceritakan tadi."
Ia mendengarkan dengan penuh minat, sementara Jupiter menuturkan penemuannya di kandang Rajah. "Saya pernah mempelajari seluk-beluk serta membuka kunci secara paksa, Sir - dan saya mengenali tanda-tandanya yang khas pada gembok di pintu kandang Rajah. Kami ini penyelidik berpengalaman."
Ia menyodorkan kartu nama perusahaan Trio Detektif pada Mr. Carson.
TRIO DETEKTIF
"Kami Menyelidiki Apa Saja"
? ? ?
Penyelidik Satu.... Jupiter Jones
Penyelidik Dua..... Pete Crenshaw
Catatan dan Riset.. Bob Andrews
Mr. Carson tersenyum. "Hobby yang menarik," katanya, "tapi -"
"Ini bukan cuma kesenangan waktu senggang saja, Sir," kata Jupiter dengan nada bangga. ­"Kepolisian Rocky Beach memberi rekomendasi bahwa usaha kami serius." Ia menyodorkan sepucuk kartu lagi. "Dengan ini dijelaskan bahwa pemegang kartu ini Petugas Remaja Pembantu Suka rela yang bekerja sama dengan Dinas Kepolisian Rocky Beach. Mohon agar pada yang bersangkutan diberikan bantuan seperti yang diperlukan, untuk mana kami mengucapkan terima kasih. Samuel Reynolds Kepala Polisi"
"Aku harus minta maaf, Anak-anak," kata Mr. Carson, masih sambil tersenyum. "Pernyataan kepala polisi ini nampaknya membuktikan bahwa kalian benar-benar detektif. Tapi walau begitu sekali ini kalian keliru."
"Jupiter tidak pernah keliru, Sir," kata Bob mantap.
"Ah - masa, Bob! Aku yakin Jupiter memang remaja yang luar biasa, tapi tidak ada orang yang tidak pernah keliru."
"Tapi, Yah - bagaimana dengan -" kata Andy menyela dengan tiba-tiba.
Mr. Carson berdiri dengan segera. "Cukup, Andy! Jangan kauteruskan, mengerti?! Jupiter keliru. Tapi ketiga remaja ini telah menolong kita - dan sebagai tanda terima kasih, ini - tiga karcis cuma-cuma untuk semua atraksi di pasar malam ini. "
Ia menyodorkan ketiga lembar karcis itu pada Jupiter. "Bagaimana - setimpalkah hadiah itu, Anak-anak?"
"Wah, malah berlebihan, Sir," kata Jupiter.
"He!" seru Bob dengan suara tertahan. "Itu - di pintu!"
Semua melihat sosok seseorang berambut gondrong, berjanggut dan berbahu kekar terbayang pada tirai yang menutup di pintu belakang karavan.
"Itu dia bayangan yang tadi!" desis Pete.
Mr. Carson melangkah dengan cepat ke pintu yang langsung dibuka olehnya. Setelah itu ia berpaling pada anak-anak sambil tersenyum. Sedang anak-anak memandang laki-laki yang masuk. Mereka melongo. Orang itu tingginya biasa-biasa saja. Tapi bahunya yang tak tertutup baju menggembung penuh otot. Ia hanya memakai semacam cawat berwarna hitam dan kuning emas, serta sepasang sepatu tinggi dari kulit mengkilat. Rambut dan janggutnya hitam lebat dan awut-awutan.
"Dia ini Khan, manusia baja kami," kata Mr. Carson memperkenalkan sambil tersenyum. "Salah satu misteri kalian sudah bisa dijelaskan, Anak-anak! Seperti kami yang lainnya, tugas Khan dalam pasar malam ini tidak cuma satu saja. Ia bertugas menjaga keamanan di sini. Kurasa ia tadi melihat kalian menyelinap-nyelinap, lalu mengambil keputusan untuk menyelidiki."
"Itu betul," kata Khan. Suaranya berat dan bernada serius.
Mr. Carson mengangguk. "Jadi sudah jelas, kan?" katanya pada Jupiter. "Sekarang aku ada urusan sedikit dengan Khan, sedang Andy harus kembali ke stand-nya. Kalian bertiga bersenang-senang saja sekarang. Ingat, kalian tidak perlu membayar sama sekali, untuk apa saja."
"Terima kasih, Sir," kata Jupiter dengan hambar. Ia menggamit Bob dan Pete, mengajak keluar. Jupiter berjalan mendului, sampai mereka berada di belakang sebuah truk, yang tidak kelihatan dari karavan Mr. Carson. Tahu-tahu Jupiter berhenti, merunduk, lalu mengintip ke arah karavan.
"Ada apa, Jupe?" tanya Bob. "Aku yakin ada sesuatu yang tidak beres di pasar malam ini, Bob," kata Jupiter. "Khan tadi kelihatannya sibuk dengan salah satu pikiran. Ketika mendengarkan pembicaraan kita, sikapnya tidak seperti penjaga keamanan. Dan aku yakin Andy tadi sebenarnya hendak mengatakan sesuatu pada kita, jika tidak buru-buru dilarang ayahnya. Yuk, kita menghampiri jendela karavan itu, lalu mendengarkan pembicaraan di dalamnya."
"Tunggu dulu!" kata Pete terburu-buru.
Andy Carson keluar dari karavan, lalu bergegas menuju stand senapan yang dijaganya. Setelah itu barulah anak-anak menyelinap ke bawah jendela karavan.
Mereka mendengar suara Khan yang berat. "...sekarang Rajah terlepas. Setelah itu apa lagi, Carson? Jangan-jangan kami nanti tidak menerima bayaran."
"Kalian semua akan dibayar minggu depan, Khan," kata Mr. Carson.
"Anda kan tahu sendiri, orang pasar malam sangat percaya pada takhyul," kata Khan lagi. "Pasar malam ini sial. Pasti akan ada kesulitan lagi sesudah ini."
"Tunggu dulu, Khan. Kau -"
Terdengar langkah di dalam karavan, dan saat berikutnya daun jendela di atas kepala ketiga remaja itu ditutup dengan keras. Mereka pergi dari situ, karena tidak bisa mendengar apa-apa lagi.
"Wah - ternyata memang ada kesulitan," kata Pete, "tapi apa yang bisa kita lakukan, jika Mr. Carson sama sekali tidak mau membuka mulut mengenainya ?"
Jupiter termenung. "Ia juga tidak mengizinkan Andy berbicara. Tapi kita punya karcis bebas yang memungkinkan kita pergi ke mana-mana. Dengan begitu kita bisa melakukan pengamatan. Bob, coba besok kauteliti berita-berita surat kabar yang ada di perpustakaan. Cari berita tentang kesulitan yang dialami pasar malam ini di kota-kota lain. Besok kita mengadakan rapat. Saat itu kita lihat saja bagaimana langkah selanjutnya."
"Lalu kau sendiri - apa yang akan kaulakukan, Satu?" tanya Bob.
"Kurasa aku sepanjang malam ini akan sibuk mengumpulkan pengetahuan yang kita perlukan," kata Jupiter dengan sikap misterius

Bab 6 Andy Tercengang
MALAM itu Pete tidak bisa tidur pulas, karena disibukkan pikirannya sendiri. Ia mencari-cari akal untuk membuat Mr. Carson mau mengizinkan mereka untuk melakukan penyelidikan. Tapi ketika pagi sudah menjelang, ia masih juga belum menemukan jalan. Karenanya ia ingin sekali tahu, apakah rekan-rekannya berhasil memperoleh salah satu jalan. Ia bergegas turun untuk sarapan. Dilihatnya ayahnya sudah mulai lebih dulu.
"Wah, pagi benar sudah bangun, Yah," kata Pete.
"Ya, ada panggilan mendesak dari Alfred Hitchcock," kata Mr. Crenshaw menjelaskan. "Pekerjaan khusus untuk film yang baru. Sayangnya aku sudah berjanji pada ibumu untuk membereskan gudang di kolong rumah hari ini, Pete. Apa boleh buat - kau terpaksa melakukannya untukku."
"Baiklah, Yah," kata Pete. Dalam hati ia mengeluh.
Itulah sebabnya kenapa baru setelah makan siang Pete berangkat dengan sepedanya menuju Jones Salvage Yard. Sesampai di pekarangan kompleks timbunan barang bekas itu ia langsung menghampiri suatu pipa seng yang panjang bergelombang. Pipa itu menjorok masuk ke dalam tumpukan barang rombengan yang tertimbun tinggi. Itulah Lorong Dua, salah satu jalan masuk ke Markas Besar. Pete merangkak ke dalam pipa itu, lalu muncul di dalam karavan lewat tingkap yang terdapat di lantainya. Jupiter sudah ada di situ.
"Kau sudah menemukan jalan agar Mr. Carson mau mengizinkan kita membantu?" tanya penyelidik pertama Trio Detektif itu dengan segera.
"Belum," desah Pete. "Pikiranku buntu."
"Aku juga," Jupiter mengakui dengan nada murung. "Kurasa kita takkan bisa berbuat apa-apa, kecuali jika Bob menemukan sesuatu di perpustakaan yang bisa kita jadikan pegangan. Dari tadi aku menunggu-nunggu kedatangannya."
Jupiter berdiri di samping periskop. Dan kini ia meneropong lagi. Periskop itu sederhana buatannya, tapi cukup memadai kegunaannya. Jupiter membuatnya sendiri, untuk mengatasi satu-satunya kekurangan pada Markas Besar - yaitu dari situ tidak bisa melihat ke luar. Periskop itu tersembul di atas tumpukan barang bekas yang menutupi karavan. Kelihatannya seperti pipa biasa saja. Tapi dengan alat pelihat itu anak-anak bisa memperhatikan hampir seluruh pekarangan.
"Itu dia datang!" seru Jupiter.
Tidak lama kemudian Bob sudah muncul di dalam karavan. Ia masuk lewat tingkap di lantai, sambil melambai-lambaikan buku catatan. Tindak-tanduknya bersemangat.
