Tri Detektif - Mister Pulau Tengkorak(2)





Bab 10 BENCANA!


Perahu layar kecil itu meluncur dengan laju. Duduknya miring mengiris air, didorong angin yang menghembus. Teluk saat itu lengang. Tidak ada perahu layar lain yang nampak, kecuali jauh di selatan.




Tidak lama kemudian mereka sudah bersandar di pangkalan Pulau Tengkorak. Pete yang mengajak untuk meminjam dua perangkat scuba pada Jeff Morton. Mereka sebetulnya bisa juga memintakan pinjaman seperangkat lagi untuk Chris. Tapi mereka tidak melakukannya, karena tahu bahwa Jeff pasti tidak mengizinkan. Kecuali itu Chris juga tidak mempunyai pengalaman menyelam dengan scuba.


Jeff mengizinkan mereka membawa peralatan untuk berlatih menyelam. Tapi diperingatkannya agar jangan melakukan hal-hal yang berbahaya. Setelah itu ia bergegas pergi menuju ke Taman Hiburan.


Pete dan Bob mengeluarkan masker dan sirip renang mereka dari tempat penyimpanan di perahu motor, beserta peralatan selam yang lain-lainnya lagi. Kemudian mereka mengambil pula dua buah senter yang bisa dipakai dalam air. Setelah itu mereka kembali ke perahu layar di mana Chris menunggu. Anak itu memiliki maskernya sendiri, ia merasa yakin dengan itu saja pun ia akan bisa menyelam sebaik Bob dan Pete dengan alat napas yang serba modem.


Anak-anak bersantai-santai menikmati sinar matahari yang hangat terbuai dalam perahu yang bergerak lembut. Beberapa waktu kemudian Bob melihat bahwa perahu itu menuju ke pulau kecil yang dikenal dengan nama Tangan. Di pulau itulah mereka ditinggalkan secara misterius, malam pertama mereka sampai di pesisir Atlantik itu.


Pulau Tangan panjangnya hampir lima ratus meter, sedang lebarnya kurang lebih juga sebegitu. Saat yang terang itu nampak bahwa pulau itu berbatu-batu dan gundul, sama sekali tidak bisa didiami. Bob mencari-cari semburan air yang mereka lihat waktu malam itu. Tapi tidak kelihatan.


Ia menanyakannya pada Chris yang menjelaskan bahwa saat itu laut terlalu tenang. Semburan air itu hanya ada apabila angin bertiup keras dan ombak bergulung-gulung dalam teluk.


"Di bawah pulau ada semacam lubang," katanya "Ombak masuk ke situ. lalu menyembur ke atas. Seperti ikan paus."


Perahu layar dikemudikannya terus sampai jarak ke bagian tengah pulau tidak sampai seratus meter lagi. Ia menurunkan layar, lalu mencampakkan sebuah jangkar kecil ke air. Kita harus berlabuh di luar sini," katanya. "Sekarang sedang pasang surut, karang terlalu dekat ke permukaan. Hanya saat pasang tinggi saja perahu bisa dibawa sampai ke pulau."


Sementara perahu terapung-apung di satu tempat Pete dan Bob memasang peralatan scuba ke tubuh mereka. Sedang Pete mengeluarkan maskernya. Masker itu sudah tua, tapi masih bisa, dipakai. Mereka bertiga turun dengan pelan-pelan ke dalam air. Chris berenang sampai sekitar lima belas meter, lalu berdiri. Air di situ ternyata cuma sampai ke lutut.


"Percaya tidak sekarang?" serunya. "Di sini ada terumbu. Kemarilah!"


Pete dan Bob berenang menghampiri. Ketika melihat di bawah mereka ada karang, mereka lantas berdiri. Terumbu di situ lebarnya sekitar lima meter. Di sisi yang dekat ke pulau terdapat semacam teluk kecil yang dasarnya berpasir. Air di situ dalamnya sekitar enam sampai tujuh meter. Sinar matahari dengan jelas menampakkan dasar yang berpasir.


"Minggu lalu aku menemukan dua keping dublun di teluk sini," kata Chris. "Yang satu lagi kutemukan dekat tempat kalian menyelam kemarin. Mungkin nasib kita benar-benar mujur hari ini dan menemukan beberapa keping lagi di sini."


Ketiga remaja itu turun dari terumbu karang. Bob dan Pete langsung memeriksa di dasar sementara Chris berenang di permukaan sambil memandang ke bawah Mereka melihat batu-batu terselubung ganggang laut begitu pula bintang laut serta ikan kecil-kecil yang berenang menggerombol. Banyak sekali kepiting di situ dengan gerak merangkak yang aneh ke samping. Tapi mereka tidak melihat sesuatu yang kelihaiannya seperti benda berharga. Akhirnya Pete memberi isyarat lalu naik ke atas, diikuti oleh Bob.


"Air di sini tidak begitu dalam," kata Pete setelah membuka alat napasnya Kurasa kita tidak perlu lebih lama membuang-buang oksigen di sini. Mungkin kita nanti ingin mencoba lagi di tempat lain. Kenapa tidak kita coba menyelam tanpa tabung udara, hanya dengan masker saja seperti Chris."


Bob menyetujui usul itu. Mereka berenang ke pantai menaruh alat scuba di sela-sela batu, lalu berenang kembali ke tempat Chris. Setelah itu mereka bertiga memeriksa sepanjang teluk kecil itu. sambil menatap dengan tajam ke bawah - mencari-cari kilatan emas di dasar.


Tapi kerajinan mereka itu sia-sia saja. Mereka tidak menemukan sesuatu yang luar biasa. Setelah berapa waktu mereka berenang ke pantai untuk beristirahat sambil berjemur dan mengobrol.


"Kurasa nasib kita tidak baik hari ini," kata Chris. Ia agak kecewa. "Tapi aku berharap sekali bahwa kita bisa menemukan sesuatu. Ayahku semakin parah sakitnya - ia memerlukan perawatan. Yah, aku tahu tempat lain, di mana aku dulu pernah menemukan sekeping uang emas. Kita ke sana, lalu -"


Ia tidak menyelesaikan kalimatnya. Karena perhatiannya terpikat pada sesuatu yang nampak di air. Kemudian ketiga remaja itu mendengar bunyi mesin perahu motor yang besar di kejauhan.


Sebuah perahu motor besar yang sudah tua, berwarna kelabu tua dan nampak tak terawat memasuki teluk kecil itu dengan kecepatan tinggi.


"Rupanya ada orang melihat kita di sini. lalu datang untuk ikut mencari," kata Chris Tapi saat berikutnya ia buru-buru berdiri karena dilihatnya perahu motor yang datang itu tidak memperlambat kelajuannya.


"Nanti mereka menubruk karang!" serunya kaget.


"He!" teriaknya sambil melambai-lambai. "Cepat, belokkan haluan. Nanti menubruk karang!" Bob dan Pete ikut berteriak sambil melambai-lambai.


Mereka melihat seorang laki-laki di buritan perahu itu. Mukanya tertutup topi yang sudah tua. Mereka tidak tahu apakah orang itu memahami peringatan mereka atau tidak. Tapi tiba-tiba bunyi deru mesin berubah. Perahu melambat, seakan-akan persneling dipindahkan ke gerak mundur. Sementara itu haluannya berputar Dengan kecepatan yang masih cukup laju perahu yang berputar itu menghantam sisi perahu layar Chris yang sedang berlabuh.


Haluan perahu motor yang kekar mengiris dinding perahu layar, seolah-olah mengiris kardus saja.


Sesaat kedua perahu itu saling bertaut. Kemudian lelaki yang mengemudikan perahu motor mempercepat putaran mesin. Perahu motornya bergerak mundur, haluannya terlepas dari sisi perahu Chris.


Saat berikut perahu motor itu sudah kembali mengarah ke laut.


Ketiga remaja itu tidak berteriak-teriak lagi. Dengan kecut mereka memperhatikan betapa perahu layar semakin dalam duduknya di air dan akhirnya tenggelam.


"Aduh - pakaian kita. arloji kita dan lain-lainnya!" keluh Pete.


"Kita tidak bisa pulang!" kata Bob dengan lesu. "Kita terdampar di sini. Terdampar lagi!"


Chris tidak mengatakan apa-apa. Tapi dari tangannya yang terkepal serta dari air mukanya yang cemas kelihatan apa artinya kehilangan satu-satunya barang yang dimiliki, perahu layar kecil dengan mana ia sibuk berburu harta karun, untuk menolong ayahnya yang sakit.


Bab 11 JUPITER DIANCAM


Siang itu Jupiter masih sibuk mempelajari catatan Bob mengenai Pulau Tengkorak, ketika Mrs. Barton datang untuk memberitahukan bahwa makanan sudah dihidangkan.


"Astaga, mana Pete dan Bob?" tanya wanita itu. "Aku menyiapkan makanan untuk mereka pula. Tapi mereka tidak kelihatan batang hidungnya!"


Jupiter terkejap karena kaget. Kata Bob dan Pete tadi mereka saat makan siang pasti sudah pulang, tapi mungkin saja mereka begitu asyik mencari harta karun, sampai lupa waktu.


"Sebentar lagi pasti datang juga." katanya. "Aku makan saja dulu - karena sebentar lagi harus ke Dokter Wilbur."


Jupiter makan sandwich dan minum susu segelas di dapur, ia masih tetap pilek dan karenanya tidak begitu merasa lapar. Mrs. Barton menjelaskan jalan yang harus diambil untuk pergi ke tempat Dokter Wilbur berpraktek, yang letaknya hanya beberapa blok saja dari losmen.


Tidak banyak orang dijalan saat itu. Jupiter lewat di depan rumah-rumah gaya kolonial yang berderet-deret. Banyak di antaranya nampak tak terurus. Ia juga melewati sejumlah ruangan toko yang kosong, dengan tulisan "Disewakan" terpasang di kaca jendela. Toko-toko yang kosong biasanya merupakan bukti jelas bahwa kota bersangkutan sedang mengalami perkembangan buruk. Kegiatan usaha di Fishingport saat itu memang sedang macet.


Tempat praktek Dokter Wilbur ternyata sebuah bangunan apik dari batu bata. Kelihatannya masih cukup baru. Di ruang tunggu ada seorang wanita dengan dua anaknya yang masih kecil, serta dua laki-laki agak tua yang duduk dengan sabar sambil menatap kosong ke depan.


Perawat yang duduk di belakang meja menyuruh Jupiter langsung masuk ke sebuah ruangan yang merupakan kantor dan sekaligus juga tempat periksa. Di satu ujungnya ada meja tulis. Sedang di ujungnya yang lain terdapat bangku tempa pemeriksaan serta sebuah lemari putih yang penuh dengan obat-obatan.


Dokter Wilbur saat itu sedang duduk di belakang mejanya. Orangnya jangkung, dengan rambut yang sudah mulai memutih, ia sedang makan sandwich.


"Halo, Jupiter." sapanya sambil mengamat-amati Penyelidik Pertama yang bertubuh gempal itu. "Sebentar ya!"


Ia minum kopi seteguk dari botol termos, lalu berdiri. Dengan cepat dan sigap diperiksanya hidung Jupiter, begitu pula tenggorokkan serta telinganya. Didengarkannya denyut jantung remaja itu, diketuk-ketuknya dada dan diukur tekanan darah.


"Hmm," katanya setelah selesai memeriksa. "Kau terserang pilek yang lumayan beratnya. Rupanya disebabkan perubahan iklim yang tiba-tiba, dari California kemari."


Diambilnya beberapa butir pil berwarna putih dari lemari obat-obatan, dimasukkannya ke dalam sebuah sampul lalu diserahkannya pada Jupiter.


"Kau minum pil ini dua butir sekaligus tiap empat jam, selama dua hari ini," katanya. "Kau harus banyak istirahat dan jangan main di air dulu. Kalau itu kauturuti, kau pasti akan cepat sembuh."


"Maaf. Sir," seIa Jupiter. "Tapi bisakah saya minta waktu sedikit? Saya ingin bicara sebentar - tentu saja jika Anda tidak terlalu sibuk -"


"Ini masih saat istirahat makan," kata dokter itu. Jupiter kembali ditatapnya dengan pandangan menyelidik. "Selama itu kita bisa bicara" Ia kembali ke meja tulisnya lalu duduk di belakangnya.


"Nah - sekarang, kau mau bicara tentang apa?" katanya.


"Yah - sebetulnya saya ingin mengumpulkan semua informasi yang bisa diperoleh," kata piter. "Dan karena Anda pemilik Pulau Tengkorak di mana perusahaan film saat ini banyak mengalami gangguan -"


"Huh! Pulau Tengkorak - aku sudah muak mendengar nama itu!" tukas Dokter Wilbur. "Kasihan Sally Farrington. Ia gadis baik-baik - tak mungkin arwahnya menjadi hantu di sana!"


"Jadi Anda tidak percaya pada cerita hantu ya katanya dilihat para nelayan?" tanya Jupiter.


"Tidak! Mereka itu orang yang dungu dan percaya pada takhyul. Sebenarnya hanya sekali saja hantu muncul, dan aku bisa menceritakan yang sebenarnya tentang peristiwa itu. Hantu itu sebenarnya hanya keisengan anak-anak konyol. Waktu itu aku masih muda. Pulau itu milik ayah. Karenanya aku lantas pergi menyelidiki ke sana. Aku tahu siapa mereka - tiga anak laki-laki yang sudah tidak tinggal lagi di sini sekarang.


"Waktu itu mereka dengan sembunyi-sembunyi pergi naik perahu ke sana. Mereka menghidupkan mesin untuk menjalankan korsel, lalu satu dari mereka menyelubungi diri dengan seprai putih. Mereka menunggu sampai lampu-lampu yang menyala serta bunyi musik menyebabkan orang-orang di sini tertarik lalu dalang memeriksa. Saat itu mereka cepat-cepat pergi lagi dengan perahu. Mereka tidak ketahuan, karena hari sudah malam. Lagi pula mereka pergi dari sisi pulau yang tidak nampak dari daratan.


"Ini hanya dugaanku saja, karena mereka tidak mau mengaku. Dan tak ada jalan bagiku untuk membuktikan kebenaran dugaanku itu. Pada setiap orang kukatakan bahwa kejadian sebenarnya perbuatan iseng belaka. Tapi semua lebih percaya bahwa benar-benar ada hantu muncul di sana. Hantu lebih menarik daripada perbuatan iseng!"


Jupiter mengangguk Kisah Dokter Wilbur rasanya meyakinkan.


"Desas-desus apabila sekali sudah tersebar, sulit sekali diberantas," kata dokter itu lagi. "Sejak itu berulang kali ada orang mengatakan melihat hantu itu. Taman Hiburan akhirnya ditutup, antara lain sebagai akibat desas-desus itu. Tapi itu hanya salah satu penyebabnya. Sebetulnya saat itu dekat kota Melville dibangun satu taman hiburan lagi, yang lebih modern dan lebih mudah dicapai. Ayahku tidak memiliki uang yang diperlukan untuk bersaingan dengannya. Oleh sebab itu akhirnya Taman Hiburan terpaksa ditutup saja.


"Aku mewarisi pulau itu ketika ia meninggal dunia. Tapi aku tidak berhasil menjualnya. Dan membuka kembali Taman Hiburan, kurasa tidak ada gunanya lagi. Jadi kubiarkan saja begitu.


"Selama ini tak pernah ada penghasilanku dari situ, sampai kalian datang dan menyewanya untuk membuat film di situ -" Dokter Wilbur menatap Jupiter dari balik alisnya yang tebal, "itu kalau benar kalian hendak membuat film. Orang di sini nampaknya beranggapan bahwa kalian memiliki salah satu petunjuk akan adanya harta karun yang berlimpah ruah di salah satu tempat tersembunyi di pulau itu. dan kalian datang untuk mencarinya."


"Sangkaan itu keliru, Sir," kata Jupiter sambil menggelengkan kepala. "Itu hanya kabar angin, persis seperti cerita tentang hantu."


"Huh! Aku sebenarnya berharap kabar itu betul. Sebab kalau kalian menemukan harta di sana. kemungkinannya harta itu milikku, karena ada di pulauku."


"Tidak, Sir - kami kemari bukan mencari harta karun. Setiap orang mengatakan bahwa harta yang pernah ada di situ sudah lama ditemukan semuanya."


"Itu memang benar. Aku juga bukannya tidak percaya padamu. Tapi kalau sudah urusan harta karun, orang tidak mengikuti akal sehat. Apa pun yang dikatakan, pasti dipercayai."


"Ada lagi yang hendak saya tanyakan, Sir," kata Jupiter. "Menurut Anda, apa sebabnya ada orang sini yang berusaha menghalangi kami membuat film di pulau Anda? Karena itulah menurut saya yang terjadi saat ini."


"Hmm," gumam dokter itu. Ia menuangkan kopi secangkir lagi untuknya sendiri. "Jika mereka beranggapan di sana benar-benar ada harta karun, maka mereka itu berusaha mengusir kalian pergi sebelum berhasil menemukan harta itu. Atau mungkin juga mereka memang hanya ingin mencuri peralatan kalian saja. Maklumlah, banyak orang di sini yang kehidupannya miskin sekali, sejak usaha penangkapan tiram mengalami kemunduran. Bisa juga itu disebabkan kejailan sejumlah nelayan sini yang memang begitu wataknya. Mungkin mereka menganggap asyik, merongrong kalian yang dari Hollywood. Jadi ada tiga penyebab yang semuanya masuk akal. Kau pilih saja sendiri!"


"Rasanya sulit sekali dimengerti," kata Jupiter. Keningnya berkerut


"Hendak mencoba membongkar misteri itu, ya?" Dokter Wilbur tersenyum. "Kudengar kau ini semacam detektif remaja yang hebat."


"Ah, itu berlebih-lebihan, Sir," kata Jupiter rendah hati. walau ia sebetulnya menganggap dirinya memang hebat "Saya bersama teman-teman pernah beberapa kali melakukan penyelidikan. Ini kartu nama kami."


Disodorkannya selembar kartu bisnis Trio Detektif pada Dokter Wilbur, yang membaca tulisan yang tertera di situ:


TRIO DETEKTIF


Kami Menyelidiki Apa Saja


? ? ?


Penyelidik Pertama Jupiter Jones


Penyelidik Kedua Peter Crenshaw


Data dan Riset Bob Andrews


"Ketiga tanda tanya itu lambang kami," kata Jupiter menjelaskan. "Artinya pertanyaan yang tak terjawab, misteri yang tak terpecahkan, segaIa jenis teka-teki yang kami usahakan jawabannya."


Dokter Wilbur tersenyum.


"Muluk sekali." katanya mengomentari. "Tapi aku sekarang melihat anak yang besar keyakinannya pada diri sendiri. Aku ingin tahu, menurutmu apa sebabnya Sam Robinson sengaja mendamparkan kalian di Tangan, ketika kalian baru saja tiba di sini?"