"Kau menemukan kesulitan yang pernah terjadi di pasar malam itu?" tanya Pete.
"Sepanjang pagi aku sibuk," kata Bob dengan wajah berseri-seri, "tapi aku berhasil! Pasar malam itu kan tidak begitu terkenal. Jadi aku terpaksa membaca hampir semua koran kota-kota kecil."
"Lalu apa yang kautemukan, Bob?" tanya Jupiter tidak sabar.
Bob membuka buku catatannya. "Tiga minggu yang lalu, pasar malam itu ketika berada di Ventura kehilangan atraksi kuda poninya. Tiga ekor kuda mati, keracunan makanan. lalu tiga hari yang lewat terjadi kebakaran, ketika mereka sedang mengadakan pertunjukan di daerah sebelah utara San Mateo. Empat tenda terbakar tenda artis penelan api, stand lempar gelang, tenda singa, serta sebagian dari stand senapan. Untung mereka berhasil memadamkannya dengan segera."
"Tenda singa?" seru Pete. "Kalau begitu tempat itu dua kali mengalami musibah."
"Mungkin itu kebetulan saja," kata Jupiter. "Kita tidak boleh terlalu cepat menarik kesimpulan. Tapi menarik juga untuk mengetahui, apakah atraksi kuda poni yang mengalami musibah itu juga berada di lokasi sama seperti atraksi pasar malam yang lainnya."
"Tentang itu tidak diberitakan dalam koran, Jupe," kata Bob.
"Tidak," kata Jupiter sambil merenung.
"Kedua peristiwa yang nampaknya seolah-olah kecelakaan itu bisa berakibat lebih gawat lagi. Pasar malam itu masih mujur, kecuali -" Jupiter tidak meneruskan renungannya. "Kurasa cuma dua kecelakaan itu saja yang kautemukan, ya Bob?"
"Dari mana kau tahu?" tanya Bob heran. "Kemarin malam kita mendengar Khan menyebut-nyebut soal takhyul," kata Jupiter mengingatkan. "Ketika sudah sampai di rumah, aku berbicara sebentar dengan Paman Titus, lalu membaca beberapa bukunya. Kalian mungkin masih ingat - Paman Titus kan pernah bekerja di sirkus. Salah satu takhyul yang sangat dipercayai oleh sirkus ialah bahwa kecelakaan selalu terjadi tiga kali beruntun-runtun. Jadi peristiwa lepasnya Rajah merupakan kecelakaan ketiga!"
"Astaga! Dan itu masih mereka percayai?" tanya Pete. "Jangan lupa, orang pasar malam cenderung hidup memisah, Dua - dan berpegang teguh pada kepercayaan lama," kata Jupiter menjelaskan. "Tapi kemarin malam aku bukan cuma membaca sejarah pasar malam saja. Paman Titus mengatakan bahwa ada buku daftar semua artis sirkus dan pasar malam. Pagi tadi aku menghubungi bagian informasi perpustakaan kota Los Angeles. Ternyata di buku itu tidak terdaftar artis manusia baja dengan nama Khan!"
"Jadi Khan itu artis gadungan?" seru Pete.
"Bisa juga ia tidak pernah tampil lagi belakangan ini," kata Jupiter. "Atau mungkin juga ia dari luar negeri. Tapi ada sesuatu yang mencurigakan tentang dirinya." Mata Jupiter berkilat-kilat. "Dan aku sudah punya akal, bagaimana kita bisa melibatkan diri dengan pasar malam itu. Kita takkan bisa dengan segera meyakinkan Mr. Carson. Tapi jika Andy bisa kita pancing supaya mau kemari, kurasa dengan rencanaku itu kita akan bisa meyakinkannya."
"Bagaimana rencanamu itu, Jupe?" tanya Pete. Jupiter memberi penjelasan. Tidak lama kemudian kedua temannya sudah mengangguk-angguk sambil meringis.
***
Beberapa saat setelah itu Pete yang asyik memperhatikan pekarangan di luar lewat periskop, berseru dengan gembira, "Ia datang!"
Pete sudah siap menyambut, ketika remaja berambut pirang dari pasar malam itu menghampiri bengkel yang terdapat di luar Markas. Besar Trio Detektif.
"Ada apa, Pete?" tanya Andy.
"Kami berpendapat, mungkin saja kau berminat jika diajak melihat-lihat Markas Besar rahasia kami, serta melihat cara kami bekerja," kata Pete. "Yuk-kita masuk."
Diajaknya anak pasar malam itu menyusup masuk ke dalam Lorong Dua, lalu naik ke karavan lewat tingkap yang di lantai.
"Bukan main! Tempat kalian ini asyik!" seru Andy.
Dengan mata terbuka lebar diperhatikannya mikroskop, pesawat telepon, periskop, pesawat walkie-talkie yang tergantung di dinding, lemari-lemari arsip, alat pengindera logam, rak-rak yang penuh dengan buku serta berbagai benda kenangan, begitu pula segala peralatan lain yang sudah diatur sedemikian rupa letaknya sehingga pasti terlihat oleh Andy. Anak itu memandang Bob dan Jupiter, yang saat itu kelihatannya sedang sibuk bekerja. Keduanya sampai tidak sempat menoleh. Jupiter sedang meneliti sebuah gembok dengan kaca pembesar. Sebentar-sebentar ia menyimak sebuah buku. Sedang Bob sedang memperhatikan sesuatu yang terletak di bawah pelat kaca yang disinari dari bawah.
"Kami tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres di pasar malam kalian, Andy," kata Pete dengan suara lirih, seolah-olah tidak ingin mengganggu ketekunan kedua rekannya. "Saat ini kami sedang menyelidiki perinciannya."
"Tapi itu kan tidak mungkin," kata Andy. "Kalian tidak tahu apa-apa."
"Ilmu pengetahuan ditambah pengalaman kami akan mengatakan apa yang tidak kauceritakan ­pada kami, Andy," kata Pete. Gaya bicaranya saat itu seaksi Jupiter.
Tiba-tiba Jupiter meluruskan sikap tubuhnya. "Rajah dilepaskan dengan sengaja oleh seorang penjahat profesional, teman-teman," katanya. Ia berbuat seakan-akan tidak sadar Andy ada di situ. "Tidak ada kesangsian lagi sekarang. Lekukan bekas goresan pada permukaan luar gembok ini polanya kurang lebih cocok dengan kunci maling nomor tujuh. Tujuannya sudah jelas -untuk menimbulkan kekacauan!"
Andy hanya bisa terkejap-kejap kagum mendengar banjir kata-kata yang tidak begitu dimengertinya itu. Sebelum remaja itu sempat sadar dari kekagetannya, Bob sudah mendului berbicara. "Sekarang sudah jelas bahwa kematian ketiga ekor kuda poni tiga minggu yang lalu menyebabkan atraksi menunggang poni dihapuskan," kata petugas Catatan dan Riset Trio Detektif itu dengan mantap.
"Lalu terjadi kebakaran yang memusnahkan tiga tenda serta menyebabkan rusaknya sebagian dari stand senapan. Kejadian-kejadian itu menimbulkan kerugian uang, akibatnya Mr. Carson tidak bisa membayar upah pada waktunya, " Ia dan Jupiter masih tetap pura-pura tidak sadar Andy ada di situ.
Jupiter mengangguk, lalu bertanya, "Apakah yang kita ketahui tentang artis-artis yang tampil di pasar malam itu?"
"Manusia baja mereka, Khan," kata Bob. "Sama sekati tidak ada catatan tentang pengalaman kerjanya di pasar malam. Ada kemungkinan ia artis gadungan."
Selama adegan itu berlangsung, mulut Andy ternganga semakin lebar. Kini ia tidak tahan lagi.
"Siapa yang mengatakan itu semua pada kalian?" katanya dengan cepat.
Bob dan Jupiter menoleh ke arahnya. Mereka seolah-olah heran melihat remaja itu ada di situ. Apa lagi Jupiter -sikapnya seolah-olah kaget sekali.
"Eh, Andy!'" katanya. "Aku tak tahu kau ada di sini."
"Pasti ada orang yang mengatakan segala hal itu tadi pada kalian!" kata Andy dengan sengit.
"Tidak, Andy," kata Jupiter sambil menggeleng. "Kami ini penyelidik, dan segala hal itu hasil penyelidikan kami. Jadi kesimpulan kami tadi benar?"
Andy mengangguk. "Ya, semuanya - termasuk tentang Khan. Ia memakai nama palsu, karena ia sebenarnya artis sirkus. Ia saat ini sedang perlu uang, dan karena itu bekerja di tempat kami. Tapi martabat pasar malam lebih rendah daripada sirkus, dan ia tidak ingin ada orang lain tahu bahwa ia bekerja di tempat kami. Kami bahkan tak mengenal namanya yang asli. Tapi sebagai artis, ia bermutu."
"Kurasa itu semua mungkin saja," kata Jupiter. "Tapi satu hal sudah jelas, Andy - ada orang yang dengan sengaja menimbulkan kesulitan di pasar malam kalian. Kami ingin membantu menyelidiki siapa orang itu, jika ayahmu mau memberi izin."
Andy memandang mereka silih berganti. "Jika tidak ada yang memberi tahu kalian, katakanlah bagaimana kalian bisa tahu! Jangan bilang itu ilmu gaib, karena aku takkan percaya. Aku tidak percaya pada takhyul! Bagaimana cara kalian melakukannya?"
"Itu soal sepele, Andy yang budiman," kata Jupiter sambil nyengir. Bob dan Pete mendengarkan sambil cengar-cengir, sementara Jupiter menjelaskan apa saja yang mereka lakukan untuk mengetahui masalah yang sedang merongrong pasar malam yang dikelola Mr. Carson.
Andy terkagum-kagum ketika Jupiter selesai menjelaskan. "Bukan main! Kalian ini memang detektif hebat! Kalian pasti bisa berhasil mengetahui apa sebetulnya yang sedang terjadi di pasar malam kami. Tapi orang pasar malam sangat menjaga harga diri, dan ayahku tidak ingin meminta bantuan orang luar."
"Tapi dengan risiko pasar malamnya mungkin tak lama lagi akan terpaksa ditutup olehnya, Andy," kata Jupiter.
"Ya, aku tahu. Jika upah tidak bisa kami bayar minggu depan -" Andy berhenti berbicara. Air mukanya menampakkan kemantapan sikap. ­"Baiklah! Jika ayah tidak mau mengizinkan kalian membantu, aku mau, Teman-teman! Aku tahu, ada seseorang yang berusaha membuat Ayah kehilangan pasar malamnya, karena aku!"

Bab 7 Kabar Mengejutkan
"ORANG itu nenekku! Ia membenci Ayah," kata Andy. Air muka anak pasar malam itu nampak sedih. "Ibuku meninggal dunia sewaktu aku masih kecil. Ia tewas karena kecelakaan. Aku tidak begitu ingat padanya."
Bob mengucapkan rasa ikut berduka cita.
"Kejadiannya sudah lama sekali," kata Andy lagi. "Pokoknya, nenekku itu - ibuku anaknya - nah, nenekku itu tidak menyukai Ayah, dan begitu pula pasar malam. Ia tidak setuju ibuku menikah dengan Ayah. Lalu ketika Ibu meninggal, nenekku menimpakan kesalahan pada Ayah serta pasar malam. Nenek sangat benci pada pasar malam. Katanya, itu bukan tempat yang cocok bagi anak-anak. Nah - sepeninggal ibuku, Ayah seakan-akan kehilangan pegangan. Sejak itu pasar malam kami tidak lancar lagi jalannya. Aku waktu itu masih kecil sekali. Nenek ingin aku tinggal bersamanya. Ia bukan orang kaya, tapi masih bisa dibilang punya uang. Sedang Ayah tidak pernah tinggal agak lama di satu tempat. Karena itu aku diperbolehkannya tinggal bersama Nenek."
Air muka Andy berubah lagi, menjadi suram. "Ketika sudah bertambah besar, aku lantas tidak suka lagi tinggal bersama Nenek. Ia selalu baik terhadapku. Tapi penakutnya setengah mati! Segala-galanya ditakuti olehnya, sehingga aku tidak boleh berbuat apa-apa. Aku ingin ikut Ayah, di pasar malam. Karenanya tahun ini aku minggat dari rumah Nenek, menggabungkan diri dengan Ayah. Wah - Nenek marah-marah! Aku disusulnya. Tapi aku tidak diserahkan padanya secara resmi - jadi ketika kukatakan bahwa aku ingin ikut pasar malam, Ayah menyuruh Nenek pulang!"
"Apakah nenekmu mengancam waktu itu Andy?" sela Jupiter. Andy mengangguk.
"Ia mengatakan pada Ayah bahwa ia takkan membiarkan aku menjadi orang pasar malam seperti Ayah, lalu mengalami kecelakaan seperti Ibu. Ia mengancam akan mengadu ke pengadilan, untuk membuktikan bahwa Ayah tidak mampu mengasuh diriku. Oleh karena itu Ayah lantas memutuskan untuk mencoba nasib kemari, ke daerah California. Di satu pihak untuk menjauhi Nenek, dan di pihak lain untuk membuktikan bahwa ia mampu mengurusku. Tapi sekarang, dengan segala kejadian buruk ini, ada kemungkinan Ayah akan kehilangan pasar malamnya!"
Jupiter menanggapi dengan serius. "Kau sungguh-sungguh beranggapan bahwa nenekmu mungkin akan bertindak begitu jauh? Maksudku, menyebabkan ayahmu bangkrut?"
"Aku tidak tahu, Jupiter," kata Andy lambat-lambat. "Selama ini aku tidak mau berpikir tentang Itu. Nenek selalu baik terhadapku, walau Ayah sangat dibenci olehnya. Tapi kecuali Nenek, aku tidak tahu siapa-siapa lagi."
"Walau begitu, kau bisa saja cedera dalam kecelakaan-kecelakaan itu, Andy," kata Jupiter. Ia merenung. "Kurasa nenekmu tak sampai hati berbuat begitu. Mungkin ayahmu punya musuh yang tak kauketahui. Seseorang dengan alasan lebih kuat untuk menghancurkan usahanya."
"Entahlah, Jupe! Tapi niat jahat mereka pasti akan berhasil, jika kita tidak lebih dulu berhasil mengetahui siapa orang itu," kata Andy, "Seluruh pasar malam sudah cemas saja, menunggu-nunggu kecelakaan berikutnya."
"Kecelakaan berikutnya?" kata Jupiter. Ia tercengang. "Tapi mereka mestinya kan sudah merasa aman sekarang. Kalian kan sudah mengalami tiga kecelakaan beruntun."
Tapi Andy menggeleng. "Mereka semua beranggapan bahwa lepasnya Rajah tidak masuk hitungan. Soalnya, tidak ada yang cedera dan tidak ada akibat buruk berkat kesigapan Pete. Jadi kini mereka masih menunggu-nunggu kecelakaan ketiga."
"Itu berbahaya," Bob menarik kesimpulan. "Jika orang menunggu-nunggu kecelakaan yang mungkin akan terjadi, mereka pasti gugup! Dan dengan begitu kecelakaan pasti akan terjadi."
Jupiter sependapat dengannya. "Itulah pengaruh takhyul, teman-teman," katanya. "Apa yang dikhawatirkan, umumnya pasti terjadi."
"Lagi pula," kata Pete menambahkan, "jika ada orang yang menyebabkan segala kecelakaan, maka kurasa pasti akan ada kecelakaan lagi."
"Kurasa itu sudah bisa dipastikan, Dua," kata Jupiter dengan geram. "Satu hal yang tidak begitu kumengerti. Lepasnya Rajah agak lain dari kedua kejadian sebelumnya. Polanya tidak sama. Kecelakaan-kecelakaan sebelumnya terjadi saat pasar malam belum dibuka untuk umum. Jadi tidak ada orang yang bisa mengalami cedera. Hanya pasar malam saja yang mengalami kerugian. Tapi coba Pete tidak cepat-cepat menahan Rajah, lepasnya singa itu bisa sangat berbahaya bagi orang lain."
"Mungkin Rajah terlepas secara tidak sengaja," kata Pete.
"Tidak! Aku yakin kejadiannya merupakan perbuatan yang disengaja," kata Jupiter berkeras.
Penyelidik pertama Trio Detektif itu mengerutkan keningnya. "Benar-benar membingungkan. Kalau ada sesuatu yang tidak cocok dengan pola yang ada, kita harus mencari pola lain yang cocok untuk semua. Kurasa sudah waktunya kita kembali ke pasar malam. Bisakah kau memasukkan kami walau sekarang belum dibuka, Andy?"
"Bisa saja," kata Andy. "Nanti kukatakan bahwa kalian ingin melihat para artis berlatih dan menyiapkan diri. Mereka takkan merasa heran, karena semua tahu tentang urusan Pete dengan Rajah."
"Apa yang harus kita selidiki di sana nanti, Satu?" tanya Pete.
"Aku belum tahu," kata Jupiter terus terang. "Sesuatu yang mempertalikan ketiga kecelakaan itu, atau sesuatu yang nampaknya merupakan kecelakaan baru yang sedang direncanakan. Pokoknya sesuatu yang luar biasa atau mencurigakan. Kita perlu berhati-hati nanti, jadi -"
Saat itu semua yang hadir dalam karavan mendengarnya. Mereka mendengar suara memanggil-manggil di luar.
Pete bergegas melihat lewat periskop. "Itu Bibi Mathilda," katanya. "Ia memanggil Bob. Katanya ada pesan untuk mengingatkan tentang salah satu janji."
"Astaga - aku sampai lupa," kata Bob sambil mengeluh. "Janji dengan dokter gigi!"
Kening Jupiter berkerut. Penyelidik pertama itu paling tidak senang jika rencananya terganggu.
Ia mendesah. "Sebaiknya kau pergi saja, Bob," katanya. "Kami berangkat duluan. Supaya kau bisa menemukan kami, seandainya kami nanti harus pergi lagi, atau membuntuti seseorang, kita bawa alat isyarat arahku yang baru."
"Alat apamu yang baru?" tanya Pete dengan nada bingung.
"Isyarat arah dan tanda bahaya," kata Jupiter. Air mukanya berseri karena bangga. "Itulah yang sibuk kukerjakan kemarin, Dua. Aku menyelesaikannya tadi pagi, sambil menunggu kalian berdua. Aku cuma sempat menyelesaikan dua alat. Jadi kita nanti membawa satu, sedang yang satu lagi dibawa oleh Bob. Alat itu cocok untuk keperluan kita kali ini. Walkie-talkie kita tidak bisa dibawa, karena terlalu menyolok. Kita tidak boleh kelihatan bersikap mengamat-amati."
"Bagaimana cara kerja alat isyaratmu itu, Jupe?" tanya Andy ingin tahu.
"Pertama-tama, alat itu merupakan pemberi isyarat arah," kata Jupiter. "Kerjanya mengeluarkan bunyi-bunyi singkat yang terdengar dengan jarak waktu yang teratur. Bunyi itu akan semakin nyaring dan cepat bila pemegangnya semakin mendekati pemegang alat lainnya. Pada alat itu juga ada penunjuk arah, berupa panah kecil. Panah itu menunjukkan bahwa isyarat bunyi yang terdengar datang dari arah kanan, kiri, atau dari depan. Masing-masing alat dapat memancarkan dan menerima isyarat. Ukurannya ringkas. Jadi bisa dimasukkan ke dalam kantung.