"Saya rasa untuk menakut-nakuti kami," kata Jupiter. "Supaya kami ingin langsung kembali ke Hollywood. Karena ada orang yang takut kalau-kalau kami berhasil mengetahui sebabnya perusahaan film terus-menerus mengalami gangguan. Itu semakin menambah kemisteriusan, Sir - karena tidak mungkin perbuatan itu hanya karena iseng belaka."


"Hmm," Dokter Wilbur meliriknya lagi dengan tajam. "Ada betulnya juga katamu itu. Nak, Ternyata kau lebih pintar dari yang kelihatan sepintas lalu."


"Terima kasih. Tapi ngomong-ngomong saya dengar bahwa cerita tentang hantu korsel dulu pernah tak terdengar lagi. Tapi tahu-tahu mulai beredar lagi, sekitar sepuluh sampai lima belas tahun yang lalu. Anda ingat kapan tepatnya?"


"Nanti dulu," Dokter itu mengusap-usap dagunya. "Aku mulai mendengarnya lagi ketika aku pindah ke tempat ini. Itu sekitar sepuluh tahu yang lalu. Ya, betul! Desas-desus tentang hantu itu mulai tersiar sekitar sepuluh tahun yang lalu, dan sejak itu tak pernah berhenti - setidak-tidaknya kalangan penduduk yang kurang berpendidikan. Kenapa kau menanyakannya?"


"Saya sendiri kurang tahu, tapi setiap informasi mungkin saja penting artinya, Sir," kata Jupiter berterus terang. "Terima kasih banyak. Saya rasa sudah terlalu lama saya menyita waktu Anda."


"Itu tidak apa," Dokter itu berdiri dari kursinya. "Aku ingin tahu, apakah kalian nanti berhasil menemukan jawabannya. Dan ingat -" serunya pada Jupiter yang sementara itu sudah berjalan ke pintu, "kalau di pulau itu ada harta, itu milikku!"


Jupiter berjalan ke luar sambil sibuk berpikir, ia berhasil memperoleh beberapa informasi baru. Tapi ia belum tahu pasti maknanya, ia masih perlu banyak berpikir.


Ia melangkah ke jalan. Saat itu sebuah mobil yang lewat berhenti, lalu mundur. Ternyata Chief Nostigon yang duduk di belakang setir.


"Halo," sapa kepala polisi itu. "Tentunya menarik bagimu untuk mengetahui bahwa kami sudah menemukan jejak Sam Robinson yang kurang ajar itu. Ia minggat."


"Minggat?" tanya Jupiter.


"Ya - minggat. Ia mendapat pekerjaan sebagai kelasi di sebuah kapal barang yang berangkat tadi pagi. Baru beberapa bulan lagi ia kembali. Itu kalau ia kembali. Tapi menurut seorang temannya, ia masih mengatakan bahwa ia melakukannya karena iseng saja. Karena kalian begitu terkenal! Tapi sulit bagiku menerima keterangan itu."


"Saya juga." kata Jupiter.


"Yah - cuma itu saja yang berhasil kami ketahui," kata kepala polisi itu. "Kalian akan kuhubungi jika ada perkembangan lebih lanjut" Setelah itu ia pergi dengan mobilnya.


Jupiter meneruskan langkah menuju losmen Mrs. Barton. Ia masih saja berpikir, ia merasa yakin bahwa ia sebetulnya bisa mengetahui jawaban atas misteri aneh yang menyelubungi Pulau Tengkorak. Tapi sampai saat itu ia mengalami kesulitan dalam menarik kesimpulan yang tegas.


Ia berjalan tanpa begitu mempedulikan sekelilingnya. Sampai saat ia lewat di depan sebuah kedai minum, seorang laki-laki bertubuh kurus tahu-tahu muncul di depannya untuk merintangi langkah Jupiter. Remaja itu terpaksa berhenti agar jangan sampai menubruk orang itu.


"Nanti dulu," kata laki-laki kurus itu sambil menyeringai. "Aku ingin menasihatimu sebentar."


"Ya? Apa itu, Sir?' Jupiter langsung sadar bahwa orang itu bermaksud jahat, ia melonggarkan otot-otot mukanya yang bundar, sehingga tampangnya nampak tolol. Jupiter bisa kelihatan begitu - Jika ia mau.


"Ikutilah saranku. Kalau ingin selamat, cepat kembali ke Hollywood di mana kau seharusnya berada. Dan ajak seluruh rombongan film ikut pulang denganmu. Tak seorang pun dari kalian dikehendaki kehadirannya di Fishingport sini."


Sambil bicara orang itu menyeringai terus. Jupiter melihat di punggung tangan orang itu ada gambar rajahan. Gambar itu tidak begitu jelas, tapi kelihatannya seperti putri duyung. Jupiter merinding karena merasa seram.


"Baik, Sir." katanya dengan wajah tolol. "Akan kukatakan itu pada mereka. Lalu harus kukatakan dari siapa pesan ini?"


"Jangan macam-macam lagi!" bentak orang itu. "Pokoknya kalau ingin selamat, pergi dari sini Hanya itu nasihatku!"


Orang itu masuk lagi ke kedai minum.


Debaran jantung Jupiter berkurang. Dengan lambat ia melanjutkan langkah ke losmen Mrs. Barton. Sekarang jelas bahwa ia benar tentang satu hal. Ada orang yang bertekad hendak mengusir rombongan film dari Pulau Tengkorak!


Bab 12 PENEMUAN YANG MENGGAIRAHKAN


"Aduh, perahuku!" Chris berusaha sekuat-kuatnya supaya jangan sampai menangis. "Perahuku lenyap. Aku tidak punya perahu lagi sekarang. Hilang kemungkinanku menemukan harta karun."


"Aduh, betul," kata Bob. Disadarinya bahwa kerugian Chris jauh lebih besar daripada mereka. "Kenapa sih orang itu? Tadi itu kecelakaan, atau disengaja?"


"Disengaja!" tukas Chris. "Sebab kalau kecelakaan, orang itu pasti berhenti untuk melihat siapa pemilik perahu itu lalu minta maaf!"


"Betul juga, kata Bob. "Tapi kenapa ada orang ingin merusak perahumu, Chris?"


"Untuk mencegah aku mencari harta karun," kata Chris. "Nelayan banyak yang tidak suka padaku. Mereka tidak menyukai orang asing. Beranggapan teluk dan seluruh tempat ini milik mereka."


Mereka tetap tertegun di situ. tanpa tahu apa yang harus dilakukan Perut mereka terasa lapar. Tak ada perahu yang kelihatan. Tak ada kemungkinan bagi mereka untuk memberi isyarat.


Akan berapa lamakah mereka terdampar di situ?


"Yah," kata Bob kemudian, "setidak-tidaknya peralatan scuba kita tidak ikut tenggelam, harganya mahal! Tidak enak rasanya membayangkan bahwa aku harus menggantinya."


"Ya, betul!" kata Pete. "Alat seperti itu. harganya beratus-ratus dollar dan - he! Nanti dulu!"


Pete dan Bob saling berpandangan. Keduanya serempak mendapat ide yang sama.


"Kita bisa menyelam untuk mengambil pakaian kita!" seru keduanya sekaligus Chris berusaha melupakan kesedihannya, ia tertawa nyengir.


"Kita semuanya bisa menyelam!" katanya. "Aku ini anak nelayan Yunani yang kerjanya menyelam mencari sepon. Berani taruhan bahwa kemampuanku menyelam lebih baik dari kalian, walau aku tidak bisa begitu lama berada di bawah permukaan."


Anak-anak merasa mendapat semangat lagi. Bob dan Pete cepat-cepat mengenakan peralatan scuba mereka. Kemudian mereka mengarungi air. menuju ke tengah teluk kecil itu. Mereka berenang menuju terumbu karang, melintas dengan berjalan kaki dialasnya lalu masuk ke perairan yang dalam di seberangnya.


Perahu layar yang tenggelam tadi nampak berupa bayang-bayang putih di dasar. Kelihatannya seperti melambai pelan, karena gerak ombak yang kecil-kecil di permukaan. Bob dan Pete langsung bergerak menurun dengan bantuan sirip renang yang terpasang di kaki mereka.


Tapi Chris tadi berbekal batu yang diambilnya di pantai. Kini ia bergerak turun dengan cepat melewati kedua kawannya dengan tangan memeluk batu. Ketika Pete dan Bob baru sampai setengah jalan, anak Yunani itu sudah tiba di samping perahu layar yang tergeletak miring di atas pasir, ia merogoh-rogoh ke dalamnya, mencari pakaian mereka yang tadi diselipkan dengan rapi ke bawah tempat duduk. Sambil memeluk pakaian itu ia melesat lagi naik ke alas Kedua kawannya melihat anak itu tersenyum lebar ketika ia melewati mereka lagi.


Di tengah kedalaman laut yang tenang, sesaat Bob dan Pete melupakan keadaan mereka yang sebenarnya. Mereka saat itu merasa diri mereka penyelam yang sedang melakukan pekerjaan penyelamatan yang sungguh-sungguh. Walau hanya pada sebuah perahu layar berukuran kecil!


Keduanya berenang berdampingan, turun menghampiri perahu layar lalu memegang sisinya. Layar perahu itu bergerak-gerak pelan dalam air. Pete dan Bob harus hati-hati sekali, jangan sampai terlibat di dalamnya. Keduanya memeriksa sebelah dalam perahu. Ternyata ada sepotong celana yang tadi tidak terambil oleh Chris. Celana Bob! Bob berenang untuk mengambilnya. Pete menyelam, mengambil sepatu yang tadi terlepas dari kaki Chris dan saat itu mulai hanyut menyusur dasar. Rupanya arus di dasar teluk lumayan juga derasnya. Bahkan perahu layar yang karam itu pun terseret olehnya. Ketika Bob dan Pete melepaskan pegangan pada sisinya sebentar, mereka terpaksa berenang untuk menghampirinya kembali.


Setelah lima menit mereka merasa telah mengambil semua yang bisa diselamatkan. Bob menganggukkan kepala ke arah Pete. Keduanya lantas berenang ke permukaan. Ketika muncul di atas air mereka melihat Chris berdiri di atas terumbu, menunggu mereka, ia nyengir ketika kedua temannya naik sambil membawa barang-barang yang mereka ambil tadi.


"Lumayan juga kerja kita, ya?" katanya. "Kurasa semuanya sudah kita ambil."


Diambilnya pakaiannya yang dipegang oleh Pete. lalu diperiksanya gumpalan basah itu. Air mukanya langsung berubah, tidak riang lagi.


"Kompasku tidak ada," katanya. "Padahal bagus. Aku turun lagi untuk mencarinya."


Sambil berkata begitu ia terjun ke dalam air.


"Sebaiknya kita bawa saja pakaian kita ke pantai lalu kita jemur di sana supaya kering," kata Pete mengusulkan.


"Aku kepingin punya sesuatu saat ini yang bisa dipakai untuk memberi isyarat kata Bob. "Ayahmu pasti menganggap kita ini sembrono, sampai bisa terdampar lagi di pulau ini."


:Tapi itu bukan salah kita, atau salah Chris," kata Pete. Dipungutnya kedua senter bawah air yang mereka selamatkan dari perahu yang karam "Untung barang-barang ini tidak jadi hilang. Harganya mahal. Lagi pula jika sampai gelap nanti kita masih di sini. kita akan bisa memberi isyarat dengannya."


"Astaga!" Bob mendongak, memandang ke arah matahari. "Masih lama juga sebelum hari gelap. Mudah-mudahan saja kita tidak terpaksa berada di sini sampai malam. Aku sudah lapar, sekali!"


"Yuk. kita jemur saja dulu pakaian kita." kata Pete "lalu kita mencari akal."


Kedua remaja itu memasang masker, lalu masuk ke air dan berenang menuju Tangan. Pakaian mereka yang basah diperas dulu. kemudian dihamparkan di atas batu-batu yang panas. Pasti dengan cepat akan sudah kering lagi. Masker sudah dicopot lagi. Ketika hendak melepaskan tabung oksigen, barulah keduanya menyadari bahwa Chris belum nampak. Paling sedikit sudah sepuluh sampai lima belas menit mereka sibuk sejak tadi. Dan sampai saat itu Chris masih tetap berada di bawah.


Kemungkinannya hanya ada satu. Bahaya.


"Aduh!" kata Bob dengan nada cemas. "Pasti ada apa-apa dengan Chris!"


"Mungkin ia tersangkut di bawah." Air muka Pete berubah membayangkan kemungkinan itu. Pucat pasi. "Kita harus berusaha menolongnya!"


Tanpa mengatakan apa-apa lagi keduanya memasang kembali alat selam mereka, lalu berenang menuju terumbu karang.


Keduanya berdiri di situ sesaat, sambil memandang ke dalam air yang nampak hijau diterangi sinar matahari. Mereka tidak melihat bayangan bergerak yang mungkin Chris. Kapal layar yang aram juga sudah tidak kelihatan lagi. Mereka serempak berenang menuju perairan yang lebih alam lalu menyelam ke bawah. Jantung kedua remaja itu berdebar keras karena cemas.


Di kaki terumbu terdapat rongga-rongga yang terjadi karena gerak arus. Mungkin Chris tadi tertarik ke dalam salah satu di antaranya dan tersangkut di situ. Mungkin pula ia terlibat pada layar, atau terjebak di bawah perahu!


Sesaat kemudian mereka sudah menemukan perahu itu. Arus air ternyata menyeretnya sejauh enam sampai tujuh meter di dasar. Bob dan Pete berenang menghampiri. Tapi Chris ternyata tidak ada di dalamnya.


Bob berenang turun, sampai tangannya bisa menyentuh dasar yang berpasir. Dengan perasaan cemas ia menjenguk ke bawah perahu. Tapi Chris juga tidak ada di situ. Jadi ia tidak tersangkut pada tali-temali perahu. Bob tahu. di perairan situ tidak ada hiu atau ikan lain yang buas. Bahaya apa lagi yang mungkin sedang mengancam Chris saat itu?


Pete menyentuh lengan Bob. lalu mengacungkan dua jarinya yang dirapatkan, ia menuding suatu formasi karang. Bob langsung mengerti. Pete mengajaknya memeriksa formasi itu bersama-sama. Di bawah air orang memang harus selalu menyelam berpasangan, untuk berjaga-jaga kalau ada bahaya. Bob mengangguk. Kedua remaja itu berenang dengan cekatan.


Dasar terumbu tidak rata. Di beberapa tempat ada relung-relung sempit dan gelap, yang terjadi karena gerak arus yang deras. Pete dan Bob memeriksa setiap relung. Mereka menyesali kenapa tadi tidak terpikir untuk membawa senter. Tapi mereka hanya melihat ikan-ikan kecil yang dengan cepat berenang menjauh begitu mereka datang.


Ganggang membentuk tirai yang melambai-lambai di beberapa tempat. Tirai itu terpaksa disibakkan, supaya bisa melihat apa yang terdapat di belakangnya. Sudah lima menit kedua remaja itu mencari-cari. Sudah sekitar dua puluh lima meta dasar terumbu mereka periksa. Tapi Chris masih tetap belum kelihatan.


Keduanya berhenti sebentar. Keduanya salin mendekati masker. Bob bisa melihat mata Pete yang terbelalak karena merasa cemas. Bob menuding ke belakang ke arah yang berlawanan! Pete mengangguk. Sambil berdampingan, dengan cepat keduanya berenang kembali menuju perahu yang karam. Ketika sudah hampir sampai, tiba-tiba ada orang yang berenang dengan cepat melintasi mereka.


Orang itu Chris. Dan Chris bergegas menuju permukaan!


Bagaimana mungkin anak itu bisa bertahan selama dua puluh menit di bawah permukaan, tanpa bantuan alat napas?


Pete dan Bob menyusul ke atas. Sesampai di sana nampak Chris duduk di tepi terumbu, terendam sampai pinggang dalam air. Dada anak itu turun naik, menghirup udara segar. Sama sekali tidak nampak kesan bahwa ia cedera. Ia malah tersenyum lebar!


Pete dan Bob menghampirinya, lalu mendorong masker mereka ke kening.


"Aduh. Chris - kau ini mengejutkan orang saja!" seru Pete.


"Ke mana kau tadi?" tanya Bob. Ia nyengir, karena merasa lega. "Apa yang terjadi?"


Chris tertawa riang, dengan kepala terdongak.


"Aku menemukan sesuatu." katanya, sambil mengangkat tangan kanannya yang terkepal rapat. "Coba terka!"


"Kompasmu?" tebak Bob.


Anak Yunani itu menggeleng.


"Terka lagi!"


"Sekeping emas!" seru Pete.


Sambil terus nyengir. Chris membuka tangannya. Di telapak terletak kepingan emas berkilat yang tidak rata bentuknya. Nampak penyok, tapi jelas itu emas.


"Kalian takkan bisa menerka apa yang kutemukan tadi," kata Chris.


"Peti harta?" kata Bob penuh harap. "Peti yang terbenam dalam pasir?"


"Tidak - bukan itu. Aku tadi menemukan lubang bundar di dasar terumbu. Kulihat ikan-ikan berenang keluar-masuk. Lalu timbul pikiranku, jika ikan bisa masuk, aku pun pasti bisa. Lalu aku berenang masuk ke situ."


Ia berhenti sejenak, sebelum melanjutkan penuturannya.


"Aku menemukan gua bawah air. yang menjorok ke dasar pulau! Dan di dalamnya kutemukan keping uang emas ini. Aku berani bertaruh, di situ pasti masih banyak lagi emas yang terkubur!"


Edit by: zheraf

http://www.zheraf.net


Bab 13 GUA TERSEMBUNYI


Bob dan Pete mengambang berdampingan alam air. sekitar satu setengah meter dari dasar. Udara menggelembung gelembung keluar dari alat napas mereka. Segerombolan ikan laut besar menyelinap di antara keduanya lalu menghilang masuk ke dalam lubang gelap yang sedang perhatikan kedua remaja itu. Lubang itu tidak begitu besar. Paling-paling empat meter lebarnya, sedang tingginya satu ampai satu setengah meter. Sisi lubang itu halus arena selalu tergeser arus air yang keluar masuk mengikuti gerak pasang. Di lubang masuk ke gua itu tidak ada tanaman laut, walau tidak jauh dari situ tampak tumbuh ganggang.


Perahu layar Chris yang karam nampak bergerak-gerak pelan di dasar, sekitar enam sampai tujuh meter di sisi lubang itu. Tapi saat itu baik Bob maupun Pete sama sekali tidak merasa tertarik pada perahu itu. Perhatian mereka sedang terpusat pada gua bawah air yang ditemukan Chris. Keduanya kini berbekal senter yang kedap air. Dan bentar lagi mereka akan masuk dan menjelajahinya, apabila sudah merasa cukup berani untuk melakukannya.