"Untuk keadaan darurat ada lampu merah kecil yang nyalanya berkelip-kelip. Lampu itu menyala tanpa perlu disentuh! Kerjanya dengan suara. ­Apabila salah seorang dari kita mengalami kesulitan dan mengatakan 'Tolong' dekat alat itu, lampu merah pada alat yang lain akan berkelip-kelip! Alat itu lebih baik daripada walkie-talkie, karena tidak begitu menyolok."
"Astaga," kata Andy kagum. "Adakah sesuatu yang tidak bisa kaulakukan, Jupiter?"
"Yah, Andy -" Jupiter membusungkan dada sesaat. "- aku selalu berusaha agar penyelidikan kami lakukan dengan cara semodern mungkin. Isyarat alatku hanya bisa ditangkap alat-alat lain buatanku sendiri. Sedang jarak jangkauan maksimumnya tiga mil."
"Kalau begitu kubawa saja alatku sekarang," kata Bob. "Nanti aku menyusul selekas mungkin ke pasar malam."
Bob keluar untuk mengambil sepedanya serta untuk memberi tahu pada Bibi Mathilda bahwa ia sekarang akan ke dokter gigi. Tidak lama kemudian Jupiter menyusul keluar bersama Pete dan Andy. Mereka berangkat dengan sepeda masing-masing, menuju pasar malam.
"Andy," kata Jupiter memberi petunjuk ketika mereka turun dari sepeda, "kau langsung ke tempat kerjamu, supaya jangan ada yang merasa curiga. Tapi perhatikan keadaan sekeliling stand-mu dengan waspada. Pete, kau mengamati para artis yang sedang berlatih di lapangan sebelah sana itu - sedang aku keluyuran di sekitar deretan stand dan tenda-tenda. Perhatikan setiap hal yang nampak agak aneh, atau mencurigakan. Sudah jelas?"
Andy dan Pete mengangguk. Ketiga remaja itu kemudian melangkah dengan sikap santai ke tempat pengamatan masing-masing, di tengah para pekerja dan artis yang sedang sibuk.

Hari yang semula cerah sementara itu sudah mendung. Angin mulai bertambah kencang. Jika saat awal bulan September itu mereka bukan di bagian selatan California, kemungkinannya tidak lama setelah itu hujan turun. Tapi tanpa hujan pun cuaca menjadi suram, sementara ketiga remaja itu memasuki pekarangan pasar malam. Ayah Bob wartawan suatu surat kabar yang terbit di Los Angeles. Jadi ia dengan segera tahu bahwa karangan itu merupakan apa yang dalam istilah kewartawanan disebut handout. Reporter yang namanya tertera sebagai penulis karangan itu sama sekali tidak mendatangi pasar malam itu. Ia menulis kisahnya berdasarkan selebaran informasi yang disampaikan padanya oleh pihak pasar malam. Hal itu lazim dilakukan surat kabar kecil yang reporternya tidak banyak, sehingga tidak bisa mengirim orang khusus untuk menghadiri peristiwa yang kurang penting, seperti pasar malam. Bob mengucap syukur bahwa tidak ada wartawan yang hadir di pasar malam kemarin malam. Coba saat itu ada wartawan di sana - ada kemungkinannya la melihat Pete serta Rajah, atau mendengar tentang kejadian itu. Dan jika peristiwa lepasnya Rajah diberitakan, ada kemungkinan pihak yang berwenang akan mencabut izin pertunjukan pasar malam!
Ketika Bob tiba di tempat praktek dokter gigi, ternyata sudah ada pasien gawat yang perlu didulukan. Jadi Bob terpaksa menunggu. Keterlambatan itu menjengkelkannya, sebab hal itu menyebabkan ia tidak bisa lekas-lekas menyusul ke pasar malam. Dengan sikap tidak sabar dibacanya segala majalah yang ada di ruang tunggu.
Setelah melihat-lihat semua majalah, diraihnya surat kabar Rocky Beach terbitan sore. Ia ingin tahu apakah di situ ada berita mengenai pasar malam, atau tentang lepasnya Rajah. Kejadian yang menyangkut singa besar itu tidak diberitakan. Tapi ia menemukan karangan khusus mengenai pasar malam, yang isinya merupakan kata-kata pujian serta anjuran pada pembaca untuk mendatanginya.
Tiba-tiba perhatian Bob tertarik pada suatu iklan kecil.
"DICARI - KUCING BENGKOK Dicari kucing-kucing mainan khusus untuk keperluan panti asuhan. Harus bersetrip-setrip merah dan hitam, dengan badan bengkok, bermata satu, serta berkalung merah. Bersedia membayar $25 bagi setiap kucing mainan yang wujudnya sesuai ­dengan perincian di atas. Harap hubungi Rocky Beach 7-2222."
Bob berdiri dengan cepat. Perincian yang tertera dalam iklan itu cocok dengan kucing bengkok yang dimenangkan Pete sebagai hadiah ketangkasan menembak kemarin malam - tapi kemudian hilang! Bob . merobek surat kabar untuk mengambil bagian yang ada iklannya itu, lalu lari menghampiri pintu kamar praktek. "Maaf, Dokter - tapi saya harus cepat-cepat pergi! Ada urusan mendesak!"
Tanpa menunggu jawaban dari dalam lagi, ia bergegas lari ke luar, mengambil sepedanya

Bab 8 Siapakah yang Mencari Kucing Bengkok?
SUDAH lebih dari satu jam Pete melakukan pengamatan di pasar malam, di sore yang mendung itu. Sepanjang penilaiannya, selama itu sama sekali tidak terjadi hal yang luar biasa. Agar tidak menyolok, ia melakukan tugasnya sambil berkeliaran di lapangan tempat para artis berlatih. Kedua badut sedang melatih adegan yang berbeda dengan yang sudah dilihat anak-anak malam sebelumnya.
Badut yang jangkung dan berwajah sedih memegang sapu kecil serta penadah debu yang bertangkai panjang. Ia sibuk menyapu sampah ke dalam penadah debu. Tapi setiap kali penadah itu diangkat, dasarnya pasti terbuka - sehingga sampah yang baru saja disapu berserakan lagi. Badut jangkung itu memandang sampah terserak itu dengan suram, sementara badut yang pendek gendut berjungkir-balik karena senang.
Artis penelan api berlatih dengan gumpalan-gumpalan berapi di ujung pedang-pedangnya. Sementara Pete menonton dengan mata terbelalak, artis itu dengan tenang memasukkan gumpalan-gumpalan menyala itu ke dalam mulutnya.
Khan, manusia baja, mengangkat halter berat dan merobek buku-buku tebal. Pete memperhatikan dengan cermat. Tapi Khan sama sekali tidak berbuat sesuatu yang mencurigakan. The. Great Ivan sibuk dalam kerangkeng pertunjukannya bersama Rajah. Singa besar itu sedang diajari kepandaian yang baru di atas bak-bak yang oleh Pete dan Jupiter sudah dicat setrip-setrip. Dua orang pemain akrobat melatih adegan keseimbangan mereka yang menakjubkan di atas kawat yang terentang di antara dua tonggak tinggi.
Pete menonton segala latihan itu. Ia bersikap seperti remaja yang cuma tertarik melihat kehebatan para artis. Tapi di lapangan terbuka tidak terjadi apa-apa.
Sementara itu Jupiter berkeliaran di antara stand dan tenda-tenda, di mana para pekerja dan petugas stand sedang sibuk mengadakan pembetulan serta persiapan untuk menyongsong pembukaan pasar malam. Tidak ada stand maupun tenda pertunjukan yang dilewati. Ia bahkan beberapa kali mengulangi pengamatannya. Tapi ia pun tidak menemukan apa-apa yang nampaknya mencurigakan.
Ketika ia sedang memperhatikan korsel yang berputar, Andy datang menggabungkan diri. Andy sudah menyelesaikan pekerjaan di stand senapan.
"Roda Raksasa tidak ikut diuji kerjanya, Andy?" tanya Jupiter sambil menunjuk ke arah sarana hiburan besar itu. Roda itu tidak berputar. Kotak-kotak tempat duduknya ditutup dengan kain terpal.
"Biaya operasinya terlalu tinggi," kata Andy menjelaskan. "Baru nanti kami hidupkan mesinnya, tidak lama sebelum pasar malam dibuka. Saat itu kami memutarnya sekali, sebagai percobaan."
"Ada petugas khusus yang merawatnya?"
"Tentu saja!" kata Andy. "Ayahku sendiri."
Jupiter berpikir-pikir. "Roda Raksasa itu saran a hiburan kalian yang paling penting. Bahkan hampir bisa dibilang merupakan lambang bagi seluruh pasar malam. Jika -"
"Nah - itu Bob datang!" kata Andy memotong. "Kelihatannya ada sesuatu yang hendak dikatakannya!"
Kedua remaja itu memperhatikan Bob yang naik sepeda mendatangi Pete, lalu bersama remaja jangkung itu menghampiri Jupe dan Andy.
Bob sudah langsung berbicara, sebelum ia turun dari sepedanya. "Jupe! Ada orang yang mencari kucing-kucing bengkok!"
"Seperti punyaku yang hilang!" kata Pete menimpali.
"Menurutku kucing Pete itu bukan tercecer, melainkan dicuri orang!" seru Bob sambil merogoh kantungnya. Dikeluarkannya robekan surat kabar, di mana tertera iklan yang menarik perhatiannya tadi. "Coba lihat ini, Satu!"
Anak-anak mengerumuni Jupiter, sementara ia menyimak isi iklan kecil itu. Mata Penyelidik Satu Trio Detektif berseri-seri.
"Perinciannya memang sesuai dengan kucing bengkokmu, Pete," katanya sependapat. "He, Andy - berapa ekor kucing bengkok yang semula kaumiliki?"
"Di Rocky Beach sini lima, Jupe," kata Andy. "Dan yang terakhir kuberikan pada Pete." Jupiter mengangguk. "Yang terakhir - dan kemudian tercecer. Atau seperti kata Bob tadi, bukan tercecer, tapi dicuri orang! Jika dugaan itu benar, maka kucing mainan itu dicuri untuk kedua kalinya. Pencurian yang pertama kali oleh laki-laki tua berkumis, tapi kucing itu terlepas dari tangannya. Kurasa polanya sekarang sudah mulai nampak!"
"Pola apa, Satu?" tanya Bob ingin tahu.
"Ada orang tertentu yang menginginkan kucing-kucing bengkok itu," kata Jupiter dengan nada yakin. "Mungkin semuanya, tapi bisa juga cuma satu di antaranya. Dengan begitu jelas apa sebabnya Rajah dilepaskan!"
"Jelas, katamu?" tanya Pete. "Jelas bagaimana?!"
"Kenapa Rajah dilepaskan, Satu?" tanya Bob. "Untuk mengalihkan perhatian kita!" kata Jupiter tegas.
"Setelah laki-laki tua itu gagal merampas kucing bengkok, rupanya ia kemudian kembali lagi lewat jalan memutar, lalu mengamat-amati stand senapan. Ia melihat Pete memenangkan kucing itu. Sementara kita kemudian menguji ketangkasan menembak, orang itu pergi ke kandang Rajah. Lalu ketika kalian berdua ikut dengan Andy ke gerobak di belakang stand, orang itu melepaskan Rajah di dekat kalian, dengan tujuan mengalihkan perhatian Pete. Kucing bengkok terlepas dari tangan Pete. Pete sama sekali lupa pada kucingnya itu, sementara kita semua sibuk menghadapi Rajah. Begitu kita sudah pergi, dengan cepat dipungutnya mainan itu dan dibawanya pergi!"
"Wah - kalau begitu ia sangat menginginkannya!" kata Pete. "Mainan itu pasti berharga dan penting artinya."
"Mestinya memang begitu," kata Jupiter sependapat. "Andy, adakah keistimewaan kucing-kucing bengkok itu? Tahukah kau apa sebabnya ada orang yang menginginkan satu di antaranya, atau mungkin juga semuanya?"
Andy menggeleng. "Aku tidak tahu, Jupe. Sepanjang pengetahuanku , kucing-kucing .mainan itu biasa-biasa saja. Sama sekali tidak ada istimewanya."
Jupiter merenung sesaat, diperhatikan oleh teman-temannya. Penyelidik pertama Trio Detektif itu menggigit-gigit bibirnya.
"Kemungkinan cuma ada tiga," katanya kemudian. "Pertama. kalau ditilik dari kata-kata dalam iklan, orang itu ingin memiliki semua kucing itu. Pasti ada alasan tertentu yang menyebabkannya. Kemungkinan kedua, kucing-kucing bengkok itu secara keseluruhan mengandung makna tertentu."
"Maksudmu seperti semua burung nuri dalam kasus 'Nuri Gagap' yang kita tangani waktu itu, Satu?" tanya Bob dengan cepat. Bob mengingatkan pada kasus yang pernah dihadapi Trio Detektif, di mana sekawan burung nuri diajari mengocehkan potongan-potongan pesan rahasia.
"Tepat, kata Jupiter mantap. "Sedang kemungkinan ketiga, mungkin ada sesuatu yang berharga pada - atau di dalam badan salah satu kucing mainan itu. Sesuatu yang tak diketahui olehmu, Andy."
Jupiter menoleh ke arah anak pasar malam itu. "Pernahkah pasar malam kalian bermain di Meksiko? Atau salah satu tempat dekat perbatasan?"
"Tidak, Jupe," kata Andy sambil menggeleng. "Kami hanya berkeliling California saja."
"Kenapa kautanyakan Meksiko, Satu?" tanya Bob.
"Aku memikirkan kemungkinan penyelundupan," kata Jupiter menjelaskan. "Penyelundup sering menyembunyikan barang-barang dalam berbagai benda - seperti kucing-kucing bengkok itu, misalnya. Dari mana kau memperoleh kucing-kucing itu, Andy?"
"Dari Chicago," kata Andy. "Ayah memesannya langsung dari pedagang hadiah di kota itu."
"Yah - pokoknya ada sesuatu yang penting sehubungan dengan kucing-kucing itu," kata Jupiter sambil mengerutkan kening, "dan itu harus kita selidiki. Tapi ada satu yang agak membingungkan aku. Apa sebabnya laki-laki tua itu hanya berusaha mencuri kucing bengkok terakhir yang ada padamu,. Andy? Apakah sekarang ini baru hari ketiga bagi kalian di Rocky Beach?"
"Betul! Baru kemarin dulu kami datang dari San Mateo, setelah tampil di sana."
"Dan kapan saja kau menyerahkan kucing-kucing itu sebagai hadiah?" tanya Jupiter lagi.
"Empat pada hari pertama," kata Andy, "sedang yang kelima dimenangkan oleh Pete kemarin malam."
"Apa sebabnya sekaligus empat pada malam pertama? Hadiah pertama sebanyak itu - apakah tidak terlalu banyak?"
"Kami selalu berusaha agar banyak yang menang pada malam pertama," kata Andy menjelaskan. "Kami ingin para penunjung pulang membawa cerita bahwa di pasar malam kami peluang untuk menang cukup besar. Itu merupakan iklan yang baik bagi kami. Pada kenyataannya penembak yang cuma mengenai pinggiran sasaran pun ada yang kuberi hadiah kucing bengkok."
"Kucing-kucing itu selalu merupakan hadiah pertama?" tanya Jupiter lagi.
"Tidak dong! Hadiah pertama tidak selalu sama. Beberapa hadiah pertamaku yang paling bagus ikut musnah dalam kebakaran yang terjadi di San Mateo. Karenanya pada malam pertama di sini, kucing bengkok kujadikan hadiah pertama."
Jupiter berpikir-pikir. "Hadiah-hadiahmu itu selalu kausimpan dalam gerobak barangmu? Amankah tempat itu?"
"Yah - gerobak itu selalu dalam keadaan terkunci. Dan selalu dikaitkan pada karavan kami, jika pasar malam tidak buka. Kami juga memasang alat pemberi tanda di situ - karena kami sering mengalami percobaan pencurian, yang biasanya dilakukan oleh anak-anak. Hampir selalu ada orang di dekat-dekat karavan kami. Dan bila stand menembak sedang buka, gerobak itu kutaruh dalam keadaan terkunci di belakang stand, di tempat yang nampak dari tempatku bertugas."
"Kalau begitu sangat sulit mengambil salah satu kucing dari gerobakmu itu, tanpa dilihat orang?" "Ya," kata Andy yakin. "Maksudku, kalau membongkarnya saja masih gampang. Tapi dengan begitu tanda bahaya pasti akan berbunyi, kalau pembongkaran dilakukan malam hari. Sedang saat siang, sewaktu alat tanda bahaya tidak diaktifkan, pasti ada orang yang akan melihat pencuri itu. Kurasa gerobak itu bisa saja dibuka secara .paksa, tapi kami juga pasti akan melihat pelakunya."
"Hmm - begitu ya," kata Jupiter lambat-lambat. Nampak jelas bahwa ia sedang memutar otak. "Jadi kau meninggalkan San Mateo dengan lima kucing bengkok. Kalian langsung kemari. Kurasa pasti sulit mencuri kucing-kucing itu dalam perjalanan dari San Mateo kemari. Begitu juga sulit mencurinya dari gerobakmu kapan pun juga, tanpa ketahuan. Begitu tiba di sini pasar malam langsung dibuka, dan empat kucing bengkok sudah dengan cepat kaubagi-bagikan sebagai hadiah pertama. Lalu kemarin malam laki-laki tua berkumis dan berkaca mata gelap itu mencoba merampas kucing yang penghabisan. Percobaan gagal, lalu Pete memenangkannya. Kemudian Rajah terlepas. Menyusul kemudian, Pete kehilangan kucing yang dimenangkannya. Sekarang ada orang memasang iklan, mencari kucing-kucing yang wujudnya serupa dengan kucing-kucing bengkokmu."
"Ya, begitulah urut-urutan kejadiannya," kata Andy sependapat. "Tapi apa arti semuanya itu, Jupiter?"
Mata Jupiter memancarkan sinar yang sangat dikenal oleh Bob dan Pete. Pancaran mata begitu menandakan bahwa Jupiter akan mengetengahkan suatu teori.
"Satu fakta yang sangat menyolok, Andy," kata pemimpin Trio Detektif yang bertubuh gempal itu. "Sebelum kemarin malam, belum pernah ada percobaan untuk mencuri kucing mainan hadiah pertamamu itu - dan tidak pernah terjadi percobaan pencurian dari dalam gerobak. Bagiku, ada dua kemungkinan yang bisa merupakan penyebabnya." Ia memandang teman-temannya. "Aku yakin, kucing-kucing bengkok itu baru beberapa hari belakangan ini saja menjadi berharga. Dan aku juga yakin, orang yang menginginkan kucing-kucing itu anggota pasar malam kalian!"

Bab 9 Rencana Jupiter
"NANTI dulu, Jupe," bantah Andy. "Di pasar malam ini tidak ada yang bertampang seperti laki-laki tua berkumis itu."
"Itu kan cuma samaran, Andy," kata Jupiter mantap. "Kumisnya tebal. Ia memakai topi untuk menutupi muka, lalu kaca mata gelap - padahal saat itu matahari sudah tidak ada."
"Tapi kalau dia awak pasar malam ini, mestinya kan bisa kapan saja ia menyambar kucing-kucing itu dari dalam gerobak," kata Pete mengetengahkan kesangsiannya.
"Ya, betul," kata Bob sependapat. "Ia tidak perlu repot-repot menyamar dan menjalankan berbagai siasat, Satu. Ia kan bisa saja mengambil secara diam-diam."
"Tidak, Bob. Malah kenyataan bahwa itu tidak terjadilah yang membuat aku yakin," kata Jupiter mantap.