Menurut Chris tadi, di situ sama sekali tidak berbahaya, ia tadi tidak berhasil menemukan kompasnya di dasar teluk yang berpasir. Maka ketika ia hendak naik lagi ke permukaan tiba-tiba dilihatnya ada lubang di kaki dinding terumbu Itulah lubang masuk ke gua bawah air. Tanpa berpikir panjang lagi ia berenang masuk ke dalamnya, karena siapa tahu - mungkin ada harta di situ.


Ternyata semakin jauh ke dalam, gua itu semakin lapang. Di situ gelap, tapi Chris bisa melihat tempat terang yang ada di belakangnya! itulah lubang yang dimasukinya. Chris berenang semakin menjauhinya.


Ketika ia bermaksud hendak kembali, barulah disadarinya bahwa karena kegairahannya tadi mereka telah berenang terlalu jauh ke dalam. Napasnya tidak cukup lagi untuk ke luar lalu berenang naik ke permukaan.


"Saat itu aku betul-betul ketakutan," Chris menceritakan hal itu sambil nyengir. "Aku tahu satu-satunya kemungkinan yang ada bagiku untuk selamat hanyalah berenang maju terus. Siapa tahu gua itu semakin lapang, dan aku bisa muncul di permukaan air di dalamnya untuk menarik napas kembali. Aku berenang seperti orang gila saat itu Kemudian kulihat cahaya remang di depanku. Aki menuju ke tempat terang itu, lalu bergerak ke atas. Ternyata di situ ada udara, sehingga aku bisa bernapas! Berulang kali aku menarik napas untuk melegakan rongga dadaku. Setelah itu aku memandang berkeliling. Ternyata aku berada dalam sebuah gua yang terletak di bawah pulau! Dari sebuah liang yang menerobos batu ke atas cukup banyak cahaya yang masuk. Aku melihat di bagian yang agak menonjol ke luar di dinding gua. Bagian atasnya terselubung rumput laut. Aku naik ke situ untuk beristirahat sebentar. Tahu-tahu tanganku menyentuh sesuatu yang terdapat di bawah rumput. Ternyata benda itu sekeping uang emas. Hatiku langsung berdebar keras. Kuperiksa seluruh permukaan batu yang tertutup rumput laut, barangkali saja ada lagi uang emas di situ. Tapi sia-sia - tak ada lagi yang kutemukan. Lalu aku berenang ke luar lagi untuk memanggil kalian."


Gua besar di bawah air, dengan harta bajak laut di dalamnya! Jika Chris bisa berenang masuk tanpa alat napas. Pete dan Bob pasti akan bisa pula dengan peralatan modern yang mereka pinjam lari Jeff Morton. Dari cerita Chris tadi kedengarannya sama sekali tidak berbahaya. Kalau mereka menjenguk sebentar saja ke dalam, pasti tidak apa-apa.


Sementara kedua remaja itu masih tertegun dengan sikap ragu di mulut gua. tahu-tahu sesosok tubuh muncul di antara mereka. Orang itu Chris. Sambil melambai ke arah mereka, ia melesat masuk ke dalam mulut gua yang gelap. Pete dan Bob menyusul serempak.


Cahaya kedua lampu senter mereka merupakan penerangan yang sangat baik dalam air yang jernih di situ. Di kedua sisi nampak dinding batu gua. penuh ditumbuhi rumput laut. Ikan-ikan yang kaget berenang cepat-cepat melintasi mereka. Seekor belut laut berwarna hijau lumut nampak menjulurkan kepala dari suatu celah di batu. Anak-anak berenang menjauhinya, karena takut melihat giginya yang runcing-runcing.


Chris sudah tidak kelihatan lagi. Berenangnya jauh lebih laju dari mereka. Lagipula Pete dan Bob harus berhati-hati jangan sampai tergeser ke sisi gua, karena itu bisa menyebabkan alat napas mereka rusak atau terlepas.


Pete menyorotkan senternya ke atas. Tiba-tiba langit-langit gua tidak kelihatan lagi. Kedua remaja itu cepat-cepat naik - lima, tujuh, sepuluh meter. Tahu-tahu kepala mereka sudah tersembul keluar dari air.


Di sekeliling mereka nampak gua yang cukup lapang, dengan langit-langit yang tidak rata sekitar satu setengah meter di atas kepala mereka. Chris kelihatan duduk di suatu pinggiran batu yang menjorok ke tengah, dengan kaki terjuntai ke dalam air. Pete dan Bob berenang menghampiri anak itu. Dengan hati-hati mereka naik ke pinggiran itu. lalu duduk di atas rumput laut yang licin di samping Chris. Mereka mendorong masker ke kening.


"Kita sekarang berada dalam Tangan," kata anak Yunani itu. "Bagaimana pendapat kalian tentang guaku ini?'"


"Bukan main!" kata Bob sepenuh hati. "Kurasa selain kita belum pernah ada orang yang masuk kemari!"


Disorotkannya senter ke segala arah. Gua itu bentuknya tidak beraturan. Langit-langit tingginya berbeda-beda. antara satu sampai dua meter di atas air. Di ujung belakang gua itu sangat menyempit. Tapi di sana nampak suatu bidang sempit yang terang. Sejenak mereka bingung melihatnya.


Lampu senter dipadamkan, agar bisa diteliti pemandangan itu. Dalam keadaan remang, ruangan gua nampak lebih besar, seram dan misterius. Air yang bergerak pelan mengenai batu menimbulkan bunyi menggelegak. Sementara rumput laut yang terjulur ke air bergerak turun naik. Kelihatannya seperti rambut suatu makhluk laut misterius yang mengambang.


"Mestinya di batu sebelah sana itu ada liang yang menembus ke atas sampai ke permukaan," kata Bob sambil berpikir-pikir.


"Semburan air!" kata Chris dengan lantang. "Itu lubang yang nampak di atas. Lubang semburan. Kalau ada badai air membanjir kemari, menerjang dinding belakang lalu menyembur ke atas. Tapi tidak ada yang tahu bahwa di sini ada gua. Semua menyangka yang ada hanya celah sempit, jauh di dasar pulau!"


"Ya, betul!" seru Bob. Ia teringat bahwa pernah melihat air menyembur di tengah pulau malam kemarin dulu sewaktu badai. Dalam catatannya juga tertulis bahwa semburan air itu salah satu yang paling dulu ditemukan orang-orang yang datang ke pulau itu untuk menjelajahinya. Dan kini mereka menemukan penyebabnya Sebelum itu tak ada yang tahu.


"Aduh," Tampang Bob berubah, nampak lesu. Pete dan Chris memandangnya dengan heran.


"Baru terpikir olehku sekarang." kata Bob. "jika kita ini yang pertama menemukan gua ini, maka itu berarti di sini tidak mungkin ada harta bajak laut."


"Tidak ke sana pikiranku tadi." keluh Pete.


"Tapi itu kan belum tentu," kata Chris. "Aku tadi kan menemukan sekeping uang emas di sini! Coba kemarikan senter itu! Aku ingin menyelam sebentar untuk memeriksa!"


Bob menyodorkan senternya pada Chris. Dengan segera anak Yunani itu masuk ke air. Dari tempat mereka yang gelap. Pete dan Bob melihat cahaya samar bergerak, sementara Chris menyelam turun ke dasar gua yang berpasir.


"Sebetulnya asyik juga jika gua ini merupakan tempat bajak laut menyembunyikan hatta yang selama ini belum diketahui orang lain," kata Pete. "Tapi kurasa kau benar, Bob."


Mereka memperhatikan sinar remang di bawah bergerak hilir-mudik. Chris ternyata bisa lama sekali menyelam! Setelah dua setengah menit barulah senter padam.


Sesaat kemudian kepala Chris muncul di permukaan. Pete menyalakan senternya. Sementara Chris naik ke batu lalu duduk di samping mereka.


"Kau benar," katanya pada Bob dengan lesu. "Di bawah sama sekali tidak ada harta. Yang kulihat hanya kepiting, ikan, kerang. Seperti ini!"


Ia membuka tangannya yang selama itu terkepal.


Dua keping uang emas terletak di telapaknya]


"Wow!" seru Pete dan Bob serempak. "Chris! Di mana kau menemukannya?"


"Dalam pasir." kata Chris.


Uang emas kuno itu berpindah dari tangan ke tangan. Senang rasanya menimang-nimangnya. Terasa berat dan berharga!


"Sekarang kita punya tiga!" kata Chris dengan mata bersinar gembira. "Masing-masing dapat satu."


"Tidak! Semuanya milikmu, karena kau yang menemukan," kata Bob.


"Harus dibagi adil," kata Chris berkeras. "Sekarang giliran kalian turun. Mungkin ada lagi yang nanti kalian temukan. Mungkin cukup banyak sehingga aku bisa membeli perahu baru dan merawat ayahku baik-baik!"


Dengan penuh semangat Pete dan membetulkan letak masker masing-masing, memeriksa apakah slang pemapasan bekerja dengan sempurna. Setelah itu mereka meluncur ke dalam air.


Dasar pasir gua itu penuh dengan kulit kera yang berserakan. Pete dan Bob menyorotkan senter mereka kian kemari. Tapi tidak ada yang kelihaian luar biasa. Tapi kemudian Pete melihat sesuatu yang berkilat di sudut dinding gua. Ternyata itu sekeping uang emas yang agak terbenam dalam pasir.


Dengan gerakan santai Bob berenang hilir-mudik menyusur dasar gua. Beberapa menit kemudian ia melihat sesuatu yang kemilau, agak tersembunyi letaknya di bawah kulit kerang yang kosong. Ternyata itu juga keping emas.


Kedua remaja itu dilanda rasa gairah. Dalam gua bawah air itu ternyata benar-benar ada harta karun! Memang tidak bertumpuk dalam peti kokoh, tapi terserak ke mana-mana. Pasti di situ masih banyak lagi terdapat keping uang emas itu. Dan mereka bertekad hendak menemukannya!


Tanpa mengingat waktu, keduanya sibuk meneliti dasar gua. Mereka membalik-balik kulit kerang, menyebabkan pasir menghambur dalam air. Mereka harus menunggu sampai air sudah jernih kembali, sebelum bisa melanjutkan pencarian.


Masing-masing akhirnya telah menemukan sekitar setengah lusin uang emas. Tangan mereka sudah penuh. Bob menepuk Pete. mengajak naik lagi ke atas. Mereka keluar dari air lalu menaburkan hasil pencarian mereka ke suatu tempat yang datar di atas pinggiran batu.


"Kami berhasil!" kata Bob bersemangat. "Kau benar tadi, Chris, dalam gua ini memang ada harta karun!"


Sambil tersenyum. Chris meraihkan tangan ke belakang, mengambil tiga keping emas lagi.


"Ini kutemukan di sini, di bawah rumput laut," katanya.


"Pasti di sini masih ada lagi!" kata Bob. "Aku tidak tahu dari mana datangnya, tapi jika sudah sebanyak ini yang kita temukan, mestinya masih ada lagi yang bisa ditemukan!"


"Betul!" kata Pete menyetujui. "Yuk, kita mencari terus!"


Demam harta karun biasa membuat orang melupakan segala-galanya. Dan ketiga remaja itu benar-benar sedang demam harta saat itu. Tanpa mengingat waktu atau pertimbangan lainnya, mereka terus sibuk mencari dalam gua itu. Mereka berenang meneliti dasarnya jengkal demi jengkal. Setiap celah diperiksa.


Sementara mereka asyik mencari, terjadi sesuatu yang tak tersangka-sangka. Perahu layar Chris yang terdorong-dorong arus bergerak terus, dan akhirnya menyumpal mulut gua yang bentuknya seperti rongga mata.


Ketiga remaja itu terjebak dalam gua bawah air yang tidak diketahui adanya oleh orang lain!



Bab 14 SITUASI GAWAT


Jupiter merasa gelisah. Hari sudah sore. tapi Bob dan Pete masih belum kembali juga dari pelayaran mereka bersama Chris. Apakah yang mungkin terjadi dengan mereka?


Ia meninggalkan meja, di mana ia menyebarkan semua kertas catatan yang dibuat oleh Bob ditambah catatan-catatannya sendiri, ia pergi ke jendela lalu memandang ke luar mengamat-amati ujung teluk sebelah utara. Tapi tidak ada perahu layar yang nampak di situ.


Saat itu Mrs. Barton masuk, membawa susu segelas serta kue-kue.


"Barangkali kau kepingin makan sedikit, Jupiter." kata wanita itu. "Aduh-kedua anak itu belum kembali juga? Ke mana mereka?"


"Saya tidak tahu," kata Jupiter sambil menggeleng. "Mereka tadi mengatakan saat makan siang pasti sudah kembali. Dan biasanya mereka selalu tepat Mungkin mereka mengalami kesulitan."


"Ah - tak ada gunanya berpikir yang bukan-bukan," kata Mrs. Barton. "Mungkin mereka lupa waktu, karena asyik di salah satu batu karang."


Wanita itu bergegas ke luar. Jupiter duduk kembali. Sambil mengunyah kue dipelajarinya catatan yang terserak di depannya.


Dalam hati ia berusaha menyimpulkan fakta-fakta yang ada. Kematian Sally Farrington yang malang dua puluh lima tahun yang lalu serta keisengan beberapa orang anak merupakan awal legenda hantu Pulau Tengkorak. Lalu rupanya bertahun-tahun sesudah itu tidak ada yang mengatakan melihatnya. Tapi sejak sepuluh tahun yang lalu sering lagi tersiar kabar mengenainya hanya yang mengaku melihatnya selalu sekelompok nelayan yang kurang bisa dipercaya. Sebagai akibatnya tidak ada yang mau pergi ke Pulau Tengkorak.


Kemudian datang rombongan pembuat film. Mereka hendak memugar Taman Hiburan, dengan maksud merekam beberapa adegan di situ. Tapi kemudian mereka menghadapi rongrongan berupa pencurian dan sabotase. Jupiter merasa yakin, rongrongan itu bertujuan untuk mengusir rombongan film dari tempat itu.


Pertanyaannya kini: apakah desas-desus tentang hantu ada hubungannya dengan rongrongan terhadap rombongan film atau tidak?


Jupiter masih sibuk memikirkan pertanyaan itu, ketika pintu kamar terbuka. Jeff Morton masuk ke dalam. Tampangnya kelihatan tidak enak.


"Kau melihat Chris Markos, Jupiter?" tanya orang itu.


"Ya, tapi tadi pagi sewaktu sarapan," jawab Jupiter. "Sejak itu belum lagi. Ia pergi berlayar. Bob dan Pete ikut dengannya. Keduanya belum pulang sampai sekarang."


"Berlayar sepanjang hari!" tukas Jeff. Mukanya yang penuh bintik merah padam karena marah. "Padahal tadi pagi mereka meminjam dua perangkat alat selam. Kata mereka hendak berlatih menyelam."


Air muka Jeff berubah.


"Jangan-jangan mereka, pergi menyelam dengan anak Yunani edan itu. mencari harta karun!"


Ia bertukar pandang dengan Jupiter. Keduanya mulai kelihatan gugup.


"Kita harus mencari mereka!" kata Jeff. "Mungkin ada sesuatu yang terjadi dengan diri mereka. Kalau itu betul, setelah segala hal yang terjadi selama ini -" ia tidak mengakhiri kalimatnya, tapi air mukanya nampak geram. "Yuk, kita harus cepat-cepat, Jupiter!"


Jupiter melupakan pileknya, ia lupa segala-galanya, termasuk misteri yang memusingkannya tadi. Ingatannya hanya pada satu hal saat itu yaitu mencari Bob, Pete dan Chris. Diikutinya Jeff ke pelabuhan, di mana ada sebuah perahu kecil dengan motor tempel tertambat ke pangkalan. Keduanya cepat-cepat masuk ke perahu. Mesin dihidupkan, dan perahu langsung berangkat ke tengah teluk.


Jupiter sebenarnya hendak menanyakan pada Jeff, apa sebetulnya yang hendak dikatakannya tadi ketika ia tidak menyelesaikan kalimatnya. Tapi nampak jelas bahwa Jeff sedang tidak kepingin bicara. Lagi pula deru motor tempel terlalu bising, menyulitkan untuk bicara saat itu.


Mereka melaju ke pangkalan Pulau Tengkorak di mana perahu motor yang lebih besar ditambatkan.


"Kita memerlukan tempat yang lebih lapang untuk membawa anak-anak itu kembali, apabila kita berhasil menemukan mereka." kata Jeft menjelaskan, sementara mereka pindah ke perahu motor itu. "Kecuali itu aku juga memerlukan peralatanku - siapa tahu, mungkin aku nanti harus menyelam," tambahnya dengan nada suram.


Itu artinya Jeff merasa khawatir bahwa ada sesuatu yang terjadi dengan mereka sewaktu sedang menyelam, pikir Jupiter dengan perasaan kecut. Dicobanya menyingkirkan dugaan itu. Bob dan Pete bukan anak-anak yang sembrono. Takkan mungkin mereka mengalami kecelakaan yang aneh-aneh. Tapi Jupiter juga sadar, tidak semua kecelakaan disebabkan oleh sikap sembrono. Kadang-kadang bisa juga terjadi sesuatu, tanpa diduga-duga.


Jeff mengarahkan haluan perahu motor yang bertenaga besar itu ke tengah teluk, lalu memulai usaha pencarian. Mula-mula dikitarinya Pulau Tengkorak. Setelah itu ditelusurinya terumbu-terumbu karang yang melintang antara pulau itu dengan Tangan. Akhirnya ia mengelilingi pulau yang lebih kecil itu. Dua kali ia melakukannya.


"Aku tidak melihat mereka," kata Jeff pada Jupiter. Mesin perahu diperlambat olehnya, sehingga perahu itu tetap berada di satu tempat "Perahu layar Chris tidak ada di bagian sini. Menurutku, satu-satunya kemungkinan lain ialah bahwa mereka berlayar ke sisi timur teluk ini. Kita ke sana saja sekarang, lalu meneliti pesisir di situ dengan seksama."


Jupiter mengangguk. Jeff menggerakkan sebuah tuas. Mesin menderu, dan perahu itu melesat kembali meninggalkan Pulau Tangan.


Sementara itu Bob, Pete dan Chris duduk sambil meringkuk di pinggiran yang beralas rumput laut dalam gua yang terbenam di bawah Pulau Tangan. Air yang nampak gelap berputar-putar setinggi pinggang. Ketiga remaja itu tidak tahu sudah berapa lama mereka berada dalam gua itu. Tapi cahaya yang memancar ke bawah lewat liang di ujung sudah nampak suram. Sedang air mulai meninggi, paling sedikit setengah meter sampai saat itu.


Mulanya mereka begitu bergairah menemukan kepingan-kepingan uang emas. sehingga hanya itu saja yang dipikirkan. Mereka berhasil mengumpulkan sekitar empat puluh sampai lima puluh keping, yang kini memenuhi karung kecil dari kain terpal yang dibawa oleh Chris untuk keperluan itu.Harta yang mereka temukan tidak begitu banyak. Tapi tetap menggairahkan.


Tapi kemudian Chris tiba-tiba sadar bahwa pasang mulai naik.


"Sebaiknya kita keluar saja sekarang dari sini," katanya dengan perasaan gembira. "Kurasa emas yang ada ini sudah kita temukan semuanya."


"*Ya, betul - paling sedikit selama setengah jam terakhir tak ada lagi keping uang emas yang kita temukan," kata Pete sependapat "Lagipula aku, sudah lapar sekali. Mestinya sekarang sudah sore."


Pete yang paling dulu melihat bahwa lubang masuk tersumbat karena ia berenang paling depan. Dilihatnya tubuh perahu layar mengisi lubang yang berbentuk rongga mata, sementara tiang dan layarnya yang mengelepak-ngelepak mengarah ke dalam. Arus air menjejalkan perahu ke situ. Ujung tiang layar tersangkut ke dalam suatu celah di dinding.


Pete memeriksa keadaan dengan bantuan cahaya senternya. Ruangan terbuka yang masih ada antara badan perahu dan tepi mulut gua tak sampai tiga puluh sentimeter lebarnya. Mereka tidak mungkin bisa lewat di situ. Dengan perkataan lain, mereka terjebak dalam gua!


Bersama Bob, Pete berusaha mendorong perahu ke luar. Tapi karena tidak ada tempat bertumpu, malah mereka sendiri yang terdorong ke belakang. Sedang perahu sedikit pun tak bergerak.


Saat itu Chris datang menyelip di antara mereka. Ketika sudah dekat sekali barulah ia melihat perahu yang melintang di depannya, ia hanya tertegun sekejap sampai sudah sepenuhnya menyadari situasi itu. Kemudian ia berpaling, lalu berenang cepat-cepat kembali ke dalam, ia harus muncul ke permukaan dan menarik napas kembali, sebelum udara dalam paru-parunya habis.


Tiba-tiba Pete dan Bob sadar bahwa cadangan udara dalam tabung oksigen mereka tentunya juga tinggal sedikit. Sekali lagi mereka berusaha mendorong perahu layar yang menyumbat itu ke luar. Tapi tetap sia-sia. Mereka lantas menyusul Chris ke dalam lagi.


Ketiganya meringkuk di atas pinggiran yang sudah mulai terendam dalam air.


"Wah! Keadaan kita gawat sekarang!" kata Chris. "Arus air pasang mendorong perahu ke lubang masuk. Tak mungkin bisa digerakkan dari situ!"


"Ya, memang!" kata Pete dengan lesu. "Siapa mengira akan terjadi hal seperti ini?"


"Aku tadi melihat perahu bergerak dibawa arus," sela Bob. "Tapi aku tak menyangka sama sekal bahwa akan terdorong masuk ke lubang gua. Sekarang bagaimana?"


Lama sekali ketiganya membisu.


"Arus pasang sedang masuk sekarang." kata Chris setelah beberapa saat "Karenanya perahu terdorong ke dalam. Mungkin saat pasang surut kembali, air akan mendorongnya ke luar lagi! Mudah-mudahan saja betul begitu."


"Tapi baru beberapa jam lagi pasang akan berbalik," keluh Pete. "lalu bagaimana jika saat itu perahu tetap tak bergerak?"


"Itu bukan problem yang paling gawat" kata Bob.


"Masih ada lagi yang lain?" tanya Chris. "Apa maksudmu?"


"Lihat saja sendiri," Bob mengarahkan sorotan senternya ke atas. Tidak jauh di atas kepala mereka nampak lengkungan langit-langit gua. Kelihatan basah dan licin, ditumbuhi rumput laut.


"Kalian mengerti sekarang?" kata Bob lagi. "Saat pasang naik, gua ini seluruhnya terendam dalam air. Jika kita menunggu sampai pasang berbalik. kita akan terbenam nanti."


Air laut yang semakin tinggi menggeleguk bunyinya di sekeliling mereka. Anak-anak tidak ada yang bicara lagi. Mereka tahu bahwa Bob benar.


Sementara perahu motor bergerak meninggalkan Tangan, tiba-tiba Jupiter berseru dengan lantang.


"Mr. Morton!" serunya. "Kembali! Saya melihat sesuatu di pantai."


Jeff Morton mengerutkan keningnya. Tapi diputarnya juga haluan perahu. Semenit kemudian ujung depannya sudah memecah pantai pasir yang sempit. Jupiter langsung meloncat turun, lalu lari menuju batu-batu di mana ia tadi sekilas melihat pakaian teman-temannya. Ketika Jeff sudah mengamankan perahu lalu datang menyusul. Jupiter sudah sibuk memeriksa pakaian yang sementara itu sudah kering.


"Pakaian mereka ada di sini semuanya!" kata remaja itu pada Jeff. "Jadi mereka pasti masih ada di dekat-dekat sini. Mungkin mereka sedang menyelam di seberang sana. Sebentar, akan kulihat!"


Jeff menatap tumpukan pakaian itu dengan bingung.


"Tapi perahunya tidak ada!" katanya. "Entah kenapa, mereka rupanya, meninggalkan pakaian mereka di sini, lalu pergi lagi dengan perahu sambil membawa peralatan selam. Kita -"


Tapi Jupiter tidak bisa mendengarnya lagi karena ia sudah mendaki ke busur batu yang terdapat di tengah Tangan. Geraknya saat itu lebih cepat dari yang biasa dilakukannya.


Tidak lama kemudian ia sudah sampai di puncak busut. Dengan penuh harap dilayangkannya pandangan ke bawah, ke pantai seberang. Sesaat ia tidak mau percaya bahwa di tempat itu tidak ada apa-apa. Ia merasa begitu yakin bahwa ia akan melihat teman-temannya di situ. Atau setidak-tidaknya, perahu layar Chris. Tapi ternyata pantai di situ lengang.


Jupiter menyandarkan diri ke batu. Ia merasa lesu. Baru saat itu disadarinya betapa besar kecemasan yang ada dalam hatinya.


Jeff datang dengan napas mendengus-dengus, lalu duduk di sampingnya.


"Kita tadi kan sudah mengelilingi pulau ini," katanya. "Seharusnya kau sudah tahu sendiri bahwa mereka tak ada di sini. Tapi pergi ke mana mereka?"


Jeff marah-marah. Diambilnya sebuah batu kecil, lalu dilemparkannya lagi. Batu itu jatuh di suatu lekukan yang terdapat di depan mereka; berguling-guling sedikit lalu masuk ke dalam sebuah lubang bulat yang garis tengahnya sekitar dua puluh sentimeter. Sesaat kemudian terdengar bunyi percikan samar dari dalam lubang itu.


Tapi Jupiter tidak begitu memperhatikan.


"Anda benar," katanya. "Kurasa kita pergi saja ke tepi timur teluk ini lalu mencari di sana. Hanya aku masih tetap belum mengerti apa sebabnya pakaian mereka ditinggal di sini."


Jeff berdiri lagi.


"Yuk, kita berangkat saja sekarang. Kurasa sebaiknya kita minta bantuan Penjaga Pantai untuk ikut mencari. Sebentar lagi hari sudah gelap, dan semakin banyak yang membantu malah lebih baik!"


Jeff mengayunkan langkah, kembali ke perahu motor, diikuti oleh Jupiter. Jupiter tahu bahwa ketiga kawannya saat itu pasti sedang mengalami kesulitan. Dalam pikirannya ia merasa bahwa mereka memanggil-manggil minta tolong. Tapi ia tidak bisa menjawab panggilan itu, karena tidak tahu di mana mereka berada, ia merasa seperti mendengar suara mereka, seolah-olah -


"Astaga!" Dengan cepat Jupiter berpaling lalu bergegas lari mendaki busut itu lagi. Tak diacuhkannya teriakan Jeff yang kaget Jupiter berlari menuju lubang kecil yang ada di atas menuju lubang sembur. Sesampai di situ ia langsung merebahkan diri di sisinya.


"Bob! Pete! Di situkah kalian?" serunya, sambil menghadapkan muka ke dalam lubang.


Tak ada suara menjawab dari bawah. Jupiter yang berdebar-debar jantungnya karena berlarian tadi merasa bahwa pikirannya yang tiba-tiba timbul tadi sebenarnya konyol. Takkan mungkin mereka ada di bawah pulau.


Tapi saat itu terdengar suara Pete. samar tapi masih cukup jelas. Datangnya dari dalam lubang.


"Jupe! Kami terjebak di sini! Jika pasang masih naik terus, sebentar lagi kami akan terbenam dalam air. Tolong kami keluar dari sini!"


Bab 15 JUPITER MENDAPAT AKAL


Ketiga remaja yang berada dalam gua berpegang kuat-kuat pada rumput laut yang tumbuh di atas batu tempat mereka duduk saat itu. Kalau tidak mereka pasti sudah dihanyutkan air pasang yang sementara itu sudah naik sampai setinggi bahu. Sebentar lagi mereka akan terpaksa berenang untuk bisa tetap bertahan di permukaan, sampai pasang yang naik terus mendesak mereka ke langit-langit


"Kenapa mereka masih belum muncul juga sampai sekarang?" gumam Pete. Ia menggigil sebentar. Rasanya sudah lama sekali waktu berlalu sejak tahu-tahu ada batu jatuh dari atas dalam lubang sembur, setelah mana ia dan Bob mulai berteriak-teriak minta tolong.


Mula-mula teriakan mereka tak terjawab. Ada semenit mereka dihinggapi kecemasan, jangan-jangan batu itu terjatuh dengan sendirinya. Tapi mereka berteriak-teriak terus. Dan kemudian terdengar suara Jupiter dari atas menjawab mereka.


Setelah itu terdengar Jeff Morton berseru-seru dari atas pula. Mereka masih harus berteriak pulang balik selama beberapa menit, akhirnya barulah Jeff memahami situasi yang dihadapi. Dan begitu ia sudah tahu. ia lantas berseru mengatakan akan cepat-cepat memanggil bantuan. Setelah itu ia pergi, bersama Jupiter.


Kini ketiga remaja yang terjebak dalam gua menunggu-nunggu bantuan yang dijanjikan itu. Bob membiarkan senternya menyala, biarpun baterainya sudah semakin lemah. Di tempat yang gelap gulita, cahaya remang pun sudah melegakan rasanya.


"He - kita nanti jangan cerita-cerita tentang harta itu, ya?" kata Chris dengan tiba-tiba. "Kita merahasiakannya untuk sementara."


"Kenapa begitu?" tanya Bob. "Kita pasti nanti harus menjelaskan, apa yang kita lakukan di sini."


"Nanti semuanya datang memeriksa ke gua ini dengan alat selam," bantah Chris. "Kita pasti takkan punya kesempatan untuk kembali lagi dan melanjutkan pencarian."


"Kalau aku - aku tidak kepingin lagi melihat gua ini," kata Bob. "Masa bodoh berapa banyak harta yang ada di sini - biar saja orang lain mengambilnya!"


"Setuju!" kata Pete menimpali. "lagipula, kurasa kita sudah menemukan semua yang ada di sini. Kurasa dihanyutkan air pasang kemari."


"Tapi mungkin saja masih ada lagi!" bantah Chris. "Ini kesempatan besar bagiku untuk menemukan harta supaya aku bisa membawa ayahku pulang ke Yunani. Apa yang kita peroleh sekarang hanya empat puluh sampai lima puluh keping uang emas masih sangat kurang. Apalagi jika kita bagi-bagi."


"Ya," kata Bob. "mungkin kita bisa merahasiakannya. Pokoknya kita coba saja demi kepentinganmu. Kurasa katamu tadi benar, bahwa orang-orang akan berduyun-duyun datang mencari dalam gua ini."


"Pete Crenshaw takkan ada di antara mereka!" kata Pete bersungguh-sungguh. "Tapi jika kau ingin datang lagi. Chris - yah, kita bisa saja mengatakan keping-keping emas itu kita temukan dalam air. Dengan begitu kita kan tidak bohong. Kita hanya tidak mengatakan, di mana tepatnya.


"Sedapat mungkin aku akan merahasiakan temuan kita ini," kata Chris, sambil memegang karung berisi uang kuno itu erat-erat "Aku tidak takut kembali kemari. Kejadian seperti sekarang ini takkan terulang lagi dalam waktu sejuta tahun sekalipun!"


"Sekali saja sudah cukup, apabila Jeff tidak segera datang!" kata Pete sambil mengeluh. "Aduh - jangan-jangan ia harus berangkat sendiri memanggil Penjaga Pantai!"


"Ia pasti memerlukan bantuan, jika hendak menyingkirkan badan perahu dari mulut gua," kata Bob. "Kurasa ia takkan mampu melakukannya sendiri."


"Tapi itu kan memerlukan waktu berjam-jam!" seru Pete. Ia cepat-cepat menyambar rumput laut untuk berpegang kuat-kuat karena saat itu nyaris saja mereka hanyut dari tempat duduk yang licin karena terdorong air masuk "Saat itu pasang pasti sudah tinggi dan gua ini sepenuhnya terbenam dalam air!"


"Jupe pasti akan mendapat akal," kata Bob penuh harap, "Ia selalu bisa mengatasi keadaan gawat!"


"Mudah-mudahan saja katamu itu benar," kata Chris. Suaranya pelan sekali. "Tapi kenapa harus begini lama?"


Sebetulnya baru lima belas menit yang lalu Jeff dan Jupiter pergi dari tepi lubang sembur sebelah atas dan bergegas-gegas kembali ke perahu motor. Dan saat itu perahu mereka terapung-apung sekitar tiga puluh meter di depan pantai. Mesinnya masih tetap hidup. Jupiter memegang kemudi, sementara Jeff nampak buru-buru memasang peralatan selam ke tubuhnya.


"Dasar anak-anak edan!" gumam Jeff Morton sambil melilitkan pemberat tubuh lalu bersiap-siap masuk ke dalam air Kenapa mereka sampai bisa terjebak dalam kesulitan seperti itu?"


Ia menoleh kepada Jupiter.


"Jaga agar duduk perahu tetap di sini. ya!" katanya. "Aku turun sekarang, untuk melihat situasinya. Mungkin aku bisa menggeser perahu itu ke samping. Mudah-mudahan saja begitu. Aku tak kepingin sampai terpaksa memanggil Penjaga Pantai."


Jeff Morton memasang masker ke mukanya, mengambil senter lalu masuk ke air.


Jupiter merasa kesepian. Di kejauhan dilihatnya beberapa perahu datang dari ujung selatan teluk menuju Fishingport Tapi tidak ada yang lewat agak dekat. Waktu rasanya berjalan seperti merambat, sementara ia menunggu Jeff muncul, lagi di permukaan. Rasanya seperti sudah sejam waktu berlalu Tapi ketika dicocokkan ke arloji ternyata baru lima menit. Setelah lima menit lagi barulah kepala Jeff Morton kelihatan di sisi perahu. Jeff langsung naik. Mukanya pucat. Kelihatan cemas.


"Perahu itu ternyata memang menyumbat jalan keluar." katanya. "Rapat sekali, seperti sumbat botol! Sudah kucoba menarik-nariknya, tapi sedikitpun tidak bisa kugerakkan. Ini tugas Penjaga Pantai, karena diperlukan beberapa penyelam dengan peralatan linggis guna memecah tubuh perahu - atau mencongkelnya sehingga terlepas."


Jupiter menatap Jeff Morton dengan kaget


"Tapi apakah itu tidak makan waktu terlalu lama?" tanyanya tegang. "Maksudku, mungkin beberapa jam?"


Jeff mengangguk dengan lesu.


"Itu paling sedikit." katanya. "Aku tahu apa yang kaupikirkan - saat itu gua sudah sepenuhnya terendam air. Tapi aku tak tahu jalan lain lagi. Coba lubang sembur itu cukup lebar, kita akan bisa mengulurkan tali ke bawah lalu menarik mereka naik. Tetapi lubang itu terlalu sempit."


Jupiter mencubiti bibirnya. Perbuatannya itu biasanya melancarkan jalan pikirannya. Dan ternyata saat itu ia benar-benar mendapat ilham.


"Mr. Morton - barangkali kita bisa menarik perahu layar itu sehingga terlepas!" serunya.


"Menariknya?" Jeff Morton menatapnya dengan kening berkerut "Dengan apa?"


"Dengan perahu motor ini!" jawab Jupiter. "Mesinnya kan sangat kuat. Lalu kita punya jangkar, serta tali yang panjang. Jangkar kita kaitkan ke perahu layar. Lalu apabila mesin kita jalankan dengan kekuatan maksimum ke depan.."


"Aku mengerti!" seru Jeff. "Benar - mungkin saja itu bisa berhasil. Yuk - kita harus buru-buru!"


Dengan cepat dilepaskannya tali jangkar dari haluan, lalu diikatkannya pada sebuah baut gelang yang terdapat di buritan. Setelah itu dijatuhkannya jangkar ke dalam air. lalu diulurnya tali terus sampai habis.


"Nah!" katanya setelah tali telah terulur semua. "Tali sepanjang tiqa puluh meter, rasanya pasti cukup. Sekarang aku turun lagi ke bawah, untuk mengaitkan jangkar ke perahu. Kalau tali kusentakkan tiga kali berturut-turut, kaujalankan perahu ini maju lambat-lambat sampai tali sudah benar-benar tegang. Salelah itu kau tambah kecepatan lambat-lambat, sampai kecepatan maksimum. Di bawah aku akan membantu mendorong perahu layar itu ke luar.


"Kalau kau merasakan sentakan disusul dengan seretan beban berat, itu berarti kapal layar sudahi lepas. Kautarik terus beberapa puluh meter lagi. Sesudah itu lepaskan tali jangkar, lalu mundur kembali ke sini. Sementara aku akan masuk ke gua, untuk membantu anak-anak keluar!"


"Tapi apabila setelah merasakan sentakan perahu meluncur dengan cepat, itu berarti jangkar terlepas. Kalau begitu kau harus segera berhenti, dan tunggu aku muncul ke permukaan. Tapi berdoalah agar idemu ini langsung berhasil!"


Jeff turun ke sisi perahu lalu menyelam lagi., sementara Jupiter menunggu dengan hati berdebar debar Ia merasakan tarikan pada tali jangkar yang dipegangnya. Tapi ia tahu itu hanya Jeff yang mengambil jangkar dan membawanya ke arah gua. Ia menunggu semenit, dua menit - kemudian terasa tali disentakkan tiga kali berturut-turut.


Jupiter mulai menjalankan perahu dengan pelan-pelan, sampai tali jangkar menegang dan membentuk garis lurus dari buritan turun ke air. Setelah itu ditingkatkannya kecepatan mesin lambat-lambat.


Mesin menderu. Baling-baling mengaduk air di buritan. Tapi perahu motor itu sedikit pun tidak berpindah dari tempatnya. Jupiter menambah tenaga mesin. Lehernya serasa tersumbat, ia takut jangan-jangan nanti jangkar merobek dinding perahu layar.