"Kalau pelakunya orang luar, mungkin ia akan mengambil dengan jalan membongkar gerobak, lalu cepat-cepat lari. Juga bila ia tahu betapa sulit mencuri kucing-kucing itu, ia pasti takkan peduli - asal ada kemungkinan melarikan diri setelah itu. Dan ia tidak perlu repot-repot menyamar, karena takkan ada yang mengenali dirinya."
"Jadi?" kata Bob.
"Awak pasar malam harus menyamar, karena tidak ingin menanggung risiko dikenali," sambung Jupiter. "Dan ia tentu tahu, sulit sekali membongkar gerobak tanpa ketahuan. Ia juga tidak bisa mengambil dengan diam-diam lalu melarikan diri - karena kepergiannya kemudian tentu akan diketahui. Sedang jika tidak lari, ada risiko orang melihatnya di sini dengan kucing-kucing curiannya. Dan yang paling penting, pencurian kucing-kucing bengkok dari dalam gerobak akan dengan segera membeberkan fakta bahwa mainan itu berharga bagi seseorang!"
"Wah!" kata Pete. "Maksudmu, pencuri itu tidak ingin orang tahu bahwa ada pencurian?"
"Tepat, Dua," kata Jupiter. Nadanya puas. "Kurasa ia tidak ingin menimbulkan perhatian khusus pada kucing-kucing bengkok itu, karena kelihatannya berharganya benda-benda itu ada pertaliannya dengan pasar malam! Aku yakin, pencuri itu khawatir ada orang yang akan menduga apa yang menyebabkan kucing-kucing itu berharga, jika sampai ketahuan bahwa mainan itu dicuri. Kalau itu sampai terjadi, ia akan mengalami kesulitan. Sedang jika pelakunya orang luar, aku tidak melihat kesulitan mana yang bisa menimpa dirinya."
"Astaga - mungkin kau benar, Jupe," kata Andy. Tapi parasnya masih membayangkan kesangsian.
"Aku tahu bahwa aku benar!" kata Jupiter dengan tandas. "Kenyataan bahwa untuk melakukan pencurian satu kucing mainan saja pelakunya menunggu sampai tadi malam, juga menambah keyakinanku mengenainya. Ia harus berhati-hati, karena ia awak pasar malam. Dan karena ia awak tempat hiburan ini, ia bisa menunggu! Ia menanti saat yang tepat untuk memperoleh kucing-kucing itu dengan cara yang tidak menimbulkan rasa curiga orang padanya. Dan cuma awak pasar malam ini saja yang bisa cukup cermat mengamati Andy serta gerobak barangnya, sehingga ia bisa menunggu saat paling baik untuk melaksanakan niatnya. Cuma - ia terlalu lama menunggu!"
"Terlalu lama, Jupe?" tanya Pete bingung. "Betul, Dua. Kau mungkin masih ingat - Andy mengatakan bahwa baru di Rocky Beach sini kucing-kucing bengkok itu dijadikannya hadiah pertama. Dan empat kucing langsung dibagi-bagikannya pada malam pertama. Kejadian itu sama sekali di luar dugaan si pencuri. Empat kucing sekaligus! Ia harus bertindak cepat. Dirampasnya kucing kelima, tapi kemudian tercecer ketika melarikan diri. Itu membuatnya nekat, lalu mengambil siasat melepaskan Rajah."
"Rajah harus dibimbing ke tempat di mana Pete kemudian melihatnya," kata Andy bersemangat. "Cuma orang yang mengenal Rajah saja yang berani melakukannya!"
"Ya! Seperti dikatakan oleh Jupe kemarin malam, seseorang yang tahu bahwa Rajah sebenarnya jinak," kata Bob.
"Orang itu berada dalam keadaan terdesak, Teman-teman," kata Jupiter mengulangi, "dan kini ia bertambah nekat. Ia terpaksa memasang iklan di koran dalam usahanya mencari keempat kucing mainan lainnya. Sebabnya mungkin karena kucing Pete bukan yang dicari - atau bisa juga karena ia memerlukan kelima-limanya."
Sekarang Bob mengangguk dengan sikap yakin. "Kurasa kau benar, Satu! Tapi kenapa kau mengatakan bahwa kucing-kucing bengkok itu baru beberapa hari belakangan ini saja menjadi berharga?"
"Karena selama tiga minggu tidak terjadi apa-apa, sebelum peristiwa kebakaran di San Mateo, Bob," kata Jupiter menjelaskan. "Kecuali kalau kejadian itu benar-benar kecelakaan semuanya terjadi secara bertubi-tubi setelah itu. Kurasa kebakaran itu mungkin merupakan percobaan pertama untuk mengambil kucing-kucing itu. Ketika kalian main di San Mateo, apakah kucing-kucing itu kaupajang dalam stand-mu, Andy?"
"Kalau tidak salah, ada beberapa buah," kata Andy. "Aku menaruhnya sebagai pajangan. Waktu itu belum kujadikan hadiah."
"Nanti dulu, Jupe," kata Bob menyela. "Katamu tadi, pencuri itu menunggu peluang yang baik. Jika Ia sudah mencoba mencuri di San Mateo, apakah Itu tidak berlawanan dengan teorimu?"
"Tentu saja tidak!" tukas Jupiter agak jengkel. "Aku tadi mengatakan, ia menunggu saat yang haik. Mungkin saja ia mencoba di San Mateo, tapi gagal! Setelah itu ia menunggu peluang baik yang berikut. Tapi bisa saja kebakaran itu terjadi karena sebab lain. Itulah salah satu hal yang perlu kita selidiki, Teman-teman! Kita harus berusaha mengetahui apa sebenarnya yang sedang terjadi, dan siapa yang begitu menginginkan kucing-kucing bengkok itu."
"Lalu bagaimana caranya kita melakukan penyelidikan, Satu?" tanya Pete bersemangat. Jupiter berpikir sebentar.
"Kau tetap di sini, Dua," katanya setelah beberapa saat. "Cari tempat yang baik, dari mana kau bisa mengamat-amati setiap orang yang meninggalkan lokasi pasar malam ini tanpa terlihat."
"Aduh - haruskah itu, Jupe?" kata Pete memprotes.
"Karena aku yakin pencuri itu orang dalam," kata Jupiter memberi petunjuk, "ia tentunya harus meninggalkan tempat ini untuk bertemu dengan orang-orang yang membalas iklannya - tentu saja jika ia tidak punya kaki-tangan. Tapi dari segala yang dilakukannya sampai sekarang, kurasa ia bertindak seorang diri. Dan mungkin saja kau nanti melihat sesuatu yang mencurigakan. Bob! Serahkan alat pengindera arahmu pada Penyelidik Dua. Kita memakai alat yang ada padaku."
"Kalian hendak pergi ke suatu tempat?" tanya Andy. "Aku ikut, ya?"
"Boleh saja, tapi kita harus cepat-cepat," kata Jupiter.
"Hendak ke mana kalian, Jupe?" seru Pete.
Pertanyaannya tidak ditanggapi oleh temannya yang berlari mengambil sepeda mereka. Jika Jupiter sudah punya rencana aksi, ia jarang sekali mau menyempatkan diri memberi penjelasan pada rekan-rekannya.
Pete mengikuti kepergian teman-temannya dengan pandangan suram. Kemudian ia memandang berkeliling, mencari tempat di mana ia bisa menyembunyikan diri sambil mengamat-amati gerbang keluar utama dan samping. Pandangannya kemudian terarah ke pagar tinggi pembatas taman hiburan yang sudah ditutup. Pagar itu sekitar dua puluh meter dari gerbang keluar utama. Papan pagar tinggi itu sudah banyak yang lepas. Tonggak-tonggak penyangga rel kereta luncur nampak menjulang di balik pagar. Tempat itu kelihatannya cocok untuk dijadikan pos pengamatan yang aman.
Pete melirik ke kanan dan ke kiri. Nampaknya tidak ada yang mengamati dirinya. Penyelidik kedua Trio Detektif itu berjalan dengan santai meninggalkan pasar malam. Ia melintas, menuju sebuah lubang di pagar tinggi taman hiburan. Sesampainya di situ, sekali lagi ia memandang berkeliling untuk meyakinkan bahwa tidak ada yang memperhatikan. Setelah itu ia cepat-cepat menyusup masuk ke kompleks taman hiburan, lewat lubang di pagar. Begitu berada di dalam, ia langsung menuju ke tempat kereta luncur, melewati bangunan-bangunan bekas atraksi lain yang sudah reyot. Ia memanjat lewat sebelah dalam kerangka penyangga rel kereta luncur, sampai menemukan tempat dari mana ia bisa melihat kedua pintu keluar kompleks pasar malam tanpa ia sendiri kelihatan. Ia duduk bertumpu pada tonggak-tonggak penyangga, memperhatikan suasana pasar malam yang letaknya sekitar lima puluh meter dari tempat pengamatannya.
Perasaan Pete agak kurang enak, karena menyadari kesunyian lingkungan sekelilingnya. Angin dingin yang bertiup menyebabkan kerangka penyangga dari kayu yang sudah tua itu berderak-derak. Kedengarannya seperti bunyi mengerang. Pagar tinggi seolah-olah memisahkannya dari dunia luar yang ramai. Landasan rel kereta luncur menjulang tinggi dan menyeramkan di atas kepalanya, berlatar belakang langit mendung. Bangunan Istana Kocak yang terletak di antara tempat Pete duduk dengan pagar nampak mengerikan. Ambang pintu masuk ke tempat itu berupa mulut raksasa yang tertawa lebar. Di sebelah kanan, berbatasan dengan laut, terdapat Terowongan Mesra. Bangunan itu sudah melengkung ke bawah. Dindingnya bolong-bolong. Air tergenang di parit sempit yang menuju ke dalam bangunan itu.