Dengan lambat sekali perahu motor mulai bergerak, makin lama makin maju. Lamban sekali, seperti sedang menyeret ikan paus. Jupiter berusaha keras, menyeret beban mati yang tergeletak di dasar teluk. Mesin perahu nyaris tidak kuat menggerakkan perahu maju. Tapi bisa juga maju terus, walau dengan lambat sekali. Lima meter-sepuluh-dua puluh-tiga puluh meter!


Jupiter pasti sudah bersorak-sorai saat itu apabila tidak begitu sibuk dengan tugasnya. Persneling dimasukkannya ke posisi berhenti, lalu dengan pisau sakunya yang tajam dipotongnya tali jangkar yang terikat ke buritan. Tali itu putus, tergerai masuk ke dalam air. Kini Jupiter menggerakkan luas persneling ke posisi mundur, lalu mulai menjalankan perahu lambat-lambat kembali ke tempat semula.


Dicobanya membayangkan apa yang sedang terjadi di bawah saat itu. Lubang masuk ke gua sudah bebas lagi. Jeff berenang masuk. Ia menjumpai ketiga kawannya. Kini ia menyuruh mereka berenang keluar, lalu naik ke permukaan. Semenit atau dua menit lagi -


Tiba-tiba muncul kepala seseorang di belakang perahu. Chris Markos! Anak itu mendorong maskernya ke kening, lalu menghembuskan napas kuat-kuat. Ia berenang menghampiri perahu motor, berpegang ke sisinya, lalu cepat-cepat mendorong sesuatu yang kelihatannya berat ke dalam perahu. Barang itu jatuh diiringi bunyi berdencing dekat kaki Jupiter.


"Cepat - sembunyikan, Jupe!" kata Chris tersengal-sengal. "Kami menemukan harta-tapi harus kita simpan rahasianya. Setidak-tidaknya untuk sementara. Nanti kami ceritakan segala-galanya."


Jupiter menyembunyikan karung basah itu bisa bisanya. Ia mendudukinya.


"Huh!" kata Chris, ketika ia sudah berada dalam perahu motor. "Kami sudah khawatir saja tadi. jangan-jangan kalian tidak bisa cepat-cepat menolong kami keluar. Pete dan Bob sebentar lagi pasti menyusul."


Saat itu kepala Bob muncul di permukaan, disusul sedetik kemudian oleh Pete.


"Lega sekali hati kami tadi di bawah, ketika mendengar suaramu," kata Pete. ketika ia dan Bob sudah masuk ke perahu. "Apalagi disusul suara Jeff Morton."


"Ia marah sekali pada kami," kata Bob. "Tapi memang sudah sepantasnya"


"Nanti kalau ia bercerita pada Ayah, pasti Ayah akan ikut marah," kata Pete dengan suram: "Tapi pokoknya kami berhasil menemukan harta karun sedikit. Chris sudah cerita atau belum?"


"Harta itu sekarang kududuki. Mengenai ceritanya, nanti sajalah," kata Jupiter.


"Kurasa kami nanti pasti akan dimarahi habis-habisan," kata Bob sambil menanggalkan peralatan selamnya. "Tapi sebetulnya bukan kami yang salah. Mula-mula perahu layar Chris ditenggelamkan oleh seseorang, lalu.."


"Nah, itu Jeff Morton muncul," potong Jupiter. "Ia tentu ingin mendengar apa yang sebetulnya terjadi."


Jeff Morton muncul di belakang buritan. Tangannya memegang ujung tali jangkar yang terpotong. Jupiter meraih ujung tali itu. lalu mengikatkannya ke baut gelang, sementara Jeff berenang menuju tangga lalu naik ke perahu.


Jeff membuka maskernya. Dengan gerakan pelan dilepaskannya pemberat tubuh serta tabung oksigen yang terpasang di punggung. Kemudian ditatapnya anak-anak yang menunggu sambi membisu.


"Nah," katanya kemudian, "senang hatiku melihat kalian selamat. Sungguh, senang sekali. Tapi itu tidak menghapus kenyataan bahwa kalian telah berbuat sembrono, sehingga terjerumus ke dalam kesulitan besar."


"Tapi-" sela Bob. Ia merasa yakin jika duduk perkara sebenarnya dijelaskan. Jeff Morton pasti akan membenarkan bahwa sebetulnya bahaya sama sekali tidak ada, apabila perahu layar tidak didorong arus yang aneh sehingga menyumbat mulut gua.


Tapi Jeff mengangkat tangannya, sehingga Bob tidak jadi bicara.


"Aku tidak mau tahu penjelasanmu," kata Jeff Morton. "Bagiku yang penting kenyataan. Jika kuceritakan apa yang terjadi pada Harry Norris dan Mr. Crenshaw, aku yakin mereka pasti sependapat denganku bahwa kalian mulai saat ini tidak boleh lagi menyelam.


"Dari semula ide itu memang sudah tidak baik. Air di teluk sini kurang jernih. Takkan bisa diperoleh rekaman bawah air yang baik mutunya. Harry Norris sependapat denganku mengenainya Dan Mr. Denton pasti setuju apabila ia kembali nanti kemari. Jadi ide membuat film pendek mengenai kalian menyelam mencari harta karun, batal!"


Ia berhenti sebentar untuk menarik napas. Tapi jelas bahwa Jeff Morton belum selesai bicara.


Kini ia berpaling, menghadap Chris.


"Tapi kurasa salah satu sumber kesulitan yang merongrong kami selama ini sudah tamat riwayatnya," kata Jeff dengan geram. "Kami sudah tahu siapa yang selalu menyabot dan pencuri peralatan, sehingga memusingkan kepala kami. Kemarin malam mobil kombi tempat peralatan dibongkar orang, ia masuk lewat sebuah jendela kecil. Jendela itu sempit sekali, hanya anak yang belum dewasa saja yang bisa masuk lewat situ. Kami kecurian dua buah lensa, yang nilainya hampir seribu dollar. Aku yang pertama-tama mengetahui bahwa kedua lensa itu hilang. Aku juga menemukan sesuatu di situ, yang d jatuhkan si pencuri dengan tidak sengaja."


Ditatapnya mata Chris dengan tajam


"Aku menemukan pisaumu, Chris!" katanya. "Aku menemukannya tercecer di lantai. Rupanya terjatuh ketika kau masuk untuk mencuri kedua lensa itu. Hanya kau saja yang bisa masuk ke dalam lewat jendela sekecil itu.


"Aku sudah menyampaikan laporan mengenainya pada Chief Nostigon. Nanti apabila kita sudah sampai di Fishingport, aku akan langsung menggiringmu ke kantor polisi. Apa boleh buat - kurasa kau akan dipenjarakan nanti!"


Bab 16 SUATU MISTERI TERBONGKAR


"Huh - kita ini benar-benar sedang sial. dimarahi habis-habisan!" kata Bob sambil mengeluh.


"Kita dimarahi, tapi Chris dijebloskan ke dalam penjara," kata Pete dengan suram. "Kurasa bukan dia yang mencuri lensa-lensa kamera itu. Bagaimana pendapatmu, Jupe?"


Jupiter tidak menjawab, ia duduk di sofa dalam kamar duduk Mrs. Barton. sambil merenung. Saat itu sudah hampir sore. Hujan turun dengan deras. Anak-anak dilarang Mr. Crenshaw keluar, setelah dimarahi dan dikuliahi panjang lebar tentang kesembronoan mereka petang yang lalu.


"Jupe!" panggil Pete sekali lagi dengan lebih lantang. "Aku baru saja mengatakan, kurasa bukan Chris yang mencuri lensa-lensa kamera itu. Bagaimana pendapatmu?"


Jupiter batuk-batuk, ia masih saja pilek.


"Kurasa juga bukan dia," katanya kemudian. "Anak-anak pada umumnya bisa mengenal apakah seorang anak licik atau tidak Dan Chris bukan anak yang licik. Hanya sial baginya, segala indikasi memberatkan kedudukannya. Aneh, kenapa pisaunya ditemukan di tempat kejadian itu."


"Menurut keterangannya, pisau itu hilang dua hari yang lalu," kata Bob.


"Dan tentu saja tidak ada yang mau percaya," kata Jupiter sambil terbatuk-batuk lagi. "Mereka ingin menganggap misteri Pulau Tengkorak sudah terselesaikan. Karena itu mereka langsung saja percaya bahwa ialah biang keladinya. Orang dewasa memang sering begitu."


"Tapi apa sebetulnya kasus kita di sini?" kata Bob menggerutu. "Kita ini kan penyelidik! Jadi mestinya kita setidak-tidaknya bisa menebak."


"Kasusnya ialah ada orang yang ingin agar jangan ada yang datang ke Pulau Tengkorak. Cuma itu saja," kata Jupiter. "Aku menemukannya kemarin. Tapi yang menjadi teka-teki sekarang, apa sebabnya?"


Saat itu terdengar bel pintu depan berdering. Jupiter berhenti bicara, karena Mrs. Barton masuk untuk membukakan pintu. Ternyata yang datang Chief Nostigon. Ia masuk dengan jas hujan basah kuyup.


"Halo, Anak-anak" sapanya. "Maaf, Mrs. Barton, aku ingin bicara sebentar dengan anak-anak ini."


"Silakan, Chief," Wanita itu kembali ke dapur, sementara kepala polisi itu menggantungkan jas hujannya lalu duduk, ia menyalakan sebatang cerutu dengan seksama.


"Anak-anak" katanya kemudian, "kukatakan saja terus terang pada kalian, kedudukan kawan kalian Chris payah. Setelah melakukan pencarian, kami berhasil menemukan lensa-lensa kamera yang hilang dicuri itu dalam sebuah pondok kayu yang kecil di belakang rumah reyot tempat ia tinggal bersama ayahnya."


"Bukan dia yang mencurinya!" kata Bob sengit "Kami tahu, bukan dia pelakunya!"


"Memang, mungkin saja bukan dia." kata Chief Nostigon. "Tapi bukti-bukti memberatkannya. Setiap orang tahu ia berusaha keras mengumpulkan uang, untuk membawa ayahnya kembali ke Yunani."


"Tapi untuk itu ia tidak perlu mencuri!" seru Pete. "Ia punya uang! Dan kemungkinannya ia akan bisa menemukan lebih banyak lagi!"


"Ah," Kepala polisi itu menatap mereka agak lama. "Ini baru menarik. Jadi ia punya uang - dan mungkin lebih banyak lagi yang akan ditemukannya. Apa artinya itu?"


Pete terdiam, karena sadar bahwa ia telah membuka rahasia keping uang emas.


"Anak-anak" kata Chief Nostigon lagi. "aku suka pada Chris dan aku ingin menolongnya. Tapi tak ada yang mau mengatakannya dengan jelas padaku, apa sebetulnya yang terjadi kemarin. Hanya bahwa kalian mengalami kesulitan dan karenanya terpaksa diselamatkan. Hanya itu saja! Tapi kurasa aku mengerti, apa sebabnya kalian begitu merahasiakannya. Jika kalian menemukan harta lalu berita mengenainya tersebar, dengan segera Pulau Tengkorak akan dibanjiri pencari harta karun. Tapi walau begitu, aku berpendapat bahwa kalian perlu memberi tahu padaku! Mungkin aku nanti bisa menolong Chris. Jadi ceritakanlah seluruh kejadian itu padaku."


Anak-anak kelihatan ragu-ragu. Akhirnya Jupiter mengambil keputusan tegas.


"Baiklah, Sir." katanya. "Pete, tolong ambilkan karung terpal itu."


Pete pergi ke atas. Tidak lama kemudian ia sudah kembali, membawa karung terpal milik Chris yang kelihatan menggembung. Pete menumpahkan isinya ke sofa. Empat sampai lima puluh kepingan uang emas kuno yang berkilat-kilat jatuh berdencingan di atas bantal.


Mata Chief Nostigon terbelalak melihatnya.


"Astaga!" katanya. "Itu benar-benar harta bajak laut. Dan Chris yang menemukan semuanya?"


"Ya, bersama Bob dan Pete," jawab Jupiter "Dalam sebuah gua bawah air di Pulau Tangan. Chris ingin kembali ke sana dan mencari lagi. Itulah sebabnya kami merahasiakannya."


"Hmm!" Chief Nostigon menarik-narik ujung dagunya. "Yah kalian bisa mempercayai diriku. Aku takkan membuka rahasia kalian."


"Anda lihat sendiri - Chris sama sekali tidak perlu mencuri apa-apa," kata Bob bersemangat "Ia kini punya uang dan mungkin menemukan lebih banyak lagi."


"Sayang hal itu sama sekali bukan bukti Anak-anak," kata kepala polisi. "Soalnya, harta ini ditemukannya kan setelah lensa-lensa kamera dicuri. Jadi saat itu Chris belum tahu bahwa ia kemudian akan punya uang. Ini berarti bahwa semua indikasi masih tetap memberatkan dirinya."


Penjelasan itu benar. Tampang Jupiter nampak masam, ketika ia menyadarinya. Pete membenamkan tangannya ke dalam kantong.


Jupiter batuk-batuk lagi. Ia membersihkan hidungnya, lalu berbicara.


"Maaf, Chief." katanya. "Saya akui, Mr. Crenshaw, Mr. Norris dan Jeff Morton, mereka semua beranggapan bahwa rahasia Pulau Tengkorak sudah terbongkar - dan Chris yang merupakan biang keladinya. Tapi saya yakin mereka keliru. Di belakang segala kejadian ini ada orang lain, seseorang yang tidak kita ketahui. Itu pasti! Lihat saja fakta-fakta sejak awal. Kita mulai saja dengan-"


Saat itu Mrs. Barton masuk


"Makan malam sudah siap. Anak-anak," katanya. "Ah, kusangka kalian sudah selesai tadi. Yah - silakan terus, Chief."


Mrs. Barton berpaling, karena melihat keping uang emas yang bertumpuk di alas bantal di itu. Matanya melebar sesaat Kemudian ia bergegas keluar, lewat gang yang panjang menuju k pesawat telepon. Sesaat kemudian ia sudah sibuk menelepon sambil berbisik-bisik.


"Aduh, Ella May," katanya, "anak-anak yang menginap di rumahku ternyata datang untuk membantu mencari harta karun. Baru saja aku melihat setumpuk uang emas hasil pencarian mereka. Ya - mestinya mereka menemukannya di Pulau Tengkorak. Wah, aku tidak tahu berapa jumlahnya - tapi kelihaiannya banyak sekali. Mungkin itu baru bagian mereka saja. Aku berani, bertaruh, di sana pasti masih banyak lagi!"


Setelah itu Mrs. Barton menelepon temannya yang lain, sementara Trio Detektif masih sibuk berbicara dengan Chief Nostigon tanpa menyadari bahwa berita mengenai temuan mereka saat itu sedang disiarkan ke mana-mana.


Jupiter sedang memaparkan dengan singkat urutan kejadian sejak awal mulanya. Pertama-tama disebutnya cerita tentang hantu, yang menyebabkan selama bertahun-tahun tidak ada yang berani datang ke Pulau Tengkorak Kemudian diingatkannya pada Chief Nostigon segala kesulitan yang menimpa rombongan film sejak mereka datang ke Pulau Tengkorak. Diceritakannya lagi betapa ia bersama Pete dan Bob terdampar malam-malam di Tangan, ketika mereka baru saja tiba dari Hollywood.


Dan akhirnya ia mengetengahkan peringatan yang diterimanya sehari sebelumnya dari laki-laki kurus tinggi yang di tangannya ada gambar rajahan berbentuk putri duyung. Chief Nostigon mengusap-usap dagunya.


"Kemungkinannya itu Bill Ballinger." katanya. "Aneh! Benar-benar aneh. Teruskan, Nak!"


Jupiter memaparkan betapa kapal layar Chris karam karena ditabrak seseorang yang tak dikenal.


"Tidakkah sudah kelihatan jelas polanya, Chief Nostigo?" katanya mengakhiri uraiannya. "Karena di sini memang ada suatu pola tertentu. Pola itu ialah agar jangan ada orang datang ke Pulau Tengkorak. Mula-mula dengan tersebarnya berita mengenai hantu di sana. Setelah itu ketika rombongan film datang, ada seseorang yang merongrong terus supaya mereka pergi lagi.


"Ketika tersiar kabar bahwa kami bertiga akan datang, rupanya ada yang menyangka kami ini penting sekali, melebihi kenyataan sebenarnya. Karenanya Sam Robinson lantas disuruh mendamparkan kami di Tangan, agar kami ketakutan lalu cepat-cepat pulang.


"Setelah itu saya diancam, bahwa kami tidak disukai di sini dan harus kembali ke Hollywood. Hampir saat itu juga ada orang menabrak perahu Chris sehingga tenggelam, agar tidak bisa berlayar sekitar Pulau Tengkorak. Seakan-akan itu belum cukup, dilakukan pula pencurian lensa-lensa kamera itu, sedang pisau kepunyaan Chris dengan sengaja ditinggal di tempat itu, supaya ia dicurigai dan dimasukkan ke dalam penjara.


"Keseluruhannya menunjukkan adanya usaha untuk mencegah ada orang datang ke Pulau Tengkorak."


"Yah - kelihatannya memang begitu." kata kepaIa polisi. "Aku perlu memikirkan kesemuanya dulu. Tentang Chris, aku mau saja membebaskannya, sedang Dokter Wilbur bersedia membayar uang tanggungan untuknya. Tapi surat-surat pembebasannya untuk sementara perlu ditandatangani oleh Hakim Harvey. Dan saat ini ia sedang pergi untuk salah satu urusan. Kita tidak bisa berbuat apa-apa selama ia belum kembali. Tapi akan kuusahakan agar Chris bisa dibebaskan."'


Setelah itu Chief Nostigon pergi. Pete bergegas mengembalikan kepingan-kepingan uang emas ke dalam karung, lalu membawanya ke atas untuk menyembunyikannya di bawah kasur tempa tidurnya.


Ketika ia turun lagi, hidangan makan malam sudah tersaji di meja. Mrs. Barton menghidangkannya sambil tersenyum-senyum aneh. Akhirnya ketika menghidangkan puding sebagai makanan penutup, ia tidak bisa menahan diri lagi.


"Kalian ini nakal," katanya pura-pura marah "mengaku datang ke Pulau Tengkorak bukan untuk mencari harta karun."


Anak-anak menoleh ke arahnya dengan heran.


"Sungguh, Mrs. Barton -" kata Jupiter, tapi langsung dipotong oleh wanita itu.


"Aku tadi melihat!" katanya. "Aku melihat setumpuk besar uang emas kuno yang sedang kalian perlihatkan pada kepala polisi. Aku tidak bermaksud hendak mengintip, tapi ketika aku tadi masuk, kulihat tumpukannya di sofa. Hatiku berdebar-debar karenanya."


Anak-anak saling berpandangan dengan rasaan kecut.


"Anda sudah bercerita pada orang lain, Barton?" tanya Jupiter.


"Hanya pada tiga kawanku yang paling akrab saja," kata Mrs. Barton. "Aku tidak bisa menahan diri, begitu tergetar hatiku melihat harta sebanyak itu. Berapa jumlahnya?"


"Tidak sebanyak sangkaan Anda, Mrs. Barton," kata Jupiter. "Dan ditemukannya sama sekali bukan di Pulau Tengkorak."


"Aku tidak bisa kaukelabui, Anak muda!" Wanita itu menggoyang-goyangkan jari telunjuknya ke arah Jupiter. "Saat matahari terbit besok kalian takkan sendiri lagi di pulau itu. Kurasa cukup banyak orang yang akan datang ke sana untuk mengadu untung mencari harta. Ya - betul! Aku pun pasti ikut apabila masih agak lebih muda sedikit dan masih gesit. Tak enak rasanya mengatakannya, tapi orang sini agak sakit hati bahwa kalian orang luar datang kemari dan menemukan harta di Pulau Tengkorak, padahal kota ini begitu miskin dan sangat memerlukan harta itu."


Mrs. Barton membenahi piring-piring.


"Tapi aku tidak boleh terlalu banyak omong," katanya. "Aduh - aku ini kalau sudah mengoceh, tidak kenal berhenti."


Ia pergi ke dapur, meninggalkan anak-anak dalam keadaan bingung.


"Nah, itu dia!" tukas Pete. "Pasti separuh penduduk sini akan datang ke Pulau Tengkorak besok. Sekarang film itu pasti takkan bisa diselesaikan. Dan kurasa itu salah kita."


"Kurasa juga begitu," sambut Bob. "Ayahmu sebentar lagi akan mampir untuk berbicara dengan kita, Pete. Apa yang harus kita katakan padanya?"


"Terus terang saja," jawab Pete. "Betul kan Jupe?"


"Sebaiknya memang begitu," kata Jupiter sependapat "Tapi aku mendapat akal. Biarkan aku memikirkannya lebih lanjut sebentar."


Ia merenung lagi, sementara Pete dan Bob dengan lesu membalik-balik beberapa majalah lama yang ada dalam kamar duduk.


Tidak lama setelah hari gelap Mr. Crenshaw datang bersama Harry Norris. Mereka membawa kabar bahwa Roger Denton akan kembali keesokan harinya, dan pengambilan adegan-adegan film akan dimulai dalam waktu sehari dua di Pulau Tengkorak. Tapi pembuatan film singkat tentang anak-anak yang menyelam mencari harta karun sudah diputuskan pembatalannya. Kejadian dalam gua bawah air hanya merupakan salah satu alasan pembatalan itu. Keputusan mengenainya diperkuat mengingat keadaan air yang keruh, serta Jupiter yang masih terus pilek.


Dalam keadaan biasa, anak-anak pasti sangat kecewa. Tapi saat itu mereka terlalu sibuk dengari hal-hal lain, sehingga tidak begitu peduli.


Mr. Crenshaw dan Mr. Norris kaget sekali ketika mendengar cerita anak-anak tentang apa yang baru saja terjadi.


"Sekarang segala-galanya buyar!" seru Mr. Crenshaw. "Para pencari harta pasti akan datang berduyun-duyun seperti hama belalang menyerang ladang. Kita takkan bisa meyakinkan siapa-siapa bahwa kita datang kemari bukan karena hendak mencari emas bajak laut"


"Aku punya akal," kata Jupiter lambat-lambat "Maksudku, mungkin akalku itu bisa menyelamatkan keadaan. Kenapa tidak direkam saja orang-orang yang berdatangan dengan perahu ke pulau, lalu sibuk lari ke sana kemari mencari harta yang tersembunyi? Kan itu bisa dibuat film pendek misalnya dengan judul 'Demam Harta Karun'. Anda takkan bisa menyewa orang sebanyak itu. Tapi kini mereka datang atas kemauan sendiri. Pasti itu akan menjadi tontonan menarik."


Harry Norris berpikir-pikir sebentar.


"Aku mulai mendapat gambarannya." katanya kemudian. "Ya, ini memang bencana bagi kita - tapi mungkin saja kita bisa mengubahnya menjadi keuntungan. Katakanlah mulai dengan seseorang menemukan harta karun, lalu kabar mengenainya tersebar, lalu seluruh kota datang berduyun-duyun untuk melihat lalu kita merekam mereka ketika sedang sibuk menggali ... ya," katanya sambil berpaling pada ayah Pete, "kurasa kita bisa membuatnya. Yang penting kita harus mengatur perburuan harta itu. Ideku begini -"


Dengan ringkas dipaparkannya rencananya agar kesibukan penggalian bisa tetap terkendali.


"Kita jangan mencegah orang datang ke pulau! Tidak kita undang mereka agar datang dan menggali ke sana," katanya. "Kita minta Dokter Wilbur berbicara lewat pemancar radio lokal, untuk mengundang orang-orang ikut mencari harta karun di Pulau Tengkorak besok. Akan kita katakan bahwa menurut kita di sana sama sekali tidak ada harta, tapi kita undang mereka untuk meyakinkan sendiri. Kita juga menyediakan hadiah lima ratus dollar, yang bisa dimenangkan lewat undian yang diadakan malamnya. Itu pasti akan bisa meyakini kan mereka bahwa kita benar-benar tidak percaya bahwa di sana ada harta yang terpendam dalam tanah.


"Dengan begitu semua yang hendak menggali, ke sana pasti akan mendaftarkan diri untuk ikut dalam undian. Untuk itu kita mengajukan persyaratan, yaitu korsel coaster jangan sampai rusak. Malamnya kita mengadakan pesta kerang untuk semua orang, lalu mengundi hadiah yang kita sediakan. Kita bisa membuat film tentang orang yang keranjingan menggali. Kita akan memperoleh film pendek yang menarik, yang bisa kita beri judul 'Demam Harta Karun", seperi diusulkan Jupiter tadi. Lalu kalau semua sudah berlalu, orang-orang pasti akan yakin bahwa harta karun itu memang tidak ada. Kita takkan mereka ganggu lagi, dan kita bisa menyelesaikan pengambilan adegan-adegan akhir dari ‘Chase Me Faster’ dengan tenang."


"Kurasa ide itu bisa jalan," kata Mr. Crenshaw, "Kita kembali saja ke hotel sekarang, lalu menelepon Mr. Denton di Philadelphia. Sedang kalian -" ia berpaling pada Trio Detektif, "kalian tetap di sini. Cepat-cepat sajalah tidur nanti. Besok kalian boleh datang ke pulau untuk melihat keramaian di sana. Tapi saat ini jangan cari-cari perkara lagi!"


"Tapi, Yah - tentang Chris -" kata Pete, tapi langsung dipotong ayahnya.


"Biar saja anak itu meringkuk beberapa hari dalam penjara, supaya jera," kata Mr. Crenshaw dengan ketus. "Yuk, Norris - kita ke hotel!"


Keduanya pergi bergegas-gegas, sementara ketiga anak yang ditinggal terkulai di tempat masing-masing.


"Aduh-aku tadi berharap kita bisa meyakinkan mereka bahwa Chris sama sekali tidak bersalah," kata Pete. "Tapi mendengar saja pun mereka tidak mau."


"Orang dewasa kalau sudah punya ide. tidak mau mendengar kata anak-anak," kata Bob mengomentari. "Tapi kau berhasil menyelamatkan keadaan tadi, Jupe, ketika kau mengajukan gagasan untuk membuat film pendek tentang orang yang berebut-rebut mencari harta karun."


Jupiter tidak menjawab, ia sudah berpikir-pikir lagi. Ia sibuk merenungkan segala fakta yang sudah diketahui.


"Jangan terlalu banyak berpikir, nanti otakmu bisa macet," kata Pete berusaha berkelakar.


Jupiter terbatuk-batuk. Air mukanya berubah, nampak puas sekarang.


"Ada apa, Jupe?" tanya Bob, yang segera melihat perubahan itu. "Kau mendapat akal lagi?"


"Kurasa aku sudah berhasil menarik kesimpulan logis, apa sebabnya kalian menemukan uang emas kuno itu dalam gua yang tersembunyi dalam perut Pulau Tangan," kata Jupiter.


"Kau berhasil?" Nyaris saja Pete berteriak. "Coba jelaskan! Tapi singkat-singkat saja. Sekarang tidak ada waktu untuk mendengarkan ceramah panjang lebar."


"Coba kita lihat catatanmu, Bob." kata Jupiter. "Aku ingin membaca lagi tentang Kapten One-Ear, serta perlawanannya yang penghabisan menghadapi pasukan Inggris."


Ketiga remaja itu naik ke tingkat atas. masuk ke kamar mereka. Dengan cepat Bob sudah menemukan catatan yang dimaksudkan oleh Jupiter. Bob membacakan betapa suatu malam Kapten One-Ear disergap pasukan Inggris. Bajak laut itu melarikan diri dengan membawa peti hartanya, ia dikejar, lalu mendarat di Pulau Tangan. Dalam gelap ia berhasil menghindar dari kejaran. Tapi begitu hari sudah pagi. ia terkepung dan ditangkap.


Tapi kemudian ternyata peti hartanya kosong. Pihak Inggris beranggapan bahwa Kapten One-Ear membuang hartanya ke laut supaya tidak bisa dirampas. Bajak laut itu menolak untuk memberi keterangan, di bagian mana dari perairan yang lebarnya satu mil itu ia membuang hartanya, ia hanya mengatakan. "Uang emas itu sekarang berada dalam cengkeraman Setan Laut, dan takkan ada yang bisa melihatnya kembali sampai Setan Laut mau melepaskan cengkeramannya."


"Lalu?" tanya Pete.


"Belum mengerti juga?" kata Jupiter. "Menurut istilah pelaut kita, dasar laut kan disebut kamar Setan Laut Tapi One-Ear mengatakan, 'dalam cengkeraman'. Orang kalau mencengkeram, dengan apa?"


"Tentu saja dengan tangan!" seru Bob bersemangat "Astaga, Jupe! Maksudmu -"


Jupiter mengangguk.


"Itu satu-satunya jawaban yang masuk akal," katanya. "Ketika menyadari bahwa ia tidak mungkin bisa meloloskan diri lagi. Kapten One-Ear lantas menuangkan seluruh harta hasil rampasannya ke dalam lubang sembur itu. Kemudian diejeknya pihak Inggris dengan mengatakan bahwa harta itu sudah berada dalam cengkeraman Setan Laut dengan maksud ada dalam Tangan. Apabila saat itu orang-orang Inggris berhasil menebak maksudnya, mereka tetap takkan bisa mengambil harta itu. Jadi selama itu hartanya tersimpan terus dalam gua bawah air."


"Kalau begitu masih banyak lagi keping uang emas itu!" seru Pete. "Chris benar - dalam gua itu mungkin masih terdapat harta yang berlimpah ruah!"


"Kurasa tidak," kata Jupiter. "Jangan lupa, yang dituangkan ke dalam lubang itu uang emas dalam keadaan lepas. Selama tiga abad. cukup banyak waktu bagi arus pasang serta ombak untuk membenamkan keping-keping itu dalam-dalam atau menghanyutkannya ke dalam teluk. Mungkin di tempat itu masih ada beberapa keping lagi yang, terpendam di bawah pasir. Tapi kurasa jumlahnya tidak banyak. Kalian menemukan yang masih tersisa di situ."


Pete mendesah, tanda kecewa.


"Kau ini selalu logis jalan pikiranmu." Katanya. "Tapi kurasa kau benar. Tapi untuk Chris kuharapkan ia masih berhasil menemukan lebih banyak lagi, supaya ia bisa membawa ayahnya pulang ke Yunani."


Kalimat Pete yang terakhir, mengingatkan ketiga remaja itu pada masalah yang sedang dihadapi. Perasaan mereka menjadi suram kembali. Tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Karenanya mereka memutuskan lebih baik cepat-cepat tidur.


Pete dan Bob langsung terlelap. Tapi Jupe belum bisa tidur. Otaknya berputar cepat. Masih ada satu misteri lagi yang perlu ditemukan jawabannya, ia merasa yakin bahwa semua fakta sudah ada padanya. Sekarang tinggal menyusutnya saja, supaya diperoleh gambaran yang jelas.


Ia berpikir tentang Kapten One-Ear yang membuang hartanya ke dalam lubang sembur, untuk mempermainkan orang-orang Inggris yang mengejarnya. Tiba-tiba Jupiter teringat pada sepotong pembicaraan yang pernah didengar tadi, setelah itu sudah hampir dilupakannya lagi. Dan begitu ia teringat lagi, segala-galanya langsung menjadi jelas baginya. Jupiter terduduk di tempat tidurnya.


"Itu dia!" katanya. "Sepuluh tahun. Ya - mestinya itulah yang terjadi Bob! Pete! Bangun!"


Kedua temannya terbangun sambil menguap.


"Ada apa, Jupe?" tanya Pete. "Kau bermimpi buruk?"


"Tidak!" kata Jupiter bersemangat "Kalian berdua cepat-cepat berpakaian, lalu pergi ke Pulau Tengkorak. Aku baru saja berhasil mengetahui rahasia yang sebenarnya!"


Cepat-cepat dijelaskannya apa yang baru saja selesai dipikirkan olehnya, sementara Pete dan Bob mendengarkan sambil melongo.


"Kau ini memang jenius, Jupe!" kata Pete kagum, ketika Jupiter selesai bercerita. "Kau pasti benar - karena itu satu-satunya jawaban yang benar-benar cocok!"


"Aku tak mengerti kenapa begitu lama aku baru bisa menemukannya," kata Jupiter. "Tapi pokoknya aku yakin itulah jawaban yang benar. Sekarang kalian berangkat ke sana, lalu mengecek benar tidaknya hasil pemikiranku tadi. Setelah itu bangunkan ayahmu, Pete. begitu pula orang-orang yang lain. Tunjukkan hasil penemuan kalian pada mereka. Lalu serahkan selanjutnya pada mereka."


Jupiter nampak seperti menyesal.


"Aku sebetulnya ingin ikut ke sana, tapi seluruh persendianku nyeri rasanya," katanya.


"Sudah cukup banyak yang kaulakukan, Jupe," kata Bob. "Dengan ini kedudukan kita pasti berubah nanti. Enak juga rasanya sekali-sekali menjadi pahlawan. Tapi kenapa kita tidak langsung saja membangunkan mereka, supaya kita dibantu mencari?"


"Karena mungkin saja aku keliru," kata Jupiter. "Mereka pasti akan marah pada kita karena dibangunkan. Dengan jalan begini, jika aku ternyata keliru kalian bisa kembali dengan diam-diam kemari. Takkan ada orang lain yang tahu."


"Baiklah," kata Pete. "Aku sebetulnya lebih setuju jika kita memberi tahu ayahku. Tapi kita ikuti saja rencanamu itu."


Lima menit kemudian ia dan Bob sudah siap untuk berangkat. Mereka tidak lupa membawa senter. Kedua remaja itu berjalan berjingkat-jingkat] menuruni tangga, lalu menyelinap ke luar.


Jupiter berbaring kembali, ia merasa tidak enak. Ia menyesali diri kenapa saat itu harus pilek. Tapi apa yang hendak dikatakan - itu sudah terjadi. Lagi pula, kan sama sekali tidak ada bahaya -


Sama sekali tidak ada bahaya?


Jupiter nanar sesaat karena ada pikiran lain melintas dalam benaknya. Siapa bilang tidak ada bahaya? Bahkan ada bahaya besar yang mengancam. Hal itu pasti sudah terpikir olehnya sejak tadi, jika ia tidak begitu merasa puas terhadap dirinya sendiri.


Aduh - bahkan ada kemungkinan Pete dan Bob tewas sebagai akibat keteledorannya itu!



Bab 17 TERJEBAK


Pete mengayuh sepenuh tenaga. Mereka tadi bernasib mujur, menemukan sebuah sampan kecil tertambat di pangkalan yang disewa rombongan film. Dan kini kedua remaja itu sedang menuju Pulau Tengkorak, diterangi cahaya remang bintang-bintang di langit.


"Itu dia," bisik Bob, ketika pulau yang dituju tiba-tiba muncul di depan mereka. Kelihatannya seperti onggokkan hitam dalam gelap.


Pete tajam sekali perasaannya dalam mengenali arah. Perahu dikayuhnya menuju teluk kecil yang terdapat dekat Taman Hiburan. Daratan semakin merapat dan akhirnya nampak di kedua sisi. Pete mengayuh pelan-pelan, sampai haluan sampan mencecah pasir. Bob meloncat ke luar lalu menarik sampan keluar dari air.


"Sekarang kita harus berjalan melalui taman hiburan," kata Pete dengan suara pelan. "Setelah itu menyusur jalan setapak menuju gua. Coba Jupe tadi tidak melarang kita membangunkan ayahku."


"Ya - aku juga tidak keberatan jika ada yang menemani sekarang," kata Bob sependapat. "Bagaimana - bisakah kau menemukan jalannya! dalam gelap, Pete?"


"Tentu," kata Pete. Tapi ia ragu sejenak Saat itu gelap gulita. Dan sunyi sepi. Yang terdengar hanya bunyi air berkecipak di pantai. Kemudian ia berkata lagi. "Yah - sebaiknya kita berangkat saja sekarang."


Ia berjalan mendului. Senter dinyatakannya sebentar-sebentar saja asal bisa melihat ke depan sekilas. Sesaat kemudian mereka sudah berada dalam Taman Hiburan yang tinggal sisa sisanya saja.


Kerangka penunjang alur coaster nampak hitam, menjulang di depan langit kelam. Kerangka! itu dijadikan patokan oleh Pete. Ia berjalan mengitarinya, lalu lewat dekat korsel. Ia berhenti ketika tiba di pagar sebelah belakang kompleks.


"Persetan," katanya dengan suara pelan. "Ayah akan kubangunkan sekarang. Bukan karena aku gugup, walau aku memang gugup saat ini - tapi ayahku perlu mengetahui apa yang sedang kita lakukan. Bagaimana juga, ia tadi kan melarang kita pergi dari rumah Mrs. Barton - yah, pokoknya kurasa ia perlu tahu hasil pemikiran Jupe tadi."


"Baiklah," kata Bob dengan pelan sekali. "Kita bangunkan ayahmu. Bagiku juga lebih enak begitu."


Keduanya berbalik. Tapi saat itu juga mereka terhenti, sementara jantung mereka berdebar keras.


Di belakang mereka ada orang. Seseorang bertubuh besar. Orang itu kini menyorotkan cahaya menyilaukan ke muka mereka.


"Jangan bergerak," geram orang itu. "Kalian tertangkap basah."


Bob dan Pete seperti terpaku di tempat masing-masing. Mereka tidak bisa melihat apa-apa. karena disilaukan sinar yang diarahkan ke mata mereka. Tapi kemudian orang yang menyergap mereka itu terdengar berseru dengan heran.


"Astaga! Bob dan Pete! Sedang apa kalian, menyelinap dengan diam-diam di sini?"