Pete kesepian di tempat pengamatannya yang tinggi. Kemudian kewaspadaannya timbul, ketika ada seseorang melangkah keluar lewat gerbang utama pekarangan pasar malam. Orang itu celingukan sebentar, lalu bergegas pergi menuju daerah pertokoan Rocky Beach. Pete menatap orang yang semakin menjauh itu dengan perasaan kecut. Ada sesuatu yang dikenalnya pada orang itu. Tapi orang itu memakai stelan biasa. Dari jarak sekitar lima puluh meter, ditambah langit mendung saat itu, Pete tidak bisa memastikan siapa orang yang pergi itu. Mungkinkah itu Khan? Pete merasa seperti mengenali bahu kekar manusia baja itu. Atau mungkin juga karena janggutnya. Tapi orang yang pergi itu tidak berambut gondrong. Mungkin disembunyikan di bawah topinya. Pete tidak bisa memastikan, karena orang itu tidak memakai cawat berwarna kuning-hitam.
Tidak lama kemudian, sementara Pete masih mengamat-amati dengan waspada, ada lagi orang yang keluar lewat gerbang utama. Orang itu jangkung. Kembali ada sesuatu padanya yang rasa-rasanya sudah pernah dilihat oleh Pete. Tapi lagi-lagi ia tidak bisa memastikan. Mungkinkah itu The. Great Ivan, tapi memakai stelan biasa?
Perasaan Pete langsung lesu ketika menyadari bahwa ia tidak bisa mengenali para artis pasar malam, jika mereka tidak memakai kostum mereka yang biasa. Ia ternyata tidak cukup mengenal ciri-ciri mereka. Hal itu semakin disadarinya ketika kemudian ada lagi dua orang yang keluar, lewat gerbang samping. Orang yang satu sudah tua, jangkung, dan sudah beruban rambutnya. Sedang yang satu lagi setengah umur dan berkepala botak. Orang yang kedua itu mungkin artis penelan api. Tapi yang pertama sama sekali tidak dikenali oleh Pete. Penyelidik kedua itu mengeluh dalam hati. Tapi ia melanjutkan pengamatannya. Ketika kemudian semakin banyak orang yang pergi meninggalkan pekarangan pasar malam, disadarinya bahwa waktu berlatih mestinya sudah habis. Katakanlah ia mampu mengenali orang-orang yang keluar itu - itu takkan memberi keterangan apa-apa. Semua orang pasar malam nampaknya pergi ke luar untuk beristirahat sebelum pertunjukan dimulai.
Akhirnya Pete melihat seseorang yang langsung dikenalinya. Ia melihat Mr. Carson keluar lewat gerbang samping. Ayah Andy itu bergegas menghampiri sebuah mobil kecil, lalu pergi dengannya. Pete mengubah sikap duduknya. Ia berpikir-pikir. Apakah tetap duduk di situ saja, atau menghentikan pengamatan lalu berusaha menemukan teman-temannya yang lain. Pete menimbang-nimbang langkah, dikelilingi berbagai bangunan atraksi taman hiburan yang ­berderak-derik didorong angin yang bertambah kencang


Bab 10 Laki-laki Bertato
SEMENTARA Pete ditinggal seorang diri untuk melakukan pengamatan, Jupiter mengajak kedua temannya yang langsung ke Jones Salvage Yard. Sesampainya di sana Bob dan Andy disuruh menunggu sebentar Jupiter menghilang di tengah tumpukan barang rombengan, tanpa mengatakan apa-apa lagi.
"Apa yang dilakukannya sekarang, Bob?" tanya Andy.
"Aku tidak tahu," kata Bob berterus-terang. "Jika Jupiter punya rencana hebat, ia biasanya lupa memberi tahu, sampai saat kami harus melakukannya. Tapi ia tahu apa yang hendak dilakukannya - mudah-mudahan!"
Mereka mendengar bunyi berdentang dan gedebak-gedebuk di tengah tumpukan barang. Jupiter nampaknya sedang mencampakkan benda-benda berat. Akhirnya, terdengar seruan gembira. Dengan segera Jupiter sudah muncul kembali sambil nyengir lebar. Ia membawa suatu benda aneh yang kelihatannya compang-camping.
"Dari semula aku sudah tahu bahwa di sini pasti ada," katanya bersemangat. "Di Jones Salvaqe Yard memang tersedia apa saja!"
Ia mengangkat benda yang dibawanya itu tinggi-tinggi. Benda itu kucing mainan yang sudah sangat rusak. Badannya bertutul-tutul hitam dan putih. Keempat kakinya sudah lepas, begitu pula matanya yang sebelah. Kapuk pengisi tubuhnya bersembulan ke luar.
"Untuk apa sih, Jupiter?" tanya Andy.
"Untuk apa? Tentu saja untuk memenuhi permintaan iklan itu," jawab Jupiter.
"Tapi kucingmu itu kan sedikit pun tidak mirip dengan kucing-kucing Andy," kata Bob.
"Nanti kan mirip," kata Jupiter. "Yuk!"
Ia bergegas masuk ke Markas Besar lewat Lorong Dua, disusul oleh Bob dan Andy. Jupiter menghampiri meja kerja kecil yang terdapat di sudut ruangan.
"He, Bob - tolong hubungi nomor yang tertera di dalam iklan itu!" katanya. "Tanyakan ke mana kita harus datang."
Sementara Bob menelepon, Jupiter mulai sibuk dengan kucing mainan rusak. Ia menggunakan bahan pewarna yang cepat kering, begitu pula jarum, benang, serta potongan-potongan kawat untuk memperbaiki dan mengubah wujud kucing itu. Ia bekerja dengan cepat dan sambil membisu Matanya bersinar penuh tekad.
Setelah menelepon, Bob menghampiri Andy yang menonton Jupiter bekerja.
"Sudah kauperoleh alamatnya?" tanya Jupiter tanpa menoleh.
"Nomor itu ternyata dari biro pelayanan pertanyaan lewat telepon," kata Bob. "Mereka menyuruhku pergi ke San Roque Way, nomor 47. Itu cuma sekitar sepuluh blok saja dari sini, Jupe."
"Bagus! Waktu kita masih cukup banyak, karena iklan itu kan dimuat dalam koran sore ini. Ia memasangnya mungkin memakai biro pelayanan tadi, karena ia belum bisa menyebutkan alamat ketika memasang iklan itu."
Setengah jam kemudian Jupiter meluruskan duduknya dengan sikap puas. Dipasangnya kalung yang dicat merah pada leher kucing mainan.
"Nah, sekarang beres! Kucing bengkok belang merah-hitam, bermata satu, dan berkalung merah."
"Tapi masih saja tidak seperti kucing Andy," kata Bob menilai.
"Tapi sudah memadai untuk keperluan kita," kata Jupiter tegas. "Kita pergi sekarang - untuk menjual kucing bengkok!"
***
Lima belas menit kemudian ketiga remaja itu sudah mengendap-endap di tengah hutan pohon palem, tidak jauh dari San Roque Way nomor 47, sebuah rumah kecil berdinding semen plesteran yang letaknya menjorok jauh ke belakang. Dan tulisan kabur yang tertera pada papan yang dipasang di situ dapat diketahui bahwa rumah itu dulu merupakan tempat tinggal merangkap ruang usaha seorang tukang jam. Nampaknya tidak ada siapa-siapa di situ. Tidak ada tirai tergantung di jendela. Tidak ada lampu menyala di dalam. Jalan di depan rumah itu ramai dengan anak-anak lelaki dan perempuan, masing-masing menggendong- kucing mainan. Kucing mainan dengan berbagai corak. Semua nampak ingin sekali mendapat imbalan uang yang dijanjikan Tapi pintu rumah yang hendak didatangi terkunci.
"Kebanyakan kucing-kucing itu tidak cocok dengan perincian dalam iklan," kata Bob mengomentari. "Tidak bisa membacakah anak-anak ini?"
"Semua pasti mengharap pengecualian bagi mereka," kata Jupiter. "Semua menginginkan imbalan dua puluh lima dolar, untuk kucing mainan yang harganya mungkin sekitar sepuluh dolar."
"Semua ingin memperoleh sesuatu secara cuma-cuma," kata Andy. "Orang pasar malam berpengalaman dalam hal itu."
Saat itu sebuah mobil kecil berwarna biru berhenti di lorong belakang rumah. Seseorang keluar dari kendaraan itu, lalu bergegas-gegas ke depan. Ia terlalu jauh dan jalannya terlalu cepat, sehingga ketiga remaja yang mengintai tidak bisa melihatnya dengan jelas. Orang itu membuka pintu depan rumah yang terkunci. Seketika itu juga gerombolan calon penjual kucing mainan membanjir ke dalam, mengikutinya.
Andy bergerak-gerak dengan gelisah, di tempatnya bersembunyi bersama Jupiter dan Bob. "Apa yang kita kerjakan sekarang, Jupiter?" tanyanya cepat.
"Pertama-tama, kaukenalikah mobil biru itu?"
Andy memicingkan mata, menatap mobil yang diparkir di kejauhan. "Tidak, Jupe - aku rasanya belum pernah melihatnya, Mobil orang pasar malam umumnya besar-besar, untuk menarik karavan mereka."
"Baiklah," kata Jupiter sambil mengangguk. "Kita berdua tetap di sini, sambil mengamat-amati. Seorang dari kita nanti mendatangi mobil itu untuk memeriksanya. Tapi kita harus hati-hati, jangan sampai ketahuan. Kurasa pencuri itu belum sadar bahwa ada yang mengintainya. Pokoknya, jika dugaanku benar bahwa ia orang pasar malam, kau pasti akan dikenali olehnya, Andy."
"Lalu apa tugasku?" tanya Bob. "Ini kok seakan-akan aku sudah tahu sendiri."
"Betul, Bob," kata Jupiter. "Kau masuk ke rumah itu untuk menawarkan kucing bengkok kita. Jika dugaanku tepat, ia pasti akan menolak. Tapi kau akan bisa melihat siapa orang itu, dan barangkali sekaligus juga bisa menyelidiki apa sebenarnya yang membuat kucing-kucing bengkok itu berharga."