Cahaya terang diarahkan ke tanah. Kini Bob dan Pete bisa melihat orang yang di depan mereka. Tapi mereka sudah mengenali suaranya. Orang itu Tom Farraday, penjaga di situ.


"Kalian bisa celaka tadi," katanya. "Kusangka kalian orang yang hendak merusak alat hiburan yang sudah dibetulkan. Sekarang katakan maksud kalian kemari."


"Jupiter sudah berhasil mengetahui rahasia pulau ini." kata Bob. "Kami kemari ini untuk memeriksa apakah ia benar."


"Rahasia pulau ini?" Tom Farraday kedengarannya merasa heran. "Apa yang kaumaksudkan?"


"Di pulau ini ada harta yang disembunyikan orang," kata Pete menjelaskan. "Setidak-tidaknya begitulah keyakinan Jupiter."


"Harta?" Terdengar jelas bahwa penjaga itu tidak percaya. "Harta apa?"


"Begini -" kata Pete hendak menjelaskan. Tapi ia dipotong oleh Bob.


"Berkat Anda Jupiter bisa mengetahuinya." katanya. "Anda yang memberikan petunjuk yang menentukan."


"Tunggu dulu!" kata penjaga itu menggerutu. "Aku malah semakin bingung sekarang."


"Anda kan pernah bercerita pada kami." kata Bob. "Tentang kedua bersaudara Ballinger yang mencegat mobil pengangkut uang yang Anda kawal sepuluh tahun yang lalu. Mereka mengambil uang sebanyak seratus ribu dollar dari dalamnya, sedang lengan kiri Anda cacat karena mereka."


"lalu -?"


"Yah," sambung Bob. "Anda juga menceritakan bahwa kedua Ballinger itu kemudian ditangkap oleh Penjaga Pantai dalam perahu yang mogok. Penjaga pantai melihat mereka melemparkan beberapa bungkusan ke dalam air. Semua menyangka itu pasti uang yang mereka curi."


"Tentu saja, karena apa lagi kalau bukan itu?"


"Nah." kata Bob. "sejak sepuluh tahun yang lalu pula mulai tersebar desas-desus tentang hantu korsel, supaya orang takut datang kemari. Menurut Jupiter. tidak mungkin hanya kebetulan saja perampokan itu terjadi sepuluh tahun yang lalu dan aksi menakut-nakuti orang supaya jangan mau kemari. Juga mulai dilancarkan saat itu pula. Menurut pendapatnya, pasti antara keduanya ada hubungan."


"Aku tidak mengerti maksudmu." Dari suaranya terasa bahwa Tom Farraday bingung.


"Masakan belum mengerti juga?" kata Pete dengan nada sok tahu. "Kedua Ballinger itu berusaha melarikan diri dengan perahu. Tapi mereka sial mesin perahu rusak di tengah jalan. Tapi rupanya mereka masih bisa datang ke Pulau Tengkorak ini dan menyembunyikan uang hasil perampokan mereka di sini. Setelah itu mereka berangkat lagi, supaya jika mereka akhirnya tertangkap juga semua akan menyangka bahwa uang itu lenyap entah ke mana. Dengan begitu apabila mereka keluar lagi dari penjara, mereka akan bisa datang kemari dengan diam-diam untuk mengambilnya lalu pergi lagi tanpa diketahui siapa pun.


"Anda sendiri yang bercerita. Kedua orang itu sudah keluar dari penjara beberapa minggu yang lalu. Tapi rupanya mereka belum bisa datang mengambil uang itu. Dengan adanya rombongan film di pulau ini, mereka takut tertangkap basah."


"Astaga!" seru Tom Farraday. "Kata-katamu itu masuk akal! Tapi anggaplah kedua Ballinger itu benar-benar menyembunyikan uang itu di sini - apakah teman kalian tahu tempatnya?"


"Kata Jupiter tadi, uang itu pasti disembunyikan di salah satu tempat yang tinggi dan kering," kata Bob. "Karung terpal dan uang kertas, kalau ditanam dalam tanah pasti hancur. Sedang tempat terbaik di pulau ini yang letaknya tinggi dan kering-"


"Gua yang ada di atas bukit!" seru Tom Farraday "Di sana banyak celah di sela-sela batu, di mana karung-karung uang itu bisa disembunyikan dengan baik!"


"Pendapat Jupiter juga begitu," kata Pete. "Itu satu-satunya tempat yang cukup tinggi dan kering, di mana uang kertas bisa disimpan dengan aman."


"Tapi besok di pulau ini akan muncul beratus-ratus orang yang ikut dalam acara pencarian harta secara besar-besaran," sela Bob. "Pasti dari orang sebanyak itu ada yang nantinya akan mencari dalam gua. Karena itulah kami langsung kemari malam ini untuk mencari uang yang tersembunyi itu."


"Astaga! Kurasa kalian mungkin benar!" seru Tom Farraday. "Bayangkan, sepuluh tahun lamanya uang sebanyak itu tersembunyi dalam gua tanpa ada yang menyangka, sampai kalian datang kemari. Kenapa selama ini tak ke situ pikiranku? Yah - hanya ada satu yang perlu dilakukan sekarang. Kita pergi melihat, apakah uang itu benar-benar ada di situ."


"Kami sebetulnya hendak memanggil Mr. Crenshaw," kata Bob.


"Jangan," kata Tom Farraday. "Biarkan orang-orang film tidur, karena besok mereka harus bangun pagi sekali Jika kita nanti menemukan uang itu kita bawa semuanya ke bawah lalu kita bangunkan mereka. Tapi jika kita tidak menemukannya, kalian berdua bisa pergi lagi dengan diam-diam tanpa ada yang mengetahui."


"Yah -" kata Pete. Tapi sementara itu Tom Farraday sudah berbalik.


"Ikut aku," katanya. "Aku tahu jalannya."


Dengan cepat ia berjalan di sela-sela pohonan, sementara Bob dan Pete menyusul dekat di belakangnya. Keadaan sekeliling sepi dan menyeramkan. Bob senang bahwa mereka tadi berjumpa dengan Tom Farraday. Ia merasa lebih aman karena laki-laki berbadan tinggi besar itu ada bersama mereka.


Tiba-tiba Bob terdengus. Ia dicengkeram seseorang yang tahu-tahu muncul dari balik pohon.


"Mr. Farraday! Tolong!" Hanya itu saja yang dapat diucapkannya, karena saat berikut mulutnya disekap kuat-kuat sehingga ia tidak bisa berkutik lagi.


Didengarnya bunyi pelan di belakangnya, disusul dengusan Pete. Setelah itu sunyi lagi. Tapi Tom Farraday yang berjalan di depan membawa senjata. Tidak ada orang menyerangnya, ia tentu -


Tom Farraday berpaling. Kelihatannya ia sama sekali tidak heran, ia juga tidak mengambil pistolnya.


"Bagus!" katanya "Mereka tidak sempal berteriak."


"Ya - tapi bukan karena jasamu!" tukas orang yang menyekap Bob. "Bagaimana kalau mereka tadi pergi dulu membangunkan orang-orang film? Pasti kita akan mengalami kesulitan!"


"Tapi itu tidak mereka lakukan, Jim - dan kini mereka ada di tangan kita," kata Tom Farraday dengan nada gelisah. "Jadi semuanya beres."


"Apanya yang beres!" kata laki-laki kurus tinggi yang meringkus Pete. "Sekarang kita harus menyingkirkan mereka. Tapi itu urusan nanti. Kita bawa saja mereka dulu ke perahu. Sesudah itu kita mengambil uang. Kemudian baru kita bereskan anak-anak yang suka mencampuri urusan orang lain ini."


"Ya, baiklah Bill," kata Tom Farraday cepat-cepat "Betulkah kata mereka tadi. uang itu ada dalam gua?"


"Kau tidak perlu tahu apakah itu benar atau tidak. Itu urusan kami!" tukas orang yang memegang Bob.


"Tapi juga urusanku!" kata Tom Farraday. "Bagaimanapun sepertiga dari uang itu milikku - dan sudah sepuluh tahun aku menunggunya. Belum lagi lenganku yang cacat karena kecerobohanmu!"


"Diam! Jangan mengoceh terus!" bentak orang yang bernama Bill. "Kau akan mendapat bagianmu. Sekarang buka bajumu dan kaurobek-robek. Kita harus menyumpal mulut anak-anak ini. serta mengikat tangan mereka."


"Tapi -"


"Cepat!"


"Ya deh, ya deh!"


Tom Farraday membuka jasnya Dilepaskannya kemejanya, lalu dirobek-robeknya menjadi potongan-potongan memanjang. Sementara itu otak Bob yang semula macet, sudah mulai bekerja lagi. Bill dan Jim - itu kan nama kedua abang adik Ballinger. Dan melihat kenyataannya kini, rupanya Tom Farraday bersekongkol dengan mereka. Mestinya dari semula ia sudah ikut merencanakan perampokan itu. Ia membiarkan dirinya dipukul agar tidak dicurigai. Tapi ia dipukul terlalu keras, sehingga tulang selangkanya patah. Sejak itu ia menunggu-nunggu Jim dan Bill Ballinger datang untuk mengambil uang yang mereka sembunyikan, agar ia bisa mendapat bagiannya.


Bob berhenti berpikir sebentar, ketika tangan yang menyekap mulutnya dilepaskan. Bob membuka mulut. Maksudnya hendak berteriak. Tapi saat itu juga Tom Farraday menjejalkan segumpal kain sobekan kemejanya. Sepotong kain lagi dilintangkan ke mulut lalu diikat ke belakang, supaya sumpal itu tidak bisa terlepas. Setelah itu lengan Bob diputar ke belakang. Kedua pergelangan tangannya diikat oleh Tom Farrady dengan kain sobekan kemeja. Kini Bob tidak bisa apa-apa lagi.


Pete juga mengalami perlakuan sama. Kemudian Bill dan Jim Ballinger menyentakkan leher jaket kedua remaja itu.


"Sekarang jalan di depan!" sergah Bill Ballinger dekat telinga mereka. "Dan jangan berbuat aneh, jika tidak ingin menyesal nanti!"


Bob berjalan tersaruk-saruk di atas tanah yang tidak rata. Didengarnya betapa Pete didorong-dorong di belakangnya. Kedua remaja itu tidak tahu berapa jauh mereka berjalan dalam gelap saat itu. Rasanya lama sekali mereka tersaruk saruk terus. Akhirnya mereka sampai di tepi air yang berpantai kerikil. Samar-samar nampak sebuah perahu motor besar yang ditarik naik ke pantai.


"Ayo naik!" sergah Bill Ballinger. Dengan susah payah Bob dan Pete memanjat naik lewat haluan perahu motor itu. menuju tempat terbuka di depan mesin.


"Sekarang berbaring!" bentak Ballinger. Didorongnya kedua remaja itu sehingga mereka jatuh saling menindih. "Tolong ambilkan tali pancing. Jim! Aku hendak memastikan anak-anak ini tidak bisa melarikan diri sementara kita sedang sibuk."


Sesaat kemudian Bob merasa dirinya dibebat dengan tali pancing yang kokoh, sampai ia terikat erat seperti bungkusan yang rapi. Bill dan Jim mendorongnya ke samping, lalu mulai mengikat Pete.


Sambil bekerja kedua bersaudara itu bercakap-cakap dengan suara pelan, tapi bernada marah. Mereka jengkel sekali pada anak-anak karena menemukan harta karun waktu itu dan karenanya menjadi pangkal sebab pencarian harta secara besar-besaran. Dari percakapan itu Bob memperoleh kesan bahwa mereka sebenarnya hendak menunggu dulu dengan tenang. Sebelum keadaan aman sama sekali, mereka tidak mau menghampiri tempat persembunyian hasil perampokan mereka. Tapi kemungkinan bahwa pulau akan dibanjiri pencari harta memaksa mereka mengambil tindakan dengan segera, walau dengan risiko besar.


"Nah!" kata Bill Ballinger kemudian. "Sekarang kedua belut kecil ini takkan bisa lagi meloloskan diri. Yuk, Jim, kita ambil uang itu. Jangan membuang-buang waktu lebih banyak lagi!"


Kedua penjahat itu turun dari perahu.


Di pantai Jim Ballinger berkata dengan suara pelan pada Tom Farraday, "Kau di sini saja Tom, untuk mengatasi perahu kita. Kau tirukan suara bunyi hantu, jika nanti perlu memberi tahu kami."


Bob dan Pete mendengar penjaga itu bertanya dengan gelisah. "Apa niat kalian dengan mereka nanti? Mereka pasti akan berbicara, melibatkan diriku -"


Terdengar salah seorang dari kedua Ballinger bersaudara tertawa. Bunyinya tidak enak.


"Mereka takkan membuka mulut," katanya. "Mereka akan kami bawa. Kau tak perlu tahu rencana kami. Tapi kalau kami sudah pergi nanti, kau harus membalikkan sampan mereka lalu kauletakkan ke tengah. Besok kalau ditemukan dalam keadaan mengambang, orang pasti akan menyangka mereka mengalami kecelakaan lalu hanyut ke tengah laut."


"Yah - baiklah. Kurasa memang tidak ada jalan lain," kata Tom Farraday. Di luar kemudian sunyi lagi, sementara langkah kaki kedua Ballinger bersaudara semakin menjauh bunyinya.


Anak-anak mendengar Tom menggumam seorang diri.


"Jadi itu sebabnya kenapa semua teman dan kerabat mereka menyebarkan cerita-cerita bohong, mengaku melihat hantu! Rupanya supaya tidak ada yang berani datang ke pulau ini! Coba dari semula aku sudah tahu, uang itu bisa kumiliki sendiri semuanya!"


Bob terbaring miring di samping Pete. Ia mencoba bicara. Tapi yang terdengar hanya suara tersumbat. Sekuat tenaga dicobanya meraih simpul tali yang mengikat pergelangan tangannya. Tapi sia-sia.


Bab 18 PERTOLONGAN YANG TAK TERSANGKA


Keadaan mereka benar-benar gawat, pikir Bob dengan lesu. Belum pernah mereka berada dalam keadaan segawat saat itu. Dugaan Jupiter tepat Uang yang dirampok dari mobil pengangkut uang itu memang disembunyikan di Pulau Tengkorak. Tapi ia tidak menduga bahwa Tom Farraday ikut bersekongkol dengan para perampok, ia juga tidak memperkirakan bahwa Bill dan Jim Ballinger akan datang mengambilnya malam itu, karena besok akan ada pencarian harta karun secara besar-besaran.


Bob tidak mau membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya, ia berbaring diam-diam sambil mendengar bunyi air mengenai buritan perahu. Tiba-tiba perahu bergerak agak keras. Bob membuka matanya. Dilihatnya sesosok tubuh menyelinap naik ke perahu dari buritan.


Orang yang datang itu bergerak menunduk, sehingga tidak kelihatan oleh Tom Farraday yang ada di pantai. Orang itu kemudian merangkak di samping mesin, menuju Bob dan Pete.


Sesaat Bob hanya mendengar bunyi napas. Kemudian didengarnya suara berbisik.


"Hai! Jangan takut. Ini aku - Chris!"


Chris! Bagaimana mungkin ia tahu-tahu sudah ada di situ? Bukankah ia berada dalam penjara?


"Jangan bergerak, sementara aku melepaskan ikatanmu," bisik Chris di telinga Bob.


Rasanya lama sekali anak Yunani itu sibuk membuka tali yang diikatkan Bill Ballinger tadi. Tapi akhirnya Bob bebas. Dengan hati-hati direntangkannya tangan dan kaki yang terasa kaku.


"Chris -" bisiknya.


"Sssst!" desis anak Yunani itu. Merangkaklah ke buritan. Di situ bersiap-siap untuk masuk ke air. Sekarang akan kubebaskan Pete."


Bob merangkak menuju buritan. Di situ dilepaskannya sepatu kanvasnya, ia tidak mau dibebani apa-apa apabila harus berenang nanti.


Sesaat kemudian Pete dan Chris sudah berada di sampingnya. Mereka datang nyaris tanpa terdengar.


"Sekarang turun ke air," bisik Chris. "Berpegang ke kemudi."


Sebetulnya banyak sekali yang hendak ditanyakan oleh Bob. Tapi itu bisa menunggu. Dengan hati-hati sekali ia meluncur ke air, diikuti oleh Pete


"Bagaimana Ia tahu-tahu bisa ada di sini?" bisik Pete.


"Entahlah, pokoknya aku senang bahwa ia datang," balas Bob sambil berbisik pula.


Chris meluncur ke dalam air.


"Sekarang kita berenang," katanya. "Badan dimiringkan, supaya tidak ada bunyi. Ikuti aku."


Chris meluncur seperti belut dalam air. menjauhi perahu, ia berenang mengikuti garis pantai. Bob menyusulnya, ia agak menyesal, kenapa ia tadi tidak sekaligus melepaskan celana panjang dan jaketnya.


Ketiga remaja itu berenang tanpa bunyi, dengan kepala dekat ke air. Setelah sepuluh menit, mereka mengitari ujung sebuah tanjung kecil. Mereka sudah tidak kelihatan lagi dari tempat Tom Farraday dekat perahu.


Kini Chris mengajak mereka menuju daratan, ke suatu tempat di mana semak belukar tumbuh sampai ke tepi air. Chris merunduk lalu beringsut-ingsut naik sampai berada di sela dua batu besar. Pete dan Bob menyusulnya ke situ. Ternyata dari tempat itu mereka bisa melihat perahu motor tadi yang nampak samar sekitar seratus meter dari situ.


"Sekarang kita bisa bercerita, asal jangan keras-keras." kata Chris. "Mereka takkan bisa menemukan kita di sini."


"Bagaimana kau bisa sampai di sini?" tanya Bob dan Pete serempak. Chris tertawa kecil. Sambil berbisik-bisik, ia bercerita. Sore itu Chief Nostigon kembali ke penjara, dengan keyakinan bahwa Chris tidak bersalah, ia berhasil menemukan hakim yang menentukan bahwa anak itu bisa dibebaskan, asal ada uang jaminan lima puluh dollar. Chief Nostigon sendiri yang membayar uang jaminan itu. Kemudian Chris dibebaskannya, setelah diberi makan sampai kenyang.


"Aku lalu pulang." kata Chris. "Kujumpai keadaan ayahku lumayan, ia dirawat seorang wanita, tetangga kami. Tapi kemudian aku berpikir-pikir. Kenapa sampai pisauku ada di tempat pencurian di pulau ini? Pasti ada yang menaruhnya ke situ. Pisau itu kan hilang. Tapi di mana hilangnya? Aku teringat, mestinya di depan gua, ketika aku ke situ untuk mempermainkan kalian. Dan satu-satunya orang yang waktu itu mungkin menemukannya, adalah Tom Farraday. Kurasa ia menemukan pisauku itu lalu meletakkannya di tempat pencurian, supaya aku yang dituduh mencuri di situ. Tom pasti melakukannya dengan maksud tertentu.