"Baiklah," kata Bob, sambil menaiki sepedanya ia menuju ke jalan masuk yang agak panjang.
Ia terus bersepeda sampai ke pintu depan, lalu mengikuti anak-anak yang masih membanjir masuk ke dalam rumah. Bob melangkah ke ruang duduk kosong, yang saat itu penuh dengan anak-anak yang ingin menjual kucing mainan mereka. Perabotan di situ hanya terdiri dari sejumlah kursi dengan sandaran lurus, serta sebuah meja panjang. Seorang laki-laki duduk di belakang meja itu, nyaris tak nampak karena banyaknya anak-anak yang berkerumun mengelilingi. Orang itu mengambil kucing-kucing yang disodorkan dan meneliti satu per satu.
"Wah, sayang - yang tiga ini tidak cocok," katanya dengan suara parau pada dua anak laki-laki yang sudah agak besar. "Aku mencari satu jenis kucing tertentu. Tidak, yang itu juga tidak cocok. Sayang! Dalam iklan kan sudah kunyatakan jelas-jelas, bahwa aku. mencari kucing mainan tertentu."
Kemudian orang itu dengan cepat meraih sebuah kucing mainan. Kucing itu persis seperti yang dimenangkan oleh Pete di pasar malam, yang kemudian hilang. Bob menatap lengan bawah orang itu. Di situ ada tato bergambar kapal layar. Tato itu sangat jelas!
"Bagus! Inilah yang kuperlukan, Nak," kata laki-laki bertato itu, sambil menyodorkan lembaran uang dua puluh lima dolar.
Tapi Bob tidak memperhatikan kata-katanya lagi, karena sibuk berpikir. Jika laki-laki itu orang pasar malam, Andy pasti mengenal tatonya! Ia tidak mengerti kenapa Andy sampai tidak melihat tanda sejelas itu. Dan bila mata Bob menatap langsung ke wajah laki-laki berkulit coklat itu. Mata orang itu terkejap. Kemudian ia menuding Bob.
"Kau, yang memakai baju wol merah," katanya. "Coba kulihat kucingmu!"
Bob menghampiri meja. Ia berusaha menyembunyikan rasa takutnya. Tapi laki-laki itu hanya mengulurkan tangan untuk mengambil kucing mainan. Diperhatikannya mainan itu sekilas, lalu tersenyum sambil memandang Bob. "Kucing ini sudah diperbaiki - tapi dikerjakan dengan rapi. Anak-anakku di rumah pasti akan menyukainya. Ini imbalan untukmu, Nak."
Bob kaget. Diterimanya uang dua puluh lima dolar itu tanpa menyadari apa sebetulnya yang terjadi. Ia menatap laki-laki bertato itu. Tapi sayangnya orang itu langsung mengalihkan perhatiannya pada kucing-kucing mainan yang lain.
Bob sadar dari kagetnya. Ia mundur, menjauhi meja. Saat itu ia melihat tumpukan kucing mainan di lantai, di belakang meja. Satu di antaranya kucingnya tadi, dan satu lagi tidak mirip dengan kucing Pete yang hilang. Tapi yang dua lagi persis. Banjir anak-anak yang masuk sementara itu sudah berkurang.
Bob ragu-ragu, antara cepat-cepat tepat keluar sebelum menarik perhatian, atau tetap tinggal di situ untuk melihat kemungkinan bisa tahu lebih banyak tentang kucing-kucing bengkok itu. Ia memilih kemungkinan kedua.
"Aku mencari kucing-kucing yang sama wujudnya seperti kucing mainan besar yang dijadikan semacam jimat di panti asuhan itu," kata laki-laki bertato untuk memberi penjelasan pada beberapa anak lelaki yang nampaknya kecewa. "Kucing itu buatan Jerman, dan sekarang tidak diproduksi lagi. Kami mencari kucing-kucing yang serupa, untuk kami jadikan hadiah Natal bagi anak-anak panti asuhan itu."
"Wah," kata salah seorang anak yang kucingnya tidak diterima, "aku tahu seseorang yang memiliki kucing seperti yang Anda cari. Ia kawanku Namanya Billy Mota. Ia memenangkan hadiah kucing di pasar malam."
"O ya?" kata laki-laki bertato itu. "Rupanya ia tidak membaca iklanku. Sayang sekali, karena aku cuma punya waktu hari ini saja."
"Tinggalnya tidak jauh dari tempatku," kata anak tadi cepat-cepat. "Chelham Place, nomor 39."
"Aku takkan punya waktu, Nak," kata laki-laki itu. Sesaat Bob merasa yakin bahwa mata laki-laki berkulit coklat itu melirik ke arahnya. Tapi kemudian timbul kesangsiannya. Mungkin itu hanya perkiraannya saja. Sementara itu tinggal beberapa anak laki-laki saja yang masih ada di dalam ruangan. Bob menyadari bahwa sebentar lagi orang bertato itu pasti akan heran melihat dirinya masih ada di situ, setelah menjual kucing mainannya.
Bob menyelinap keluar dengan diam-diam, sementara laki-laki bertato untuk membeli satu kucing mainan lagi, yang wujudnya persis seperti kepunyaan Pete yang hilang. Bob kembali dengan sepedanya ke hutan pohon palem. Jupiter dan Andy menyambutnya dengan sikap gelisah.
"Lama sekali kau di dalam," kata Andy. "Aku berusaha menyelidiki apa yang sebenarnya berharga pada kucing-kucing itu - tapi tidak berhasil," kata Bob menjelaskan. "Tapi aku melihat orang itu, Andy. Ukurannya termasuk jangkung, berkulit coklat, dan di lengan kirinya sebelah bawah ada tato kapal layar! Pernahkah kau melihat orang seperti itu di pasar malam?"
"Bertato gambar kapal layar?" Kening Andy berkerut. "Tidak, Bob, belum pernah. Para pekerja ada yang bertato, tapi bukan dengan gambar begitu. Aku tidak kenal orang yang potongannya seperti yang kaukatakan itu."
Jupiter merenung. "Kemungkinannya tato itu selalu ditutupinya di pasar malam. Dan penampilan seperti yang kaukatakan, Bob - mungkin juga itu samaran. Andy sudah menggeledah mobilnya. Tapi ia tidak menemukan apa-apa yang bisa dijadikan petunjuk di situ. Tapi kami mencatat nomor mobilnya."
"Ada sesuatu yang lebih penting, Jupe," kata Bob. "Kucing kita dibeli olehnya!"
Jupiter melongo. "Dibeli olehnya? Kucing palsu itu?"
Bob memamerkan uang yang diterimanya tadi. Dua puluh lima dolar! "Keseluruhannya, ia tadi membeli lima kucing. Tiga di antaranya persis kucing-kucing Andy. Tapi kucing kita dan satu lagi, tidak. Apakah niat orang itu sebetulnya, Jupe?"
"Bagaimana menurut perkiraanmu - apakah kau dikenali olehnya?" tanya Jupiter.
"Mana mungkin?" balas Bob heran. "Aku baru sekali ini melihat orang itu."
"Kecuali jika ia pencuri yang tadi malam," kata Jupiter menandaskan. "Soalnya jika kau dikenali olehnya, kemungkinannya ia dengan sengaja membeli kucing-kucing yang sebenarnya tidak diingini, untuk mengelabui kita."
"Katamu, ia hanya memperoleh tiga yang persis seperti kucing bengkokku?" tanya Andy. "Betul! Tapi kemudian ada seorang anak laki-laki bercerita padanya tentang seorang teman yang memenangkan hadiah kucing di pasar malam kalian. Ia juga menyebutkan nama dan alamat teman itu. Billy Mota, Chelham Place nomor 39."
"Bagus, Bob!" kata Jupiter. "Jika orang bertato itu mencari kucing-kucing yang berasal dari pasar malam, dan ketiga kucing yang dibelinya ternyata bukan yang dicari, ia pasti terpaksa mengambil kucing keempat yang ada pada anak bernama Billy Mota itu. Kita juga akan mendatangi anak itu. Tapi sebelumnya harus kita lihat dulu, apa yang dilakukan laki-laki bertato itu dengan kucing-kucing yang dibeli. Dan jika ia menemukan - "
"Kurasa anak yang terakhir sudah keluar!" kata Andy memotong.
Ketiga remaja itu memandang ke arah rumah. Seorang anak laki-laki keluar, membawa kucing mainan berbulu belang biru-putih. Kemudian laki-laki bertato muncul. Ia memperhatikan jalan yang sudah lengang, lalu masuk kembali ke dalam. Terdengar bunyi pintu dikunci.
"Sekarang," bisik Jupiter.
Hari mulai gelap, sementara ketiga remaja itu menyelinap dengan hati-hati, menghampiri rumah. Mereka mengintip ke dalam ruang duduk lewat jendela.
"Itu dia orangnya," bisik Bob. Laki-laki bertato itu duduk menghadap meja panjang, di mana terletak tiga kucing bengkok yang persis dengan kepunyaan Pete yang hilang. Orang itu mengamat-amati mainan itu satu demi satu.
"Itulah kucing-kucing hadiahku," bisik Andy. "Lihat ke sudut ruangan!" kata Jupiter lirih. Dua kucing mainan tergeletak di lantai, di belakang meja. Keduanya tidak mirip kucing Pete yang hilang!
"Yang itu sudah disingkirkan olehnya," kata Jupiter lagi. "Ternyata ia memang hanya menginginkan kucing-kucing. yang berasal dari pasar malammu, Andy."
"Ssst!" desis Bob mengingatkan, karena suara Jupiter bertambah lantang ketika ia menyadari bahwa orang bertato itu memang mencari kucing-kucing mainan dari pasar malam. Orang itu mencampakkan kucing yang terakhir,lalu berdiri. Tangannya menggenggam pisau belati.
 Lanjut ke bagian 2