"Kuputuskan untuk mengamat-amati Tom Farraday. Kupinjam sampan dari seorang teman ayahku, lalu aku berdayung dengan diam-diam kemari setelah hari gelap."


Chris memperhatikan penjaga itu berangkat untuk melakukan patroli mengelilingi pulau. Dilihatnya orang itu berhenti di tempat perahu motor itu sekarang berada lalu menyorotkan senternya tiga kali berturut-turut. Kedua Ballinger bersaudara mendayung perahu mereka ke tepi, lalu turun ke darat Kemudian mereka mendengar bunyi Pete mendayung sampan menuju pulau.


"Caramu mendayung tidak begitu baik. Pete," kata Chris sambil tertawa geli. "Bunyinya mencebur-cebur. Kedua Ballinger pergi bersembunyi, sementara Tom Fanaday menyongsong untuk mengantarkan kalian ke dalam jebakan. Sesaat aku bingung, tidak tahu apa yang harus kulakukan. Mungkin sebaiknya kudatangi saja perkemahan orang-orang film. Tapi bagaimana jika mereka tidak mau percaya? Bagaimana jika mereka mengira aku kembali untuk mencuri lagi? Lalui kuputuskan untuk tetap berada di tempat ini. Barangkali aku akan memperoleh peluang untuk menolong kalian. Kemudian kulihat kalian disuruh masuk ke dalam perahu, lalu kedua Ballinger kembali ke darat untuk pergi ke gua. Aku masuk ke air. lalu membebaskan kalian. Nah - kini akan ada pertunjukan asyik!"


"Kau hebat, Chris!" kata Pete. "Tapi pertunjukan? Apa maksudmu?"


"Ssst, kedua Ballinger sudah kembali. Lihat sajalah nanti!" bisik Chris.


Samar-samar nampak sosok tubuh kedua Ballinger bersaudara mendatangi Tom Farraday Masing-masing memanggul dua karung besar.


"Semuanya beres di sini?" tanya Bill Ballinger! Suaranya terdengar jelas di atas air.


"Beres," jawab Tom Farraday. "He - aku minta bagianku sekarang saja."


"Sabar dulu dong!" kata Bill sambil membentak. "Yuk, Bill! Lemparkan karung-karung itu ke dalami perahu, lalu kita berangkat!"


Keduanya maju tanpa mengacuhkan penjaga yang menghadang, lalu melemparkan karung-karung uang ke dalam perahu.


"He! Anak-anak itu tidak ada lagi di sini!" seru Bill Ballinger dengan tiba-tiba. "Kau yang melepaskan mereka, Tom!"


"Tidak!" balas penjaga itu dengan marah "Mustahil mereka tidak ada lagi!"


Tom Fanaday menyorotkan senternya ke dalam perahu. Saat itu juga dilihatnya tali pancing yang tadi dipakai untuk mengikat Pete dan Bob.


"Mereka betul-betul tidak ada lagi!" katanya; dengan bingung. "Tapi itu kan mustahil! Mana mungkin mereka lenyap begitu saja, di depan hidungku?"


"Mereka berhasil membebaskan diri. Kita harus cepat-cepat pergi dari sini!" kata Jim Ballinger. "Cepat masuk ke perahu. Bill!"


"Lalu bagaimana dengan aku?" kata Tom Fanaday memprotes. "Sepuluh tahun lamanya aku menunggu bagianku. Sepuluh tahun! Jika aku mendapat semuanya pun. masih belum cukup sebagai pengganti lenganku yang cacat karena kalian. Kecuali itu jika anak-anak tadi bebas, mereka pasti mengoceh nanti. Dan sebagai akibatnya, aku dijebloskan ke dalam penjara!"


"Itu urusanmu sendiri!" tukas Jim Ballinger dengan kasar. "Kalau kami, ada kapal pelayaran liar menunggu untuk membawa kami ke Amerika Selatan. Ayo dorong, Bill!"


Bill Ballinger mendorong perahu motor turun ke air, lalu meloncat masuk. Jim Ballinger menekan tombol penghidup mesin Terdengar bunyi starter mendesir. Tapi mesin perahu motor itu tidak mau hidup. Jim mencoba sekali lagi. Sia-sia.


"Mesinnya tidak mau hidup!" seru Jim Ballinger. Suaranya terdengar agak cemas. "Tom! Kauapakan mesinnya tadi?"


"Tidak kuapa-apakan," balas penjaga itu dari pantai. "Tapi syukur mati! Sekarang coba kalau kalian bisa jatuh ke tanganku!"


"Coba terus, Jim!" desak Bill Ballingger "Kita harus cepat-cepat pergi dari sini!"


Berulang kali tombol ditekan. Tapi mesin perahu tetap tidak bisa hidup.


Chris tertawa-tawa karena merasa senang.


"Kabel-kabel busi kucabut tadi." katanya. "Mereka tidak bisa ke mana-mana. Sekarang kita panggil orang-orang dari perkemahan supaya mereka itu dibereskan."


Tapi sebelum ketiga remaja itu sempat beranjak dari tempat mereka, mereka mendengar bunyi mesin menderu menuju pulau. Dua buah perahu motor melaju ke arah mereka, dengan lampu-lampu sorot yang terang menembus kegelapan.


Kedua Ballinger bergegas-gegas mengambil dayung, lalu mengayuh perahu motor mereka mendekati pantai. Begitu dekat, mereka meloncat ke darat lalu langsung lari ke arah tempat anak-anak bersembunyi.


"Akan kita cegah mereka minggat!" seru Chris sambil cepat-cepat bangkit Diambilnya sepotong kayu yang dilempar ombak ke pantai, lalu cepat-cepat bersembunyi dengannya di balik sebuah batu besar. Ketika penjahat yang lari paling depan lewat di situ. Chris menjulurkan kayu yang dipegangnya dan Jim Ballinger langsung jatuh terjerembab.


Bill Ballinger tersandung kaki saudaranya dan ikut jatuh. Dengan cepat Chris menerpa keduanya.


"Kalian menyebabkan aku dikurung dalam penjara!" kata Chris sambil berteriak-teriak. "Kalian membuat aku disangka orang pencuri! Kubalas kalian sekarang!"


Chris memeluk Jim Ballinger. supaya orang itu tidak bisa bangun. Tapi Bill mengangkat Chris, lalu melemparkan ke samping. Anak itu jatuh membentur Bob dan Pete yang saat itu datang untuk membantu.


Tapi sementara ketiga remaja itu jatuh berkaparan ke tanah, ada orang lain mencampuri perkelahian itu. Tom Farraday datang menyerbu lalu menerjang kedua Ballinger. Ketiga-tiganya roboh sambil saling memukul.


"Kalian mau membawa lari bagianku, ya!" teriak Tom Farraday. "Aku hendak kalian tinggalkan seorang diri menghadapi kesulitan!"


Ternyata Tom kuat sekati, walau satu lengannya cacat Bill dan Jim Ballinger tidak bisa melepaskan diri dari sergapannya. Ketiga orang itu berguling-guling di pantai, dan akhirnya tercebur masuk ke air. Setelah bergumul beberapa saat akhirnya Tom berhasil membenamkan kepala kedua lawannya ke dalam air. Bill dan Jim langsung lemas.


"Lepaskan mereka! Nanti mereka mati!" Terdengar suara seseorang berseru dengan lantang. Anak-anak begitu asyik menonton perkelahian itu sehingga tidak melihat kedua perahu motor mencecah pantai tidak jauh dari situ. Beberapa orang laki-laki berlompatan turun. Kepala polisi Fishingport, Chief Nostigon, menyorotkan senternya yang terang ke arah ketiga orang yang berada dalam air. Tangannya yang satu lagi menggenggam pistol.


"Lepaskan mereka, Tom!" seru kepala polisi itu sekali lagi. Tapi penjaga yang mengamuk itu kelihatannya sudah bertekad hendak menenggelamkan kedua bekas kawannya. Diperlukan tenaga empat orang untuk menariknya agar melepaskan Bill dan Jim Ballinger. Kedua penjahat itu ditarik keluar dari air. Mereka megap-megap dengan lemah.


Ketiga orang itu d borgol. Setelah itu Chief Nostigon menyorotkan senternya ke arah Chris, Pete dan Bob.


"Wah - kalian selamat. Syukurlah!" kata kepala polisi itu. "Tapi. Chris - bagaimana kau tahu-tahu ada di sini?"


"Ia menyelamatkan kami dan mencegah usaha kedua Ballinger melarikan diri, Chief," kata Bob cepat-cepat "Tapi Anda sendiri - bagaimana Anda bisa sampai muncul di sini? Apakah Anda menduga para penjahat akan datang kemari malam ini untuk mengambil uang yang mereka sembunyikan di sini?"


"Sayangnya tidak," kata Chief Nostigon. "Aku sama sekali tidak menduga bahwa mereka menyembunyikan uang hasil perampokan itu di Pulau Tengkorak. Kalian harus mengucapkan terima kasih pada kawan kalian, Jupiter Jones. Sekitar empat puluh menit yang lalu ia muncul di kantor polisi dengan cerita yang luar biasa tentang uang yang disembunyikan, dan bahwa kedua Ballinger mungkin akan datang malam ini untuk mengambilnya, karena besok pasti sudah terlambat. Aku tidak tahu mengapa aku tadi mau mempercayai ceritanya itu. Tapi kenyataannya begitu. Bersama beberapa anak buahku aku langsung kemari - dan ternyata dia benar!" Chief Nostigon berpaling. "Jupiter? Kau di mana? In kawan-kawanmu, semuanya selamat!"


Jupiter turun dari perahu motor ke pantai, lalu berjalan dengan lunglai ke arah mereka.


"Aku tadi benar-benar tolol, menyuruh kalian kemari tanpa terpikir bahwa kedua Ballinger mungkin akan datang malam ini untuk mengambil uang yang mereka sembunyikan di sini," katanya. "Baru setengah jam kemudian aku menyadari kemungkinan itu. Setelah itu aku langsung mendatangi Chief Nostigon."


"Tapi kau menyadarinya," kata Pete. "Itu yang penting."


"Pasti kau akan lebih cepat ingat, apabila tidak sedang pilek," kata Bob menambahkan. "Pilek memang menghambat kelancaran berpikir."


"Aku -" Jupiter tidak jadi bicara, karena saat itu ia bersin keras-keras.


"Kalian semua berjasa," kata Chief Nostigon dengan tegas. "Kalian berempat berhasil membongkar rahasia Pulau Tengkorak, menyelamatkan uang yang dirampok dan menyebabkan para penjahat tertangkap. Itu bukan prestasi sepele. Selebihnya biar kami saja yang menangani. Sudah waktunya kalian pulang lalu tidur.


Jupiter bersin lagi. Bunyinya seperti menyatakan persetujuan.


Bab 19 LAPORAN PADA ALFRED HITCHCOCK


Alfred Hitchcock memandang uang emas kuno setumpuk kecil yang terdapat di atas meja tulisnya.


"Kulihat kalian berhasil juga menemukannya," katanya sambil tertawa pelan. "Waktu itu kukatakan di sana tidak ada lagi harta bajak laut, tapi ternyata masih ada juga yang kalian temukan."


"Hanya empat puluh lima keping," kata Jupiter dengan nada menyesal. "Bukan harta yang banyak."


"Tapi tetap merupakan harta karun, kecuali merupakan tanda kenang-kenangan yang menarik," kata Mr. Hitchcock. "Coba ceritakan, Jupiter, apa sebabnya kau sampai menarik kesimpulan bahwa uang hasil perampokan mobil Dollar Delivery itu disembunyikan di Pulau Tengkorak?!"


"Yah," kata Jupiter. "Rasanya jelas ada orang yang tidak menginginkan Pulau Tengkorak didatangi orang lain. Itu sebabnya disiarkan desas-desus tentang hantu. Saya menarik kesimpulan, di pulau itu pasti ada sesuatu yang dikhawatirkan akan ditemukan orang. Dan satu-satunya barang berharga yang disebut-sebut ialah uang yang dirampok dari mobil Dollar Delivery.


"Kisah bagaimana kedua Ballinger kelihatan membuangnya ke dalam laut sangat mirip dengan cara yang dipergunakan Kapten One-Ear untuk menipu orang-orang Inggris. Saya lantas menarik kesimpulan, harta hasil perampokan sebetulnya disembunyikan oleh kedua Ballinger bersaudara. Lalu mereka menipu setiap orang supaya mengira harta itu lenyap untuk selama-lamanya dalam laut."


"Kesimpulan yang baik sekali!" kata Mr. Hitchcock "lalu setelah kedua Ballinger itu dipenjarakan, kurasa mereka memberi tahu sanak kerabat dan kawan-kawan mereka agar terus menyebarkan kabar bohong, mengaku melihat hantu di Pulau Tengkorak."


"Betul, Sir. Sementara itu Tom Farraday berkeliaran terus di sini, menunggu kedua Ballinger dibebaskan dari penjara, ia berhak memperoleh bagian sepertiga dari uang itu, karena telah membantu mengatur perampokan. Dan kedua Ballinger bersaudara telah berjanji akan membayarnya apabila mereka sudah keluar dari penjara. Tapi Tom tidak tahu di mana uang itu disembunyikan."


"Kalau tahu, mungkin sudah diambilnya semua," Mr. Hitchcock tertawa geli. "Sewaktu kedua Ballinger keluar dari penjara, mereka tentunya kaget sekali ketika melihat ada rombongan pembuat film berkemah di Pulau Tengkorak"


"Ya, Sir - mereka kaget sekali," kata Jupiter. "Mereka tidak berani datang untuk mengambil uang itu, selama ada orang lain di sana. Karenanya mereka lantas berusaha mengusir rombongan film dengan jalan melakukan pencurian dan sabotase. Ketika Mr. Morris mengambil Tom Farraday dan dijadikan penjaga di situ, ia meneruskan rongrongan itu. Ia yang mencuri dan menyabot, sambil pura-pura menjaga peralatan."


"Termasuk dengan sengaja meletakkan pisau milik Chris di situ, supaya anak itu dicurigai?" tanya sutradara terkenal itu.


"Betul, Sir. Ia juga yang menjalankan korsel malam-malam ketika kami baru saja tiba, untuk memperkuat kepercayaan orang bahwa di situ betul-betul ada hantu."


"Ada satu hal yang belum jelas bagiku. Kenapa sebetulnya kalian ditinggal di Pulau Tangan oleh orang yang bernama Sam Robinson ketika kalian baru saja datang? Kan bukan untuk membuat kalian ketakutan sehingga cepat-cepat pulang lagi!"


"Tidak, Sir Saya keliru mengenai hal itu, Bill Ballinger beranggapan semua anggota rombongan film pasti akan sibuk mencari kami. Takkan ada yang tinggal di Pulau Tengkorak kecuali Tom Farraday yang menjaga di situ. Kedua Ballinger bermaksud hendak cepat-cepat datang lalu mengambil uang yang mereka sembunyikan.


"Tapi kemudian datang badai, sehingga mereka tidak bisa langsung datang. Lalu kami diselamatkan oleh Chris. Orang-orang yang mencari kami sudah kembali lagi sebelum kedua Ballinger sempat datang untuk mengambil uang mereka. Jadi rencana mereka malam itu gagal."


"O, begitu," gumam Mr. Hitchcock. "Lalu ketika tersebar kabar bahwa beratus-ratus orang akan pergi ke pulau untuk menggali harta, tentu saja kedua Ballinger terpaksa mengambil risiko untuk langsung datang mengambil. Itulah sebabnya Bob dan Pete tertangkap oleh mereka."


"Ya, Sir." kata Jupiter dengan pelan. "Saya sebetulnya harus sudah langsung menyadari hal itu. Tapi mereka sudah terlanjur berangkat. Karena itu saya lantas bergegas mendatangi kepala polisi."


"Kelihatannya dengan begitu semuanya sudah jelas sekarang," kata Mr. Hitchcock. "Tapi aku masih punya dua pertanyaan lagi. Bagaimana dengan film yang dibuat dan apa yang terjadi kemudian dengan Chris serta ayahnya."


"Film itu berhasil diselesaikan dengan memuaskan. Coaster bisa diselesaikan perbaikannya ketika semua orang di sana menyadari bahwa hantu itu hanya bikinan orang saja. Adegan penutup Chase Me Faster menegangkan sekali jadinya.


"Mr. Denton juga berhasil membuat film pendek tentang pencarian harta. Kami tidak jadi dipakai di dalamnya, digantikan oleh Chris. Dalam film itu nampak Chris sibuk menggali, mencari harta karun untuk menolong ayannya. Bagian yang menampakkan orang-orang desa berebut rebut menggali, kocak sekali jadinya."


"Tapi yang paling bagus dalam kasus ini, pihak perusahaan Dollar Delivery ternyata menjanjikan hadiah bagi orang yang berhasil mengembalikan uang rampokan itu. Menurut Chief Nostigon dan Mr.Crenshaw, Chris yang berhak menerima hadiah itu, karena ialah yang menyelamatkan Bob dani Pete. serta mencegah kedua Ballinger melarikan diri dengan uang hasil perampokan mereka. Uang hadiah serta pembayaran yang diterima untuk main film cukup untuk merawatkan ayahnya ke beberapa orang dokter yang hebat, dan setelah itu membawanya pulang ke Yunani untuk tinggal di sana.


"Uang emas kuno bagiannya diserahkan oleh Chris pada kami. Banyak penyelam yang mendatangi gua yang ditemukan olehnya bersama Bob dan Pete. Tapi hasil selaman mereka hanya beberapa keping uang emas saja lagi. Rupanya sebagian besar dari harta karun yang dibuang Kapten One-Ear ke dalam lubang sembur, sudah hanyut dibawa air."


"Hmm," kata Alfred Hitchcock. "Yah, kalian ternyata tidak menyia-nyiakan kepercayaanku pada kalian. Dengan senang hati akan kutulis kata pengantar untuk kisah petualangan kalian kali ini. Jika ada lagi kasus aneh yang perlu diselidiki, aku pasti akan menghubungi kalian lagi."


"Terima kasih, Sir."


Anak-anak berdiri. Pete meraup uang emas kuno yang bertumpuk di atas meja, lalu memasukkan semuanya ke dalam karung.


"Kami akan menabungnya untuk biaya kuliah nanti," katanya. "Tapi kami semua sependapat, karena Anda yang mengirim kami ke Pulau Tengkorak, mungkin Anda mau menerima sekeping sebagai tanda kenang-kenangan."


Disodorkannya uang emas yang paling utuh pada Mr. Hitchcock yang menerimanya sambil tersenyum.


"Terima kasih, Nak," katanya. "Aku akan menyimpannya baik-baik."


Sutradara itu melambung-lambungkan uang emas kuno itu sementara ketiga remaja itu berbondong-bondong keluar.


"Harta karun," katanya pada diri sendiri sambil tersenyum. "Tak kusangka mereka akan menemukannya. Aku ingin tahu - ke dalam misteri seperti apa ketiga anak itu akan terlibat selanjutnya?'"


TAMAT